BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Rekomendasi WHO Pengobatan Lini 1 Dan 2

02-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 22-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 122 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

WHO terakhir merekomendasikan kombinasi TLD untuk ARV lini 1 dengan pilihan alternatif TLE 400mg. Sementara penggunaan rejimen TLD sendiri juga sudah mendapat rekomendasi dari WHO untuk pengobatan HIV lini dua. Hal ini tentunya mempermudah orang dengan HIV yang saat ini masih menggunakan kombinasi rejimen TLA (Tenofovir, Lamivudin dan Aluvia) dengan pengurangan jumlah obat yang harus diminum menjadi hanya satu tablet setiap harinya yang tentunya juga memiliki perbedaan efek samping siignifikan.

Keduanya dianggap memiliki efektifitas sama dalam penekanan viral load sehingga dosis efavirenz yang lebih tinggi (600mg) dapat diturunkan menjadi 400mg untuk mengurangi efek samping yang selama ini seringkali dikeluhkan oleh pasien yang menjalani pengobatan terutama dengan rejimen efavirenz 600mg.

Banyak efek samping yang mengganggu kondisi saraf berupa neuropsychiatric yang tidak disadari saat penggunaan rejimen efavirenz 600mg. Beberapa gangguan yang mudah terlihat adalah kesulitan tidur sehingga lebih sulit konsentrasi, mimpi buruk, mudah tersinggung sehingga mengganggu kehidupan sosial sehari-hari. Beberapa pasien mengeluhkan efek samping obat yang lebih berat saat diminum bersamaan dengan makanan, terutama yang mengandung lemak, protein maupun seafood.
Hal ini juga dapat memperburuk kondisi pasien yang sudah memiliki anxiety ataupun depresi.

Beberapa kasus putus pengobatan ARV juga disebakan oleh efek samping berkepanjangan ini yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan harus terus menerus menahan efek samping. Hal ini tentunya juga akan mempengaruhi kehidupan sosial seseorang terutama gangguan moodnya. 
Dengan kedua macam kombinasi pengobatan diatas  (TLD atau TLE 400ng) diharapkan orang dengan HIV dapat lebih nyaman melakukan pengobatan jangka panjangnya, tanpa harus terganggu efek samping yang mengganggu sehingga pencapaian viral load tersupresi akan lebih mudah.

Penurunan dosis efavirenz menjadi 400mg terbukti sama efektifnya dengan dosis efavirenz 600mg dengan efek samping yang jaiuh lebih mudah ditolerir.

Dolutegravir yang saat ini sudah tersedia di Indonesia dan berdasarkan Permenkes no.23/2022 sudah dijadikan rekomendasi utama untuk pengobatan setiap orang yang hidup dengan HIV baik lini satu ataupun kedua. Rejimen kombinasi TLD (tenofovir, lamivudine, dolutegravir) juga sudah menjadi rekomendasi untuk perempuan hamil ataupun yang sedang merencanakan kehamilannya mengingat selain minim efek samping juga lebih cepat menurunkan viral load. Dimana sebelumnya ada aturan yang menyatakan bahwa TLD tidak dapat diberikan pada perempuan hamil di trimester pertama karena kekuatiran gangguan neural tube deffect pada bayi yang dilahirkan. 

Saat ini ketersediaan TLD sudah cukup meluas sebagai upaya rencana transisi nasional penyederhanaan rejimen pengobatan ARV. Beberapa layanan kesehatan bahkan sudah memberikan MMD (Multi Month Dispensing) atau pemberian ARV multi bulan. Pasien yang eligible dan memenuhi syarat dapat memperoleh stok obat ARV hingga 3 bulan. Hal ini tentunya juga akan meringankan beban layanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan bisa lebih berfokus pada pemberian konseling pada pasien baru yang sekiranya membutuhkan. Disisi pasien pemberian MMD ini juga dianggap cukup menguntungkan karena mengurangi frekuensi kunjungan kelayanan kesehatan.

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Literasi ARV & Pengobatan

Perkembangan Pengobatan HIV


02-Sep-2023 | Aan Rianto

Apakah TLD Sama Dengan TLE?


02-Sep-2023 | Aan Rianto

Terapi Methadone Dan Pengobatan ARV


12-Jan-2024 | Aan Rianto

Gangguan Saraf Pada Rejimen ARV


11-Jan-2024 | Aan Rianto

ARV Dan PrEP


07-Sep-2023 | Aan Rianto