Terapi Methadone Dan Pengobatan ARV
Terakhir diperbaharui 18-Feb-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 112 kali
#faith2endaidsMethadone adalah obat yang sering digunakan untuk penggantian opioid dalam pengobatan untuk orang yang bergantung pada opioid, seperti heroin. Methadone bekerja dengan mengurangi gejala dan mengurangi keinginan untuk menggunakan opioid. Di sisi lain ARV adalah obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan infeksi HIV.
Dalam penggunaannya seringkali ada interaksi antara methadone dan ARV tertentu yang mempengaruhi satu sama lain, sehingga seringkali juga perlu adanya penyesuaian dosis atau pemantauan lebih ketat oleh penyedia layanan kesehatan.
Beberapa ARV yang dapat berinteraksi dengan methadone melibatkan enzim sitokrom P450 dalam hati yang berperan dalam metabolisme obat. Sebagai contoh ARV dari kelas protease inhibitor seperti lopinavir/ritonavir dapat mempengaruhi tingkat methadone dalam tubuh dengan memperlambat metabolismenya dan menurunkan dosis methadone hingga 36%.
Sebaliknya beberapa ARV seperti efavirenz atau nevirapine dari kelas non-nucleoside reverese transcriptase inhibitor (NNRTI) dapat meningkatkan metabolisme methadone sehingga menyebabkan penurunan kadar methadone dalam darah. Efavirenz diketahui mengurangi dosis methadone hingga 60%, nevirapine menurunkan dosis methadone hingga 40% sementara zidovudine meningkatkan dosis methadone dalam darah hingga 43%. Untuk ARV dengan rejimen dolutegravir tidak memerlukan penyesuaian dosis methadone.
Penting untuk menyadari potensi interaksi ini dan berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk memastikan pengelolaan yang efektif dari kedua kedua kondisi ini. Beberapa tindakan yang dapat diambil untuk mengelola interaksi antara methadone dan ARV melibatkan:
1. Pemantauan Teratur, penyesuaian dosis methadone atau ARV dapat diperlukan berdasarkan respons pasien dan hasil pemantauan yang teratur.
2. Pemantauan Kadar Darah, pemantauan kadar darah methadone dan ARV dapat membantu menilai efektivitas pengobatan dan mendeteksi potensi masalah.
3. Komunikasi terbuka dengan tim perawatan, kolaborasi yang erat antara penyedia perawatan kesehatan yang menangani HIV dan mereka yang menangani
pengobatan penyalahgunaan opioid penting untuk memastikan perawatan yang terkondisi.
4. Pentingnya Memberi Informasi, pasien sebaiknya memberi tahu penyedia layanan kesehatan tentang obat yang mereka konsumsi, termasuk methadone dan ARV, serta suplemen atau obat resep non-HIV lainnya.