ARTIKEL DOKUMEN GALERI POSTER ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG EQUALS_ID KONTRIBUTOR EQUALS_ID MITRA EQUALS_ID

Tantangan HIV 2024

06-Oct-2024 | Rizza Rezaly

Terakhir diperbaharui 09-Oct-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 101 kali

#StigmaDiskriminasi #UndetectableUntransmittable #faith2endaids #edukasiHIV #HIV #ODHIV #AdvokasiHIV #MMDuntukODHIV #KepedulianHIV #EliminasiHIV2030 #SuaraODHIV #TransparansiPenangananHIV #EliminasiHIV2030 #UequalsU #peoplefirst #letcommunitieslead #pencegahanHIV #edukasiHIV #SAVE #HIVTreatmentAdvancement #LivingWithHIV #HopeForHIV #HIVBukanAib #HidupDenganHIV #ODHIVBerhakBahagia #ODHIVSehat #ODHIVBerdaya #ZeroDiscrimibation #MissionImpossibleHIVIssue #HealthcareProgress #MendobrakStigma #BreakingStigma #HIVPositive #HivPositif #KomunitasOdhiv

...

Sebagai bagian dari komunitas yang hidup dengan HIV, kita perlu bersama-sama mengatasi tantangan HIV di tahun 2024 dan seterusnya. Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan:

1. Edukasi dan penyebaran informasi tentang HIV
Kita perlu terus mengedukasi masyarakat tentang HIV, termasuk cara pencegahan dan pengobatannya. Edukasi ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media sosial, brosur, dan seminar. Kita juga dapat mengajak teman-teman dan keluarga untuk memahami pentingnya pencegahan HIV. Untuk saat ini pendekatan strategi SAVE dalam pencegahan penularan baru HIV sudha mulai banyak diterapkan dinegara lain yang sudah mencapai target global 95:95:95.
https://equalsid.or.id/beranda/save-dalam-pencegahan-hiv/fbac979d-b314-43ff-9d97-66e8ae8e7b7b
https://equalsid.or.id/beranda/pencegahan-hiv-yang-bukan-abcde/f034279b-978e-40fa-b7f4-384125074b78
Pendekatan dengan strategi ABCDE sepertinya lebih sulit diterapkan mengingat abstinence dan be faithfull bukanlah hal yang dapat diterapkan pada semua orang.

2. Tuntutan keterbukaan dan transparansi
Kita perlu menuntut keterbukaan dan transparansi dari pihak-pihak yang berwenang terkait penanganan HIV. Kita perlu mengetahui informasi terkait kebijakan dan program yang dilakukan untuk menangani HIV, termasuk informasi mengenai stok ARV dan PrEP, serta program edukasi dan kampanye kesadaran. Kita juga dapat menuntut pihak-pihak terkait untuk bertanggung jawab dan memberikan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran SOP dan diskriminasi.

3. Mendorong program TPT dan PrEP
Kita perlu mendorong program TPT dan PrEP agar lebih dikenal dan diakses oleh masyarakat sebagai pencegahan penularan TBC & HIV, khususnya komunitas populasi kunci. Kita dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mengedukasi dan memberikan akses kepada masyarakat terkait program-program ini. Sayangnya masih banyak nakes yang belum memahami efektifitas PrEP dalam strategi pencegahan HIV sehingga masih banyak yang keberatan dengan adanya program PrEP ini.
https://equalsid.or.id/beranda/pencegahan-hiv-dengan-prep/52b5341c-253f-4ced-8d41-f809c6d781e8
Disisi lain TPT atau terapi pencegahan TBC juga sangat penting untuk di integrasikan dalam upaya perawatan orang yang hidup dengan HIV. Pemerintah melalui kementrian kesehatan sudah berupaya mengadakan logistik TPT bahkan yang jenis 3HP untuk dapat dipergunakan. Kendala saat ini masih kurangnya informasi terkait TPT jenis 3HP dikalangan praktisi kesehatan sehingga masih banyak pasien dengan HIV yang belum mendapatkan TPT.
https://equalsid.or.id/beranda/tbc-laten-dan-pencegahan-tbc-tpt-3hp/0d4bc6ab-cf47-4f0e-94ad-222610d7f9ee


4. Mendukung kebijakan MMD
Kita perlu mendukung kebijakan MMD dan menyebarkannya ke dalam komunitas. Kita dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan bahwa MMD dilakukan secara konsisten dan dapat diakses oleh masyarakat. Hal ini akan membantu meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan oleh orang yang hidup dengan HIV.
https://equalsid.or.id/beranda/multi-month-dispensing/6bb0dafe-f861-493d-800a-1d175053d52a.
Sekalipun pemberian MMD ini dapat memberikan keuntungan bagi layanan maupun pasien, ternyata beberapa layanan memiliki keberatan terkait hal ini.
"...ketika jumlah pasien perbulan turun maka pendapatan nakes(dokter dan perawat) juga turun"

5. Menjadi advokat bagi orang yang hidup dengan HIV
Kita dapat menjadi advokat bagi orang yang hidup dengan HIV dan terdampak oleh kebijakan-kebijakan yang dibuat. Kita dapat berbicara di depan publik, membentuk kelompok-kelompok advokasi, dan memperjuangkan hak-hak orang yang hidup dengan HIV. Advokasi kebijakan bagi komunitas juga dapat dilakukan melalui edukasi-edukasi dan penjangkauan (baik langsung maupun secara virtual melalui platform media sosial) termasuk melakukan diseminasi informasi terkait hak-hak kesehatan pasien (termasuk hak mendapatkan layanan kesehatan dan pengobatan yang lebih baik) dan juga sensitisasi issue kekerasan berbasis gender atau status kesehatan.

6. Menyuarakan U=U
Kita perlu menyuarakan U=U (UequalsU) atau TDTM (Tidak terDeteksi = Tidak Menularkan), yaitu informasi bahwa orang yang hidup dengan HIV dengan viral load tidak terdeteksi tidak lagi dapat menularkan HIV. Dengan menyuarakan U=U, kita dapat membantu mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV.
https://equalsid.or.id/dokumen/140924132242_U%20equals%20U%20-%20JIP%20-%2020231215.pdf
https://equalsid.or.id/dokumen/290924192908_PEPFAR_CDC_PAC_UU-Resource-Guide-2024.pdf

7. Meningkatkan kerja sama lintas sektor
Upaya pencegahan dan pengendalian HIV tidak dapat dilakukan oleh satu sektor saja, tetapi perlu melibatkan berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan, agama, dan olahraga. Kita perlu bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa upaya pencegahan dan pengendalian HIV dapat berjalan dengan baik dan efektif. Issue stigma dan diskriminasi juga tidak dapat dipisahkan dari campur tangan sektor agama. Pemimpin agama yang tidak memiliki pemahaman mendalam cenderung membuat pernyataan yang mengkaitkan issue HIV dengan agama dan moralitas yang akhirnya juga berpengaruh pada perlakuan yang diterima oleh komunitas orang yang hidup dengan HIV.

8. Meningkatkan penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan di bidang HIV perlu terus dilakukan untuk menemukan metode pencegahan dan pengobatan HIV yang lebih efektif dan efisien. Tenaga kesehatan perlu mendukung penelitian dan pengembangan di bidang HIV seperti U=U / TDTM, agar komunitas orang yang hidup dengan HIV dapat memperoleh layanan pencegahan dan pengobatan HIV yang terbaik.

9. Meningkatkan kepedulian masyarakat
Kepedulian masyarakat terhadap HIV perlu terus ditingkatkan agar masyarakat dapat turut berperan dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV. Kita perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian HIV agar masyarakat dapat memahami dan mendukung upaya-upaya yang dilakukan. Dengan kampanye dan edukasi HIV yang lebih baik diharapkan orang tidak lagi takut untuk melakukan tes HIV untuk mengetahui status HIV-nya sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan apabila positif dan melakukan langkah-langkah pencegahan apabila negatif.

10. Menekan jumlah LTFU (Lost To Follow Up)
Mengurangi jumlah orang dengan HIV yang hilang kontak dengan layanan kesehatan (LTFU) merupakan tantangan yang perlu kita atasi. Dengan upaya kolaboratif antara masyarakat, penyedia layanan kesehatan, dan organisasi terkait, kita dapat memastikan bahwa mereka tetap terhubung dengan layanan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka dan tetap melanjutkan pengobatan ARV. Dimasa lalu ada banyak alasan ornag tidak lagi melanjutkan pengobatan HIV dikarenakan oleh efek samping berkepanjangan dari ARV yang dikonsumsinya. Saat ini pemerintah sudah menyediakan jenis rejimen ARV yang lebih baru dan memiliki efek samping jauh lebih minim dibandingkan rejimen atau jenis ARV generasi sebelumnya. Pengadaan ARV jenis ini kiranya perlu didukung oleh tenaga kesehatan  yang seharusnya juga mempermudah upaya transisi ke jenis pengobatan yang lebih baik ini.
https://equalsid.or.id/beranda/tld-dan-kualitas-hidup-odhiv/ebc93250-d7a8-4cd1-9f16-01dd39b6801f
Tenaga kesehatan seharusnya juga lebih memahami issue yang dihadapi oleh pasiennya terkait pengobatan yang dijlani. Mendukung pasien untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik juga dapat mencegah mengurangi angka putus obat (LTFU)
"walaupun TLD sudah tersedia, kami masih belum yakin keberadaannya mencukupi.
Belum ada cukup penelitian terkait penggunaan TLD di Indonesia sehingga kami perlu berhati-hati dalam memberikannya.
Kalau pasien sudah memiliki VL tidak terdeteksi, mengapa harus digantikan ke TLD yang efektifitasnya belum kita ketahui......"

Semoga upaya-upaya yang komprehensif dan berkelanjutan, kita dapat bersama-sama mengatasi tantangan HIV di tahun 2024 dan seterusnya, dan mencapai tujuan eliminasi HIV pada tahun 2030.

 

Artikel dari
Informasi dasar

IMS - Hepatitis


13-Feb-2024 | Aan Rianto

Doa , Pengobatan Medis Dan Kesembuhan


21-Oct-2024 | Rizza Rezaly

Mitos Dan Fakta Terkait HIV


11-Sep-2023 | Aan Rianto

Edukasi Seks Dan Kondom?


03-Sep-2023 | Aan Rianto

Bosan ARV?


01-Sep-2023 | Aan Rianto