Stop Sebut ARV Sebagai Vitamin
Terakhir diperbaharui 22-Feb-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 116 kali
#faith2endaidsAda banyak pendamping, konselor ataupun paramedik yang dengan mudahnya menyarankan penyebutan ARV sebagai vitamin. Beberapa alasan yang sering diajukan adalah agar tidak menjadi beban atau bahkan bosan.
Bagaimana mungkin merubah penyebutan ARV sebagai vitamin bisa menghilangkan kebosanan ataupun beban pikiran karena keharusan minum ARV setiap hari?
Orang dengan HIV tidak akan bisa disuruh melupakan begitu saja bahwa mereka hidup dengan HIV, sekalipun saat minum ARV setiap hari mereka harus mengingatkan diri sendiri bahwa mereka bukan sedang minum ARV, obat HIV....tetapi sedang minum vitamin. Apakah saat mereka berpikir bahwa pil yang akan diminumnya itu adalah vitamin, dirinya tidak sedang berusaha menolak kenyataan bahwa status HIV-nya positif dan harus minum obat setiap hari? Bagaimana kondisi kesehatan jiwanya apabila hal ini dilakukan setiap hari, menolak kenyataan bahwa harus minum ARV ?
Salah satu sumber keresahan orang yang hidup dengan HIV adalah anggapan dan informasi yang diterimanya sebelumnya (dan cukup mempengaruhi) bahwa tidak ada obat untuk HIV. Atau HIV adalah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Atau HIV adlah suatu penyakit yang berkaitan dengan moralitas menurut anggapan banyak orang sehingga status HIV positif harus tetap disembunyikan rapat-rapat.....
Kira kira apa yang akan terjadi secara psikologis saat kita bertemu dokter dan dikatakan bahwa penyakit yang kita idap saat ini tidak ada obatnya?
Hal yang kemudian sering terjadi dengan orang yang hidup dengan HIV adalah mereka akan terus-terusan mencari informasi mengenai "obat HIV" karena anggapan "tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya...." Hal ini juga diperkuat pikiran bawah sadar mereka bahwa obat yang mereka minum setiap hari diwaktu yang sama adalah sebuah vitamin, karena HIV memang belum ada obatnya.
Akhirnya cepat atau lambat mereka akan terjebak dengan obat-obatan herbal yang tidak diketahui komposisi dan khasiatnya dan dipasarkan sebagai "obat HIV" karena mereka sangat memahami banyaknya orang dengan HIV yang ingin sembuh dengan obat HIV. Penjual herbal sangat paham bahwa dikomunitas HIV selalu beredar doktrin bahwa HIV tidak ada obatnya dan tidak bisa disembuhkan. Sehingga halk ini akhirnya menjadi titik jual untuk memasarkan herbalnya yang dilabeli "obat penyembuh HIV".
Mereka sangat paham bahwa obat yang diminum orang dengan HIV diajarkan sebagai sebuah vitamin. Mereka tau banyak yang kemudian tanpa sadar mempercayai bahwa ARV bukanlah obat, melainkan hanya vitamin.
ARV adalah obat, tidak seharusnya dirubah penyebutannya menjadi vitamin.
Vitamin adalah suplemen yang dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas atau menjaga kesehatan, saat badan lebih sehat maka tidak diperlukan lagi kebutuhan vitamin tambahan karena tubuh sudah terpenuhi kebutuhannya akan vitamin. Lalu apakah ARV yang dianggap sebagai vitamin tadi juga boleh dihentikan konsumsinya saat merasa sudah sehat? Fakta yang terjadi pada banyak kasus putus ARV adalah mereka merasa sehat sehingga tidak lagi merasa perlu minum "vitamin".....lupa bahwa ARV adalah obat yang dapat menekan pertumbuhan HIV hingga tidak terdeteksi yang berarti juga tidak lagi dapat ditularkan secara sexual.
Lalu salahkah mereka saat kemudian putus obat atau merasakan kebosanan minum ARV karena anggapan tidak ada obat untuk HIV?
Belum lagi penamaan yang lebih konyol dengan "vitamin ganteng/cantik"... Bagaimana bila setelah 3 tahun mereka tidak menjadi lebih ganteng/cantik? Sementara perawatan di salon tidak butuh waktu selama itu untuk merubah penampilan menjadi lebih menarik ?
Menilik kejadian diatas lalu siapa yang sebenarnya berperan sangat besar dalam mempengaruhi motivasi orang dengan HIV dalam kepatuhan ARV?
Orang orang yang setiap hari "bergumul" mengatakan hapus stigma dan selalu berusaha keras mendorong kepatuhan obat pada orang dengan HIV pada akhirnya adalah oknum yang sama yang berperan utama dalam kasus putus ARV, dan mereka pula yang akan membantu menyuburkan bisnis herbal yang selalu dipasarkan sebagai "obat penyembuh HIV".
Jadi bagaimana edukasi terkait HIV seharusnya dilakukan?
Sadarkah bahwa angka capaian viral load tersupresi dari data kemenkes hanyalah 30% (2023) masih sungguh memprihatinkan apalagi kalau dikaitkan dengan angka penularan yang mungkin akan timbul dari gagalnya supresi viral load? Sementara angka orang yang hidup dengan HIV yang tidak melakukan pengobatan ARV sebanyak 55% (2023).
Bagaimana motivasi yang seharusnya diberikan terhadap orang yang hidup dengan HIV agar tetap patuh ARV dan berhenti menularkan HIV keorang lain?
ARV adalah obat untuk HIV yang dapat menekan pertumbuhan HIV dan juga mengurangi jumlah HIV dalam darah, ARV bukanlah VITAMIN.
Memang orang sakit minum obat agar sembuh, sementara orang dengan HIV minum obat ARV agar tidak sakit. Karena pada dasarnya mereka tidaklah sakit, hidup dengan HIV dalam tubuhnya tidak berarti menjadikan mereka sakit.