BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Salah Kaprah Bahwa HIV Belum Ada Obatnya

10-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 16-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 71 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Akhirnya ARV secara resmi dan nasional dianggap obat HIV sampai harus ada kampanye khusus....Berpuluh-puluh tahun ARV yang memperpanjang umur dan menjaga kualitas kesehatan ODHIV hanya dianggap vitamin dan obat ganteng/cantik, sehingga masih banyak orang yang mendengar HIV tidak ada obatnya lebih baik menghindari pemeriksaan HIV daripada harus tahu status yang akhirnya juga akan sama dengan vonis mati karena "tidak ada obatnya" dan "belum dapat disembuhkan"

Bahkan ada banyak orang dengan HIV yang sepanjang hidupnya (secara diam-diam) sibuk mencari "obat" atau pengobatan alternatif dan mencoba semua yang diklaim sebagai obat penyembuh HIV.....
Hasilnya?


Angka kasus temuan baru dan penularan HIV tetap tinggi, kesadaran tes HIV tidak pernah secara luas berhasil, ketakutan-ketakutan hingga mengganggu kesehatan mental karena sebegitu takut terinfeksi HIV tetapi tidak mempercayai pemeriksaan yang dilakukan. Faktanya sebagian besar yang melakukan tes HIV hanyalah komunitas-komunitas tertentu saja yang bersedia, salah satunya dengan "doktrin" bahwa komunitas mereka lebih rentan terpapar HIV. 

Sebagian besar orang yang hasil tes HIV-nya reaktif sebelumya bersikeras bahwa dirinya tidak mungkin terinfeksi....karena terinfeksi HIV masih dianggap akibat perilaku yang buruk atau malahan dianggap "menyimpang". Siapa yang mau divonis tertular infeksi yang belum ada obatnya dan belum dapat disembuhkan? Jadi berhentilah mengatakan dan berhalusinasi bahwa ARV bukan obat ...... ARV adalah vitamin ....... Mengatakan bahwa ARV adalah vitamin bukanlah hal yang akan membuat orang yakin dan bersedia melakukan tes HIV. Mereka perlu tahu bahwa saat melakukan tes dan hasilnya reaktif ada obat yang dapat menjamin kelangsungan kesehatan dan hidup mereka. Secara logika orang tidak akan mau atau bersedia mengetahui kesehatan seksualnya saat tau tidak ada pengobatan yang disediakan.

Taukah bahwa orang dengan HIV dengan viral load tidak terdeteksi sudah tidak dapat lagi menularkan secara seksual kepasangannya? Mungkin hampir disetiap halaman web ini akan selalu diingatkan bahwa orang dengan HIV dengan viral load tersupresi sudah tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual sekalipun melakukan hubungan seks tanpa kondom. Tapi apakah informasi ini diberikan saat melakukan kampanye atau "ajakan" untuk melakukan tes HIV?

Bagaimana agar kita tidak lagi menularkan HIV kepasangannya?
Cukup dengan patuh ARV, tanpa alasan apapun untuk kelonggaran kepatuhan, maka (pada sebagian besar orang) viral load tersupresi dapat dicapai dalam 3 bulan pengobatan ARV. Beberapa orang mencapai hal ini lebih lambat dan sebagian lain lebih cepat dengan catatan kasus tercepat adalah dalam 2 minggu dengan jenis obat ARV rejimen terbaru. Mengapa informasi bahwa orang dengan HIV saat patuh menjalani pengobatan tidak lagi dapat menularkan kepasangannya secara seksual tidak pernah disampaikan? Ajakan untuk tahu status HIV justru dilakukan dengan informasi menakuti kalau tidak tau status lalu tidak diobati maka akan menjadi AIDS, dimana bayangan akan AIDS ini tentunya sangat seram dan seringkali dianggap sudah tinggal menunggu ajal.

Mungkin akan butuh waktu beberapa tahun lagi untuk mengkampanyekan AIDS dapat disembuhkan.... padahal AIDS juga bukan penyakit melainkan suatu kondisi saat kekebalan tubuh sudah sangat rusak sehingga sulit atau tidak mampu melawan infeksi oportunistik. AIDS pada orang dengan HIV disyaratkan dengan CD4<200 kopi/mL.

Berikut definisi AIDS yang ditetapkan CDC: 
https://en.m.wikipedia.org/wiki/AIDS-defining_clinical_condition

Dengan patuh ARV, imunitas tubuh (CD4) akan kembali pulih dan tubuh akan kembali mampu melawan infeksi-infeksi oportunistik dibantu pengobatan lainnya.....jadi AIDS (yang seringkali dianggap sama dengan HIV) yang merupakan stadium akhir HIV ternyata dapat disembuhkan (semua infeksi oportunistiknya) dan dipulihkan (kekebalan tubuhnya). Orang dalam stadium AIDS dapat dipulihkan kekebalan tubuhnya (dinilai dengan CD4 >450 sel/mm3) hingga sama seperti orang tanpa HIV, bahkan bisa lebih baik daripada orang yang tidak hidup dengan HIV, demikian pula saat VL tersupresi <1000 kopi/mL sudah tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual sekalipun melakukan hubungan seks tanpa kondom!
Lalu apa bedanya dengan orang tanpa HIV? Secara penularan dan kesehatan tentu tidak ada bedanya.
Yang membedakan adalah orang dengan HIV tetap harus minum obat setiap hari, ini bukan karena mereka sakit tapi agar mereka tidak sakit.......

HIV sendiri bukanlah penyakit melainkan virus, jadi memang tidak ada yang perlu disembuhkan saat tidak ada infeksi oportunistik lain. Orang yang mengalami suatu "penyakit" tentu yang dikeluhkan adalah gejala yang menyebabkan sakit, bukan virusnya. Orang dikatakan sembuh dari flu saat semua gejala yang menyebabkan sakit flu sembuh atau hilang: batuk, pilek, demam,.......yang dihilangkan adalah gejalanya sehingga orang tersebut tidak lagi menderita karena gejala sakit tersebut. Virus influenza akan tetap ada, dan dapat dikendalikan dengan meningkatkan imunitas tubuh sehingga tubuh dapat melawan gejala-gejala batuk, demam tadi.......
Sama seperti HIV, yang dapat disembuhkan adalah semua infeksi oportunistik , bahkan kekebalan tubuhpun juga dapat dipulihkan, sekalipun orang tersebut tetap harus hidup dengan HIV yang dengan pengobatannya menjadi tidak lagi dapat ditularkan keorang lain. HIV bukan penyakit dan tidak menyebabkan sakit. Orang dengan HIV sakit karena infeksi mikroorganime lain yang ternyata juga dapat menginfeksi orang lain yang hidup tanpa HIV.

Stigma yang hingga saat ini dipahami adalah:
1. HIV sama dengan atau pasti akan berakhir menjadi AIDS
2. Orang dengan HIV pasti akan selalu sakit-sakitan sehingga akan sulit mendapatkan pekerjaan "berat" atau bahkan tidak mungkin bisa bepergian terlalu jauh (termasuk kerja diluar negeri ataupun naik haji)
3. Orang dengan HIV pasti akan menularkan HIV kepasangannya sehingga sekalipun tidak perlu dijauhi, bukan berarti dapat atau layak dijadikan pasangan

Mungkin itu sebabnya masih banyak yang menggunakan istilah ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) sekalipun tidak dalam kondisi AIDS. Begitupun masih banyak yang menyebut orang dengan HIV sebagai penderita, seolah mereka memang menderita suatu penyakit. Ini juga mungkin masih adanya banyak anggapan bahwa HIV adalah suatu penyakit yang tidak ada obatnya dan tidak dapat disembuhkan. Lalu bagaimana dengan penyebutan HIV AIDS secara bersamaan seolah HIV dan AIDS adalah halk yang sama?
Istilah-istilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya perburukan stigma diatas juga banyak dilakukan oleh peer educator termasuk juga para tenaga kesehatan yang seharusnya menjadi ujung tombak informasi yang benar terkait HIV.

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

Adakah Herbal Penyembuh HIV?


11-Sep-2023 | Aan Rianto

Apakah Blips Perlu Diwaspadai


13-Jan-2024 | Aan Rianto

Mengenal IRIS Pada Orang Dengan HIV


25-Feb-2024 | Aan Rianto

HIV Tidur, Mitos Atau Fakta?


30-Mar-2024 | Sandy Jay

Stop Sebut ARV Sebagai Vitamin


11-Sep-2023 | Aan Rianto