BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Bagaimana Edukasi HIV Sebaiknya Dilakukan?

02-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 17-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 75 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Seperti diketahui bersama bahwa hingga saat ini HIV, infeksi maupun orang yang hidup dengan HIV selalu dikaitkan dengan isu moralitas. Keterkaitan dengan isu ini seringkali menimbulkan kendala baru untuk dapat membicarakan (dan mengedukasi) HIV secara lebih terbuka. Ada banyak ketakutan akibat doktrin-doktrin tidak tepat yang masih meliputi edukasi HIV ini. Bahkan keseraman dan kaitan dengan moralitas ini membuat banyak orang enggan melakukantes HIV, mengakses informasi terkait HIV atau bahkan membicarakan HIV itu sendiri.

Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat membantu:

Penggunaan Bahasa yang Postitif, Tepat dan Tidak Ambigu:

Penting untuk selalu memilah penggunaan bahasa yang tepat, bersifat positif dan tidak ambigu. Pernyataan haruslah konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan informasi bagi oran gyang membaca, mendengar atau menyampaikannya.

 

Penyampaian Informasi Fakta:
Sampaikan informasi yang akurat tentang HIV, cara penularannya, dan cara mencegah penularan. Jelaskan bahwa HIV tidak dapat menular melalui kontak sehari-hari seperti jabat tangan, berbagi makanan, atau menggunakan toilet bersama. Tekankan juga bahwa HIV dapat menginfeksi siapapun tanpa memandang latar belakang seseorang, siapapun dapat terinfeksi HIV selama tidak memahami cara penularannya.

  1. Mengurangi Stigma:
    Jelaskan bahwa memiliki HIV bukanlah akhir dari hidup seseorang. Dengan pengelolaan yang baik, seseorang dengan HIV dapat hidup hidup yang panjang dan sehat. Tekankan bahwa HIV dapat dialami oleh siapa saja, tidak terbatas pada golongan tertentu.

  2.  
  3. Peran Pengobatan dan Perawatan:
    Ajarkan bahwa dengan pengobatan yang tepat, tingkat viral load HIV dapat ditekan, dan sistem kekebalan tubuh dapat dipulihkan dan dipertahankan sama atau bahkan lebih baik daripada orang tanpa HIV. Tekankan pentingnya tes HIV secara rutin, deteksi dini, dan akses ke perawatan medis.
  4.  
  5. Promosi Seks yang Aman:
    Ajarkan metode pencegahan, seperti penggunaan kondom dan PrEP, pengurangan risiko, dan pengujian rutin untuk mendeteksi HIV lebih awal. Tekankan bahwa seks yang aman adalah tanggung jawab bersama dan bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Setiap orang bertanggung jawab atas kesehatan dan resiko dari suatu aktifitas seksual.
  6.  
  7. Cerita Sukses:
    Bagikan cerita tentang orang-orang yang hidup sehat dengan HIV. Ini dapat membantu mengurangi stigma dan menginspirasi orang untuk menjalani hidup yang positif meskipun terinfeksi HIV.

  8.  
  9. Diskusi Terbuka:
    Mendorong diskusi terbuka di masyarakat, sekolah, atau tempat kerja tentang HIV untuk menghilangkan ketidaknyamanan dan meningkatkan pemahaman. Hindari sikap menyalahkan atau menghakimi ketika berbicara tentang HIV.

  10.  
  11. Sumber Daya dan Dukungan:
    Berikan informasi tentang sumber daya lokal yang dapat membantu individu yang hidup dengan HIV, termasuk organisasi kesehatan dan dukungan masyarakat. Tekankan pentingnya dukungan emosional dan psikologis bagi individu yang terkena dampak HIV.

Ingatlah bahwa pendekatan ini harus disesuaikan dengan audiens dan lingkungan tempat edukasi HIV dilakukan. Mengkomunikasikan informasi dengan bijak dan empati dapat membantu mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang HIV.
Edukasi dan pengenalan TDTM (Tidak terDeteksi = Tidak Menularkan) bukanlah mengenai seks bebas, sekalipun ini membebaskan orang dengan HIV dari ketakutan akan penularan HIV secara seksual.

Anggapan "mendorong seks bebas" (yang selalu dikaitkan dengan moralitas) tidak akan pernah mengurangi penularan HIV baru. WHO, UNAIDS dan banyak lembaga kesehatan dunia lain sudah mengakui hal ini dan tidak ada satupun dari mereka mengkaitkan dengan dorongan perilaku seks bebas atau berisiko. HIV adalah isu kesehatan yang tidak seharusnya dikaitkan dengan isu moralitas. Kekuatiran bahwa dengan adanya edukasi TDTM akan membuat banyak orang melakukan seks bebas tentunya hal yang berlebihan saat setiap orang dan negara berlomba menunjukkan untuk dapat menghapus stigma terhadap orang yang hidup dengan HIV tetapi hal yang sangat mendasar dan dapat menjadi pendorong utama untuk penghapusan stigma justru disembunyikan atau bahkan ditolak.

TDTM adalah kampanye dan edukasi mengenai upaya penghapusan stigma terhadap orang dengan HIV dan HIV, upaya menormalisasikan status HIV yang dimiliki semua orang (positif, negatif atau tidak tahu karena tidak pernah tes) sehingga setiap orang bisa melakukan tes HIV tanpa perlu dianggap penggemar atau pelaku "seks bebas", sehingga orang yang hidup dengan HIV juga dapat melakukan pengobatan dengan nyaman sehingga tidak lagi dapat menularkan HIV keorang lain. Bagaimana orang yang hidup dengan HIV dapat menjalani pengobatan dengan nyaman pada saat meeka akses pengobatan sudah mendapat label penggemar seks bebas?

Bagaimana orang dengan HIV dapat yakin dan nyaman menjalani pengobatannya kalau selalu ditakut-takuti menularkan kepasangannya seumur hidupnya? Bukankan orang negatif hanya dapat terinfeksi saat tertular dari orang positif? Bagaimana kalau semua ODHIV viral loadnya sudah tidak terdeteksi apakah mereka masih dapat menularkan keorang negatif?

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

Mitos Dan Fakta Terkait HIV


11-Sep-2023 | Aan Rianto

HIV Dan IMS


02-Feb-2024 | Aan Rianto

Pencegahan TBC Pada Orang Dengan HIV


28-May-2024 | Aan Rianto

IMS - HPV


14-Feb-2024 | Aan Rianto

See, Hear, Speak No HIV


18-Dec-2023 | Aan Rianto

IMS - Gonorrhea Atau GO


05-Feb-2024 | Aan Rianto