BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

TBC, TPT Dan Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan

23-Mar-2024 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 30-Jul-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 208 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Apakah Yang dimaksud dengan TBC Laten?
Tuberculosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan ditularkan melalui udara. Pada umumnya kuman atau bakteri TBC ini akan menginfeksi paru-paru walaupun juga bisa menginfeksi organ lain. Bakteri ini ditularkan saat seseorang batuk, bersin ataupun meludah (melalui percikan dahak). Sekalipun TBC bisa diobati dan dicegah, infeksi ini tetap menjadi penyebab kematian utama didunia.
Seperempat dari populasi penduduk dunia diperkirakan terinfeksi atau hidup dengan Mycobacterium tuberculosis . Infeksi TBC laten terjadi saat seseorang terinfeksi bakteri TBC dan tidak memiliki gejala, tidak menjadi sakit dan tidak menularkan infeksi TBC-nya. Orang-orang dengan masalah kekebalan tubuh  atau anak-anak memiliki resiko lebih besar untuk mengalami kesakitan karena infeksi TBC ini menjadi aktif. Tanpa dilakukan pengobatan maka infeksi TBC laten ini dapat menjadi aktid dan menyebabkan sakit pada pengidapnya.
Houben RM, Dodd PJ. The Global Burden of Latent Tuberculosis Infection: A Re-estimation UsingMathematical Modelling. PLoS Med 2016,13:e1002152.

 

Apa yang dimaksud dengan Terapi Pencegahan TBC?
Pengobatan infeksi TBC laten ini juga dianggap sebagai terapi pencegahan TBC (TPT) dan menjadi salah satu cara untuk mencegah TBC menjadi aktif, menyebabkan sakit dan menularkan keorang lain.
TPT ini memiliki tujuan utama:
1. mencegah orang yang sudah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis menjadi sakit karena TBC-nya menjadi aktif
2. melindungi orang yang tidak terinfeksi tetapi memiliki resiko agar tidak terinfeksi
Saat ini tersedia jenis terapi pencegahan TBC dalam bentuk 3HP yang merupakan kombinasi dosis Isoniazid dan rifapentine yang diminum seminggu sekali selama 3 bulan, selain rejimen isoniazid tunggal (6HP) yang diminum setiap hari selama 6 bulan. Rejimen ini menjadikan rekomendasi utama dari WHO untuk pengobatan TBC laten dibandingkan rejimen sebelumnya yang hanya terdiri dari Isoniazid yang harus diminum setiap hari selama 6 bulan. 3HP direkomendasikan karena memiliki efek samping lebih sedikit dan juga mengurangi beban minum obat (terutama pasien yang hidup dengan HIV) dengan efektifitas yang sama.

Apakah 3HP?
3HP adalah pengobatan (terapi) pencegahan TBC dengan obat kombinasi isoniazid dan rifapentine yang diminum satu minggu sekali selama 3 bulan. Sebelumnya tersedia obat pencegahan yang harus diminum setiap hari selama 6 bulan. Tahun 2018 WHO mengeluarkan petunjuk teknis pemberianTPT dengan merekomendasikan 3HP pada orang yang hidup dengan HIV dan kontak erat dengan pasien TBC.

Apa saja paduan obat yang diberikan untuk TPT di Indonesia saat ini?
Ada dua pilihan utama untuk TPT yaitu: paduan 6H (Isoniazid) dan 3HP (Isoniazid/Rifapentine).

  • Paduan 6H adalah: paduan isoniazid (INH) yang diberikan selama 6 bulan dan dikonsumsi satu kali sehari.
  • Paduan 3HP adalah: paduan TPT jangka pendek. Merupakan paduan kombinasi 2 jenis obat, rifapentine (P) dan isoniazid (H) yang dikonsumsi satu kali seminggu selama 3 bulan.

Mengapa perlu rejimen yang lebih singkat dan apakah ada bukti kebehasilannya?
Terapi pencegahan TBC ini sudah ada sejak lama, tetapi hanya sedikit orang yang harusnya layak menerima terapi ini dapat mengaksesnya. Pengobatan TBC cukup lama dengan keharusan meminum obat 6 bulan atau lebih. Banyak dari pasien yang gagal menyelesaikan pengobatan TBC yang cukup lama ini.
Penelitian menunjukkan bahwa TPT cukup efektif untuk mencegah infeksi TBC laten menjadi aktif dengan waktu pengobatan (terapi) yang lebih singkat. Pasien yang meminum obat pencegahan lebih singkat memiliki kemungkinan menyelesaikan program pencegahan lebih besar dibanding yang harus meminum obat dalam jangka waktu lebih lama.

Beberapa penelitian dibawah membandingkan efektifitas pengobatan 3HP dengan pengobatan tunggal isoniazid (INH):
[1] Martinson NA, Barnes GL, Moulton LH, Msandiwa R, Hausler H, Ram M, et al. New regimens to prevent tuberculosis in adults with HIV infection. N Engl J Med 2011,365:11-20.
[2] Sterling TR, Scott NA, Miro JM, Calvet G, La Rosa A, Infante R, et al. Three months of weekly rifapentine and isoniazid for treatment of Mycobacterium tuberculosis infection in HIV-coinfected persons. AIDS 2016,30:1607-15.
[3] Sterling TR, Villarino ME, Borisov AS, Shang N, Gordin F, Bliven-Sizemore E, et al. Three months of rifapentine and isoniazid for latent tuberculosis infection. N Engl J Med 2011,365:2155-2166.
[4] Villarino ME, Scott NA, Weis SE, Weiner M, Conde MB, Jones B, et al. Treatment for preventing tuberculosis in children and adolescents: a randomised clinical trial of a 3-month, 12-dose regimen of a combination of rifapentine and isoniazid. JAMA Pediatr 2015,169:247-255.
Dalam penelitian diatas tidak ditemukan perbedaan yang besar dalam efektifitas pemberian terapi pencegahan TBC 3HP dan juga Isoniazid 6 atau 9 bulan.
Pasien yang meminum obat satu kali dalam satu minggu memiliki rasio penyelesaian pengobatan yang lebih tinggi dibanding yang harus minum TPT selama 6 bulan. Demikian pula resiko hepatotoksitas juga lebih rendah pada pasien yang meminum rejimen 3HP dibanding yang meminum INH.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa Rifampicin bisa menjadi pilihan paling aman untuk pengobatan infeksi TBC laten. Campbell JR, Trajman A, Cook VJ, et al. Adverse events in adults with latent tuberculosis infection receiving daily rifampicin or isoniazid: post-hoc safety analysis of two randomized controlled trials [published online December 19, 2019]. Lancet Infect Dis. doi: 10.1016/S1473-3099(19)30575-4

Siapa saja yang dapat mengkonsumsi 3HP?
1. Orang dewasa dan anak-anak >12 tahun yang hidup dengan HIV sebagai bagian dari paket pengobatan selain ARV
2. Perempuan hamil (dengan pemantauan tambahan)
3. Siapapun yang pernah menjalani pengobatan TBC
4. Anak-anak <12 bulan yang hidup dengan HIV atau memiliki kontak erat/serumah orang yang terinfeksi TBC 
5. Orang yang tidak terinfeksi TBC aktif tetapi memiliki resiko terinfeksi TBC
6. Orang-orang yang memiliki kontak dengan pengidap TBC 

Apakah 3HP bisa diberikan bersamaan dengan pengobatan (terapii) ARV termasuk rejimen TLD?
Berdasarkan data yang tersedia, pemberian TPT rejimen 3HP aman untuk pasien dengan HIV yang menjalani pengobatan ARV, termasuk yang mengandung rejimen dolutegravir, efavirenz dan raltegravir.

Mengapa TPT penting bagi orang yang hidup dengan HIV?
5-10% orang yang terinfeksi TBC laten akan menjadi TBC aktif dan menyebabkan kesakitan dengan 5% diantaranya akan mengalami kesakitan di tahun ke 3-5 setelah terifeksi. Orang dengan masalah kekebalan tubuh (termasuk HIV) memiliki resiko 20-37 kali lipat mengembangkan TBC aktif.
Pemberian TPT pada orang yang hidup dengan HIV terbukti menurunkan resiko kematian akibat TBC.

Bagaimana dengan orang yang sedang diobati untuk virus hepatitis C (HCV)?Rifamycins, termasuk rifapentine, tidak direkomendasikan untuk digunakan bersama dengan banyak obat Direct-Acting Antiviral (DAAs) untuk mengobati HCV.  Ini dikarenakan rifamycins dapat menurunkan konsentrasi obat HCC ke level subterapetik.  Orang dengan HCV harus berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan
mengenai kapan memulai TPT berbasis rifapentine, apakah sebelum atau sesudah
menyelesaikan pengobatan untuk HCV.

Apakah 3HP Lebih Unggul Daripada INH?
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa 3HP lebih efektif dari INH, tapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa 3HP memiliki efektivitas yang sama dengan isoniazid untuk mencegah berkembangnya TBC aktif. Bukti menunjukkan bahwa 3HP memiliki tingkat toksisitas hati yang lebih rendah daripada rejimen isoniazid, meskipun risiko adanya reaksi obat meningkat pada mereka yang diberikan 3HP. Ada bukti kuat menunjukkan bahwa orang yang menjalani TPT jangka pendek dengan 3HP lebih mungkin menyelesaikan terapi daripada orang dengan paduan isoniazid.

Apakah TPT Meningkatkan Risiko Resistansi Kuman TBC?
Tidak. Anggapan bahwa TPT meningkatkan risiko resistansi adalah mitos yang menghambat program pencegahan TBC dan individu untuk mengakses TPT. 
Ada beberapa alasan mengapa berkembangnya resistansi sangat tidak mungkin:

  • TPT diberikan pada mereka yang terbukti tidak memiliki TBC aktif
  • TBC aktif dapat disingkirkan dengan cepat dan mudah menggunakan algoritma skrining sederhana
  • Individu dengan infeksi TBC hanya memiliki bakteri dalam jumlah kecil yang bereplikasi secara lambat di dalam paru. Bakteri “tersembunyi” yang dalam jumlah kecil ini memiliki risiko yang kecil untuk menyebabkan terjadinya resistansi OAT
  • Sebagian besar kasus resistansi OAT terjadi akibat pengobatan TBC aktif yang kurang optimal, oleh karena itu mencegah berkembangnya infeksi TBC menjadi TBC aktif dapat mencegah terjadinya resistansi OAT secara keseluruhan
  • Studi-studi yang telah dilakukan tidak dapat menemukan bukti ilmiah yang berkaitan antara resistansi OAT dan penggunaan isoniazid atau golongan rifamisin untuk TPT

Apa manfaat minum TPT 3HP dengan benar?

  • Mencegah infeksi TBC berkembang menjadi TBC aktif sebesar 90%
  • Terapi dengan jangka waktu yang lebih singkat
  • Lebih mudah dikonsumsi
  • Efek samping lebih sedikit

Bagaimana cara mengkonsumsi obat TPT 3HP?

  • Paduan 3HP diberikan selama 12 minggu, dengan dosis satu kali dalam seminggu.
  • Usahakan untuk mengkonsumsi obat 3HP secara konsisten yaitu pada waktu yang sama (pagi, siang, sore atau malam), saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan), di hari yang sama setiap minggunya.
  • Pada anak obat dapat dikonsumsi dengan cara dihancurkan dan dicampur dengan sedikit makanan, hal ini untuk mengatasi rasa pahit. Namun tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan buah atau makanan yang berbasis buah.

Apa yang harus diakukan jika melewatkan waktu minum obat TPT 3HP?

  • Usahakan untuk mengkonsumsi obat 3HP di hari yang sama setiap minggunya secara teratur, misalnya hari Senin. Apabila dosis yang terlewat adalah dua hari ke depan, maka orang tsb dapat segera melanjutkan minum obat dan untuk selanjutnya tetap kembali ke jadwal normal di hari Senin. Jika dosis yang terlewat lebih dari dua hari ke depan, maka minumlah obat berikutnya pada hari yang sama minggu depannya. Hal ini berarti pasien melewatkan satu minggu dan tetap perlu melanjutkan terapi dengan satu minggu tambahan.
  • Atau bisa juga dengan mulai dari jadwal baru mingguan pada hari pasien ingat untuk minum obat yang terlewat. Misalnya, jadwal 3HP adalah hari Minggu dan baru teringat pada hari Kamis, maka pasien sekarang memulai jadwal pada hari Kamis sampai selesai pengobatan. Jika pasien tidak yakin kapan harus minum obat, segera tanyakan kepada petugas kesehatan yang memberikan obat 3HP tsb.

Bagaimana tips saat mengkonsumsi obat TPT 3HP?

  • Buat pengingat agar tidak terlewat saat waktunya menkonsumsi obat TPT
  • Hindari konsumsi alkohol atau minum obat tradisional karena dapat meningkatkan risiko kerusakan hati saat konsumsi TPT. Pasien harus konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memulai TPT.
  • Kunjungi fasilitas kesehatan jika memiliki timbul gejala TBC yaitu : batuk atau demam, berkeringat di malam hari tanpa melakukan aktivitas, penurunan berat badan.
Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Literasi ARV & Pengobatan

Mengenal Lebih Jauh TLD


01-Sep-2023 | Aan Rianto

Terapi Methadone Dan Pengobatan ARV


12-Jan-2024 | Aan Rianto

TLD Untuk Rejimen Alternatif Lini 2


06-Aug-2023 | Aan Rianto

Apakah TLD Sama Dengan TLE?


02-Sep-2023 | Aan Rianto