BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Edukasi Seks Dan Kondom?

03-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 24-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 263 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Ada apa dengan edukasi seks dan kondom?
Mengapa ada banyak sekali penggunaan istilah "huber" atau hubungan berisiko (atau hubungan berbahaya) dalam setiap edukasi HIV, tetapi disisi lain HIV selalu dianggap ditularkan melalui seks bebas (dan bukan dari seks berisiko).
Penggunaan istilah "huber" ini sebenarnya mencerminkan bahasa informal atau istilah yang mungkin digunakan oleh sebagian orang yang kurang nyaman mengatakan "kondom" atau hubungan seksual tanpa kondom.
Penting untuk dicatat bahwa dalam penggunaan istilah resmi atau kesehatan masyarakat, istilah yang lebih umum adalah "hubungan seksual berisiko" atau "praktik seksual berisiko." Ini mencakup aktivitas seksual yang dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual, termasuk hubungan seks tanpa penggunaan kondom atau penggunaan kondom yang tidak benar. Atau lebih mudahnya "huber" didefinisikan sebagai hubungan seksual dengan orang yang tidak diketahui status kesehatan seksualnya dan dilakukan tanpa menggunakan kondom atau alat pencegahan lainnya.

Sebagai alternatif, istilah yang lebih tepat untuk berbicara tentang kondom dan aktivitas seksual aman mungkin mencakup "praktik seksual yang aman" atau "hubungan seksual yang aman." Tujuannya adalah untuk mengedepankan pentingnya praktik seksual yang aman dan pencegahan penularan penyakit melalui penggunaan kondom dan perilaku seksual yang bertanggung jawab. Penting untuk selalu menggunakan istilah yang jelas dan membumi ketika berbicara tentang kesehatan seksual agar pesan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak yang terlibat.

Kondom dipergunakan sebagai "alat pengaman" yang dapat mencegah terjadinya paparan infeksi menular seksual (IMS), HIV ataupun kehamilan yang tidak diinginkan. Perlu secara jelas dikatakan bahwa seks dilakukan tanpa kondom dan kaitannya dengan hubungan berisiko adalah dalam konteks penularan infeksi menular seksual lain (termasuk HIV), karena langkah pencegahan HIV selain kondom juga dikenal PrEP (pada orang negatif HIV) dan ARV (pada orang positif HIV).

Orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom, dengan orang yang tidak memiliki IMS (termasuk HIV) tidaklah dianggap sebagai suatu "huber". Orang yang melakukan hubungan seks dengan orang yang hidup dengan HIV tanpa kondom tetapi memiliki viral load tidak terdeteksi juga bukan termasuk dalam perilaku "huber"
Hubungan berisiko dapat dijelaskan secara gamblang sebagai suatu hubungan seksual yang dilakukan dengan orang yang tidak mengetahui status kesehatan seksualnya (baik orang yang dikenal ataupun tidak dikenal) dan dilakukan tanpa kondom. Jadi bukan semua hubungan seksual tanpa kondom akan selalu dianggap sebagai suatu "huber". Apabila pemahaman ini tidak disampaikan dengan benar, sangat mungkin stigma terhadap orang yang hidup dengan HIV akan kembali terpojokkan dengan anggapan berhubungan seks dengan orang yang hidup dengan HIV pasti akan tertular HIV, apalagi bila dilakukan tanpa kondom.

Kondom sendiri sebagai alat pencegah penularan HIV dan IMS sekalipun dipergunakan dalam aktivitas seksual seringkali menjadi tidak efektif karena adanya beberapa kesalahan yang sering dilakukan tetapi tidak disadari:
1. kondom tidak dipergunakan selama kegiatan seksual secara konsisten, baik terlambat menggunakan atau juga tidak dipergunakan selama aktifitas seksual (termasuk hanya dipergunakan diawal hubungan seksual)
2. kondom yang dipergunakan rusak dalam penyimpanan, rusak dalam penggunaan ataupun expired (kadaluarsa)
3. kondom tidak dipergunakan sebagai mana mestinya, membuka gulungan tidak dibatang penis, tidak menyediakan ruang udara diujung kondom, tidak mengganti kondom dalam aktivitas seksual yang lama, menggunakan kondom berulang sekalipun dengan pasangan yang sama
4. tidak mempergunakan cukup pelicin (lubricant), atau menggunakan pelicin tetapi bukan yang berbahan dasar air atau khusus untuk kondom, menggunakan minyak, body lotion, ludah yang pada akhirnya malah merusak kondom.
5. tidak mempergunakan ukuran kondom yang sesuai, baik terlalu besar ataupun terlalu kecil
6. tidak segera melepas kondom setelah ejakulasi


Hal-hal diatas seringkali tidak disadari oleh pengguna kondom, sehingga mereka selalu berpikir bahwa mereka tidak akan mungkin terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual karena selalu menggunakan kondom. Kondom saat dipergunakan semestinya cukup efektif mencegah infeksi menular seksual termasuk HIV dan kehamilan yang tidak diinginkan hingga diatas angka keberhasilan lebih dari 90%. Sementara kegagalan penggunaan kondom dalam penelitian yang dilakukan bisa mencapai 13%, yang artinya dari 100 orang yang menggunakan kondom, 13 orang diantaranya gagal mendapatkan perlindungan dari kondom.

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

Multi Month Dispensing


06-Jan-2024 | Aan Rianto

AHD (Advance HIV Disease)


21-Sep-2023 | Aan Rianto

Mitos Dan Fakta Terkait HIV


11-Sep-2023 | Aan Rianto

Pentingkah TPT ?


24-Mar-2024 | Aan Rianto