Terkait masalah pemberian vaksin COVID-19 bagi orang dengan HIV sekalipun sudah dibagikan banyak referensi ternyata masih banyak yang enggan update. Beberapa aktifis, pendamping bahkan nakes juga tidak selalu mengikuti edaran yang lebih baru sehingga akhirnya pemberian vaksin menjadi tertunda, banyak orang dengan HIV yang kemudian mundur  melakukan vaksin dengan alasan enggan membuka status ataupun memberi tahu CD4 (memberitahu CD4 berarti membuka status HIV positif). Beberapa teman sekalipun CD4>200 saat diketahui status positif HIV diminta kembali kelayanan dengan membawa rekomendasi dokter CST yang akhirnya malah memperlambat proses dan membuat birokrasi semakin panjang, hanya karena petugas vaksin tidak memahami edaran yang lebih baru.

Kementrian kesehatan dalam upaya percepatan pemberian vaksin COVID-19 sudah memberikan lampu hijau bagi beberapa penyandang komorbid agar dapat menerima vaksin termasuk tidak ada lagi persyaratan pertanyaan status HIV. Hal ini juga atas rekomendasi PAPDI (dan juga rekomendasi UNAIDS) bahwa orang dengan HIV juga akan memiliki manfaat yang sama, sekalipun mungkin pembentukan antibodi akan lebih lambat atau tidak sempurna saat CD4<200.

Dan hal ini tidak seharusnya menjadi kendala bagi teman-teman yang hidup dengan HIV untuk menerima vaksin , tetap lebih baik menerima vaksin daripada tidak sama sekali.

Dalam edaran UNAIDS juga disebut Orang Dengan HIV tetap harus minum ARV....dan ini juga bukan sebagai syarat pemberian vaksin bagi orang dengan HIV.

Orang dengan HIV akan menerima manfaat yang sama seperti orang tanpa HIV yang menerima vaksinasi COVID-19 ini. Yang perlu diingat bahwa dengan pemberian vaksin ini tidak mengurangi resiko atau kematian yang mungkin disebabkan oleh infeksi penyakit lainnya. Efek samping yang ringan juga kemungkinan akan dialami, sama seperti orang tanpa HIV lain yang juga menerima vaksin tersebut.