BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Perlukah Kita Mengubah Edukasi HIV?

07-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 23-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 51 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Sering sekali kita menemui kasus sahabat dengan HIV yang karena merasa sehat lalu memutuskan untuk berhenti ARV.

Bagaimana kita harus merespon situasi ini :  marah, emosi atau bahkan semakin bersemangat menakut-nakuti?

1. Orang Dengan HIV yang pengobatan ARV-nya berhasil dan merasa sehat akan mencoba berhenti ARV beberapa hari utk membuktikan apakah "doktrin" harus patuh ARV selama ini benar atau sekedar mitos utk menakut-nakuti belaka. 
Setelah dicoba beberapa hari tidak minum ARV dan masih baik-baik saja, maka selanjutnya mereka akan meneruskan putus ARV dan mulai lupa bahwa mereka hidup dengan HIV. Mereka sudah terlalu banyak ditakut-takuti dengan berbagai mitos sehingga tidak lagi tau mana yang mitos dan mana yang fakta. Informasi mengenai HIV seolah dibuat "gelap" hanya boleh menerima informasi tetapi tidak boleh mempertanyakan apalagi literasi.

Perlu dipahami bahwa HIV bukanlah penyakit atau akan menimbulkan penyakit apapun dalam waktu dekat.
HIV akan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga pada akhirnya tubuh tidak mampu melawan infeksi yang menyerang sehingga akan mudah sakit. Saat orang dengan HIV (ODHIV) merasa sehat maka dia akan berpikir bisa berhenti ARV karena anggapannya selama ini bahwa ARV=Vitamin yang bisa diminum saat sakit dan berhenti saat merasa sehat. Mereka juga sudah sering mendapatkan informasi bahwa HIV adalah "penyakit yang tidak dapat disembuhkan" sehingga saat mereka sembuh dari infeksi oportunistik mereka juga beranggapan bahwa mereka "sembuh" dari HIV yang dianggap penyakit.

2. Orang Dengan HIV yang sudah merasa sehat dan memutuskan berhenti ARV akan merasa hidupnya sudah sama seperti sebelumnya, melakukan seks tanpa perlindungan dengan orang lain yang tanpa disadari bahwa dirinya kembali memiliki resiko menularkan keorang lain.
Hal ini seringkali dipicu oleh kebosanan harus tetap ARV setiap hari dan keharusan penggunaan kondom seumur hidup. Sehingga pada akhirnya yang kemudian dipikir adalah apa fungsi ARV (yang katanya membuat ODHIV sehat) tapi tidak dapat memiliki kehidupan sex seperti orang lain? Lalu apa arti sehat kalau masih dibelenggu ketakutan penularan kepasangannya setiap kali melakukan hubungan seksual?

Sehat pada orang dengan HIV diindikasikan dengan pemeriksaan CD4>450 dan viral load tidak terdeteksi yang berarti bukti pemeriksaan lab tersebut sama dengan rujukan orang tanpa HIV. Edukasi selanjutnya adalah status "sehat " berdasarkan hasil pemeriksaan lab tadi HARUS DIPERTAHANKAN dengan kepatuhan ARV.

3. Herbal membuat sehat, ARV membuat sakit.
Sebagian besar herbal atau suplemen (yang terdaftar di BPOM) hanya meningkatkan imunitas, tidak membunuh bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya. Sementara ARV akan melindungi sel kekebalan tubuh (CD4) dari serangan HIV.
Dengan herbal dan tanpa ARV maka kekebalan tubuh yang sudah bagus tadi tetap akan dirusak oleh HIV, karena HIV disediakan makanan (berupa CD4 sehat) untuk dapat terus direproduksi

Ingat semakin banyak CD4 sehat tanpa ARV yang melindunginya maka replikasi HIV juga akan semakin cepat karena HIV menyerang sel kekebalan tubuh (CD4) yang tidak dilindungi ARV.

Berharap sampai disini teman2 paham bahwa ARV bukanlah vitamin yang bisa diminum saat sakit dan dilewatkan atau hentikan dosisnya saat sudah sehat.

Kasus diatas seharusnya membuat kita berpikir betapa sulitnya mengajak teman-teman yang putus obat untuk kembali ARV saat merasa sehat karena pemahaman diatas. Selain tentunya efek samping dan juga masalah pengambilan ARV bulanan yang seringkali menjadi masalah pada sebagian orang lain.

Ajarkan TDTM (Tidak terDeteksi= Tidak Menularkan) sejak awal tau status (atau bahkan dalam pembicaraan sehari-hari) sehingga memiliki motivasi untuk tetap patuh ARV. Orang yang memahami TDTM sepenuhnya tentu tidak akan memutuskan berhenti pengobatan ARV, apapun alasannya. Sayangnya masih banyak peer educator yang belum memahami TDTM sepenuhnya, sehingga selalu mengatakan sekalipun tidak terdeteksi tetap ada resiko penularan HIV saat seks dilakukan tanpa menggunakan kondom. Mereka berbicara mengenai TDTM tetapi tidak percaya bahwa dengan mencapai VL tidak terdeteksi maka orang dengan HIV tidak akan dapat menularkan HIV 100%.

Hanya butuh ARV untuk tetap sehat dan tidak lagi memiliki kekuatiran menularkan kepasangan.

Tidak terDeteksi = Tidak Menularkan (TDTM)

Yang harus dilakukan saat ini adalah mengupayakan perubahan edukasi HIV secara lebih positif dengan tidak lagi mengedukasi secara menakut-nakuti karena hanya akan menimbulkan perlawanan, orang berhenti merokok karena kesadaran hidup sehat bukan karena foto seram dibungkus rokok. Foto seram dibungkus rokok tidak pernah membuat seorang perokok menghentikan kebiasaan merokoknya.
Begitu juga informasi seram terkait HIV tidak pernah membuat angka penularan HIV ataupun stigma berkurang. Orang membuktikan sendiri bahwa semua ketakutan akan HIV ternyata tidak selalu benar, melakukan hubungan seks bebas  diluar nikah tidak selalu akan terinfeksi HIV seperti apa yang selama ini didengar. Orang yang merokok bertahun-tahun juga tidak akan selalu berakhir dengan infeksi TB ataupun kanker paru-paru atau tenggorokan seperti pesan dan foto seram dibungkus rokok.

Mungkin saat kita lebih ramah mengedukasi HIV (dan lainnya) dengan tidak lagi menggunakan kampanye ketakutan (fear campaign) dan membuat HIV terlihat "normal" sama seperti infeksi lain, mungkin orang akan lebih sadar untuk mengetahui status kesehatan seksualnya sendiri.
Mungkin saat kita memperlakukan orang dengan HIV sama dalam pelayanan maka orang akan lebih mau mengetahui status HIV-nya. Mereka akan enggan tes untuk tau status HIV saat mereka menyaksikan dan mendengar sendiri bagaimana orang dengan HIV harus dikucilkan dan bahkan ditolak mendapatkan perawatan kesehatan, atau mungkin sekedar "dibedakan"......Mereka akan berpikir lebih baik tidak tau status HIV daripada kemudian diperlakukan berbeda......

Jadi saat kita mengatakan "Stop Stigma" diwaktu bersamaan kita menanamkan ketakutan akan HIV, lalu kapan kita dapat mengakhiri penularan baru HIV?

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

Perempuan Hamil Yang Hidup Dengan HIV


18-Jan-2024 | Aan Rianto

Bagaimana Menjaga Kepatuhan Minum ARV?


21-Jan-2024 | Aan Rianto

AHD (Advance HIV Disease)


21-Sep-2023 | Aan Rianto

Perlindungan Dari IMS Setelah Resiko


07-Jun-2024 | Aan Rianto