BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Apakah Masih Perlu Pemeriksaan CD4 Saat Undetectable?

30-Mar-2024 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 30-Mar-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 273 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Sesuai definisi, WHO menetapkan bahwa orang dengan HIV dewasa (dan remaja) yang memiliki CD4<200sel/mm3 masuk dalam stadium 3 atau 4 (AIDS) terlepas ada atau tidaknya penyakit penyerta. Sementara untuk anak-anak berumur dibawah 5 tahun akan dimasukkan dalam kategori AHD (Advanced HIV Disease/AIDS/HIV stadium 3 atau 4) termasuk yang sudah menjalani pengobatan ARV.

AHD ini berkaitan erat dengan resiko terjadinya kesakitan karena adanya infeksi lain ataupun juga kematian. Orang dengan HIV yang menjalani pengobatan ARV tetap memilki resiko tinggi terjadi kesakitan ataupun kematian saat berada di fase AHD ini. Ini disebabkan karena rendahnya CD4 atau sistem kekebalan tubuh yang memiliki fungsi melakukan pertahanan atau perlawanan terhadap infektan yang menginfeksi. Saat CD4 terlalu rendah maka tubuh tidak akan mampu melawan adanya infeksi masuk, termasuk  TBC dan juga Meningitis cryptococcus yang dapat berakibat kematian.

Tes CD4 dilakukan untuk mengukur jumklah CD4 sel T yang pada kondisi "normal" pada orang sehat berada dalam rentang 500 - 1500sel/mm3.
CD4 juga dijadikan indikator terbaik selain untuk melihat efektifitas pengobatan ARV juga melihat seberapa banyak sel kekebalan tubuh yang masih sehat dan sudah dirusak karena infeksi HIV. Penurunan angka CD4 juga menunjukkan adanya infeksi lain yang juga dapat memicu terjadinya infeksi penyerta dan juga resiko kesakitan atau kematian yang lebih tinggi.
Beberapa infeksi akut seperti influenza, pneumonia, hepatitis B, CMV, kemoterapi dapat menyebabkan penurunan CD4. Stress dan kelelahan juga mempengaruhi nilai CD4. Sementara asupan alkohol, nikotin dan masa kehamilan akan mempengaruhi sedikit banyaknya angka CD4 absolut.

Apa yang harus dilakukan apabila CD4 <200 sel/mm3?
Saat kekebalan tubuh tidak cukup untuk melawan infeksi bakteri yang mungkin masuk, maka aka perlu adanya penambahan obat pencegahan Cotrimoxazole 960mg/hari untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri pada saluran pencernaan, saluran kencing dan juga pernafasan. Lebih lanjut pemberian cotrimoxazole juga dapat mengurangi kematian, pneumonia, toxoplasmosis, malaria maupun diare.

Beberapa negara mensyaratkan untuk menawarkan pemberian cotrimoxazole pada pasien dengan HIV yang memiliki CD4<200 sel/mm3 sementara negara lain mensyaratkan CD4<350 sel/mm3 atau bahkan <500 sel/mm3.
https://www.hivpolicywatch.org/duremaps/data/doc/Gupta_cotrim_policy_review_2014.pdf
Indonesia sendiri menetapkan pemberian cotrimoxazole saat CD4<200 sel/mm3 yang mana tentunya perlu bagi pasien dengan HIV untuk selalu melakukan pemantauan CD4 secara berkala selain pemeriksaan viral load.
https://rumahcemara.or.id/wp-content/uploads/2022/11/PMK-No.-23-Th-2022-ttg-Penanggulangan-HIV-AIDS-dan-Infeksi-Menular-Seksual-signed.pdf

Jadi apakah pemeriksaan CD4 masih perlu dilakukan saat viral load HIV tidak terdeteksi?
Keberhasilan terapi atau pengobatan ARV dapat dilihat dari indikasi serologi (CD4>200 sel/mm3), virologi (VL tidak terdeteksi atau <1000 cpm) dan juga indikasi klinis (tidak adanya infeksi penyerta).
Pemeriksaan viral load diperlukan untuk melihat seberapa efektif ARV mampu menekan jumlah viral load hingga tidak lagi dapat menularkan ke orang lain atau menyebabkan kerusakan CD4 lebih lanjut.
Sementara pemeriksaan CD4 untuk melihat seberapa bagus imunitas tubuh saat ini, kemampuan melawan infeksi dan juga kerusakan yang diakibatkan oleh HIV.
Keduanya akan menunjukkan hasil yang berbeda sebagai pemantauan kesehatan orang yang hidup dengan HIV. Saat pasien dengan HIV mengetahui bahwa CD4-nya turun <200 sel/mm3 maka dokter akan meresepkan cotrimoxazole sebagai pencegahan tambahan trerhadap kemungkinan infeksi yang masuk.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan no 23/tahun 2022 dinyatakan bahwa pemberian cotrimoxazole dapat diberikan kesemua pasien dengan HIV stadium klinis 3 dan 4 atau jika nilai CD4<200 sel/mm3 (AHD/AIDS). Pemberian cotrimoxale ini dapat dilakukan hingga CD4>200 sel/mm3 dua kali berturut-turut dengan interval 6 bulan atau selama 2 tahun pada tempat yang tidak mempunyai pemeriksaan CD4.

Kapan pemeriksaan CD4 tidak lagi diperlukan?
Saat CD4 sudah berada diatas angka 500 sel/mm3 dan viral load tetap tersupresi maka pemeriksaan CD4 dapat dilakukan lebih jarang, kecuali ada perubahan dalam kondisi kesehatan yang mengindikasikan perlunya pemeriksaan CD4 kembali.

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

Takut HIV?


11-Sep-2023 | Aan Rianto

Apakah Saya Mengalami Gejala HIV?


12-Sep-2023 | Aan Rianto

IMS - Herpes


05-Feb-2024 | Aan Rianto

HIV Bukan Penyakit.


12-Sep-2023 | Aan Rianto

Apakah Antibodi Dapat Menghilang?


24-Feb-2024 | Aan Rianto