ARTIKEL DOKUMEN GALERI POSTER ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG EQUALS_ID KONTRIBUTOR EQUALS_ID MITRA EQUALS_ID

HIV Tidur, Mitos Atau Fakta?

30-Mar-2024 | Sandy Jay

Terakhir diperbaharui 28-Nov-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 408 kali

#faith2endaids

...

Seringkali kita mendengar istilah HIV ''tertidur" yang sering diteruskan kepada orang-orang awam yang membuat orang-orang juga memiliki pemahaman demikian: bahwa HIV hanya dibuat tidur dengan pengobatan ARV, tidak lebih dan kapan saja bisa bangun kembali.

Ada  pemahaman yang kiranya perlu diluruskan terkait istilah HIV "tidur" sehingga kita tidak perlu meneruskan informasi ini keorang lain saat membicarakan pengobatan HIV yang hingga saat ini terbukti dapat menekan perkembangan virus hingga taraf tidak dapat dideteksi, yang artinya juga tidak lagi dapat ditularkan keorang lain.

  1. "HIV akan tidur ketika ODHIV sudah terapi ARV". Masih ada anggapan bahwa ARV adalah obat yang membuat HIV itu tidur sehingga tidak lagi  menyerang imun.
    Faktanya : fungsi terapi ARV adalah mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh yang jumlahnya dari jutaan kopi/mL hingga alat tes RNA/PCR tidak bisa mendeteksi jumlah salinan virus. Fungsi lainnya adalah mencegah replikasi HIV menjadi banyak sehingga merusak sistem imun yang mengurangi jumlah CD4 dengan menginfeksi CD4 sehat. Seandainya anggapan "HIV tertidur" itu mengacu pada kondisi menginfeksi sel kekebalan tertentu yang disebut sel memori CD4+ yang beristirahat yang menyimpan genom HIV yang tidak aktif bereplikasi atau menggandakan dirinya (disebut sel kantung atau reservoir cell)Padahal bukan HIV yang tertidur pada sel memori CD4+ ini, namun  karena memang sel reservoir ini dalam keadaan tidak aktif atau laten, ketika sel reservoir ini menjadi aktif maka sel tersebut akan kembali aktif memproduksi salinan HIV. Kondisi ini juga tidak mempengaruhi masa jendela yang paling lama 3 bulan dari resiko terakhir
  2. "HIV tidur maka tes HIV bisa saja bertahun-tahun baru positif dari resiko terakhir, sekalipun sudah tes 3 bulan atau lebih". Ada lagi istilah HIV tidur ini membuat orang-orang yang memiliki riwayat resiko tertular HIV atau bahkan tidak memiliki faktor resiko dibuat ketakutan dengan istilah HIV tidur karena imun masih kuat sehingga hasil tes masih negatif walaupun sudah tes diluar masa jendela,  dan anggapan HIV akan terbangun beberapa tahun seperti 5-10 tahun setelah resiko terakhir dan secara ganas akan mengganggu kesehatan secara diam-diam.
    Faktanya : Orang yang memiliki sistem imun yang bagus ketika terinfeksi HIV akan semakin cepat membentuk antibodi dan hasil positif akan segera muncul dan tidak perlu menunggu sampai bertahun-tahun untuk mendapatkan status HIV seseorang sebenarnya. Orang yang baru terdeteksi antibodi setelah bertahun-tahun terpapar HIV memiliki kemungkinan:
    * tidak pernah melakukan pemeriksaan HIV karena merasa tidak mungkin terinfeksi sekalipun memiliki faktor resiko
    * tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi HIV hingga stadium akhir saat mengalami banyak penyakit penyerta
    * melakukan tes HIV dengan hasil negatif, kemudian tetap melakukan faktor resiko dan tidak melakukan tes kembali
    * melakukan tes HIV saat masih dalam masa jendela dan tidak melakukan tes konfirmasi di akhir masa jendela

Jadi istilah HIV tidur ini memang harus dihindari karena akan membuat salah pemahaman terhadap HIV untuk orang awam bahkan bisa berakibat dampak psikologi bagi beberapa orang. Faktanya dengan tes HIV saat ini memiliki masa jendela paling lama 3 bulan setelah paparan sudah dapat didiagnosa status HIV.

HIV laten ini tidak sama dengan kondisi infeksi TB laten dimana saat orang terinfeksi bakteri tuberculosis dan kekebalan tubuhnya sedang bagus maka bakteri ini akan tetap ada dalam tubuh dan berada pada fase laten, yang artinya tidak memiliki gejala, tidak menimbulkan sakit dan tidak dapat menularkan keorang lain. Kondisi laten TBC ini dapat berlangsung bertahun-tahun selama kondisi imunitas bagus.
Kondisi ini akan sangat berbeda dengan infeksi HIV. Saat seseorang terinfeksi HIV (seberapa baguspun kondisi imunitasnya) dan syarat penularan HIV (ESSE) semua terpenuhi maka tubuh akan tetap terinfeksi HIV. Tubuh akan memunculkan gejala yang tidak khas diawal infeksi ini dan seringkali dianggap gejala flu atau masuk angin. Dalam kondisi ini sekalipun tidak ada gejala khusus yang dapat diamati, orang yang terinfeksi HIV sudah dapat menularkan ke orang lain dan sistem kekebalan tubuhnya akan dirusak secara perlahan seiring dengan replikasi HIV. Apabila infeksi HIV ini tidak segera ditangani maka secara perlahan tubuh akan memasuki fase stadium 3 atau 4 dimana tubuh tidak lagi dapat melawan infeksi yang masuk.
Saat orang dengan HIV menjalani terapi pengobatan ARV, maka viral load dalam darah yang sebelumnya cukup banyak (dapat mencapai jumlah jutaan) akan segera ditekan hingga berjumlah sangat sedikit, dan seringkali tidak lagi dapat dideteksi keberadaannya dalam tes VL/PCR. 
Virus HIV yang berada dalam aliran darah dapat dihancurkan oleh ARV. Tetapi ada sebagian kecil viral load   (HIV)yang berada dalam organ tertentu yang tidak terjangkau oleh ARV akan tetap bertahan tetapi dalam kondisi tidak dapat bereplikasi atau merusak CD4 sehat. 
Viral load yang berada dalam sel kantung (reservoir cell) ini akan tetap berada dalam kondisi "dormant" dan tidak aktif selama pasien tetap menjalani terapi pengobatan ARV.
Saat pengobatan ARV dihentikan maka viral load (HIV) ini akan kembali aktif melakukan replikasi dan menyerang sel kekebalan tubuh kembali. Ini sebabnya saat hasil pemeriksaan viral load menunjukkan tidak terdeteksi, pengobatan ARV tetap harus dilanjutkan.

ARV bekerja menekan jumlah HIV dari jutaan kopi menjadi tidak terdeteksi (kurang dari 20 cpm) dan melindungi CD4 sehat agar tidak dirusak HIV sehingga kekebalan tubuh dapat dipulihkan kembali. ARV bukan obat tidur untuk HIV, karena jelas saat dikatakan HIV tidur maka jumlahnya akan tetap sama seperti sebelumnya hanya tidak melakukan aktifitas apapun (yang berarti akan tetap terdeteksi dalam pemeriksaan darah). Sekalipun ARV belum dapat membunuh HIV sepenuhnya, menjalani terapi ARV dapat mencegah HIV melakukan replikasi dan merusak sistem imun lebih lanjut.

Artikel dari
Informasi dasar

Tantangan HIV 2024


06-Oct-2024 | Rizza Rezaly

Apakah Blips Perlu Diwaspadai


13-Jan-2024 | Aan Rianto

Mengenal Doxy-PEP


09-Mar-2024 | Aan Rianto

Menjawab Teori Konspirasi HIV


27-Apr-2024 | Aan Rianto

Multi Month Dispensing , MMD


06-Jan-2024 | Aan Rianto

Salah Kaprah Bahwa HIV Belum Ada Obatnya


10-Sep-2023 | Aan Rianto

IMS - Sipilis


13-Feb-2024 | Aan Rianto