HIV Dan AIDS (Informasi Dasar Penularan, Pencegahan, Pengobatan Dll)
Terakhir diperbaharui 10-Feb-2025
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 236 kali
#UndetectableUntransmittable #faith2endaids #edukasiHIV #HIV #ODHIV #equals_id #peoplefirst #letcommunitieslead #gejalahiv
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Apabila tidak segera ditangani dan masuk stadium akhir maka kondisi ini akan disebut sebagai AIDS. Orang dalam kondisi AIDS atau Advanced HIV Disease, AHD (HIV kondisi lanjut) akan mudah sakit karena sistem kekebalan tubuh yang sudah terlalu lemah. Definisi atau kondisi AIDS atau sekarang disbut sebagai AHD adalah kondisi orang dengan HIV dimana pada usia remaja dan dewasa memiliki CD4 (sistem kekebalan tubuh) kurang dari 200 sel/mm3. Sementara semua anak dengan HIV dibawah 5 tahun dianggap berada dalam kondisi ini.
Penularan HIV
HIV ditularkan melalui pertukaran atau paparan akan cairan tubuh orang yang hidup dengan HIV dengan kondisi jumlah virus (Viral Load) cukup tinggi, dan ada jalan perlukaan masuk ke sistem peredaran darah. Cairan tubuh yang dapat menularkan HIV adalah darah, ASI, cairan kelamin dan cairan rektum. HIV tidak ditularkan melalui kontak sosial seperti bersalaman, berpelukan, berciuman, berbagi makanan atau peralatan pribadi. Pada umumnya HIV ditularkan melalui hubungan seks penetrasi (vaginal maupun anal) yang tidak aman (dengan orang yang hidup dengan HIV dan memiliki VL cukup tinggi dan dilakukan tanpa pencegahan (kondom atau PrEP).
HIV juga ditularkan dari ibu yang positif HIV ke bayinya saat viral load cukup tinggi baik selama kehamilan, proses persalinan ataupun menyusui. Selain itu juga ditularkan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril yang sebelumnya digunakan oleh orang dengan HIV dengan viral load cukup tinggi.
Sementara kasus penularan HIV ke tenaga kesehatan melalui kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik kurang dari 1%. Semua layanan dan petugas kesehatan diwajibkan melakukan pencegahan penularan infeksi (Universal Precautions) dan dapat mengakses pencegahan HIV paska pajanan apabila terpapar resiko. Resiko tertular dari cairan tubuh termasuk darah yang mengandung HIV dan terciprat sangatlah kecil resikonya, hampir nol.
https://www.cdc.gov/hiv/causes/occupational-transmission.html
HIV bisa dicegah penularannya dan diobati dengan pengobatan ARV. Orang dengan HIV yang menjalani pengobatan HIV dan memiliki viral laod tidak terdeteksi dapat memiliki kehidupan dan kesehatan yang sama seperti orang tanpa HIV bahkan tidak lagi dapat menularkan secara seksual ke orang lain. Hal ini disebut sebagai Tidak terDeteksi = Tidak Menularkan (TDTM) atau Undetectable = Untransmittable (U=U).
Gejala
HIV memiliki gejala berbeda tergantung kondisi atau stadium infeksinya. Diawal infeksi HIV tidak memiliki gejala yang khas, sehingga seringkali orang tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV. Gejala awal yang ditimbulkan sangat mirip dengan gejala flu atau masuk angin: demam, sakit kepala, ruam, nyeri tenggorokan.
Seiring dengan kerusakan imunitas maka akan muncul gejala-gejala : pembengkakan kelenjar getah bening (yang juga dapat terjadi pada infeksi apapun), berkurangnya berat bada (yang juga seringkali dialami orang yang terinfeksi TBC), demam (dapat dialami semua infeksi termasuk flu atau typhus), diare (ada banyak orang mengalami diare karena kebersihan makanan yang buruk), batuk.
Tanpa pengobatan ARV maka gejala yang terlihat akan semakin terlihat (yang seringkali membutuhkan waktu 5-8 tahun, atau mungkin lebih): TBC yang kembali aktif dan menyebabkan sakit, meningitis, infeksi bakteri atau jamur bahkan kanker. HIV yang tidak diobati juga memperburuk kondisi hepatitis B dan C juga cacar monyet, atau juga bayak infeksi lain.
Faktor Resiko
Beberapa perilaku yang dianggap memiliki resiko tinggi terinfeksi HIV :
1. melakukan vaginal atau anal seks tanpa kondom (dengan orang yang tidka mengetahui status kesehatan seksualnya atau hidup dengan HIV dan memiliki viral load cukup tinggi).
Perilaku seks penetrasi tanpa kondom (vaginal atau anal) dengan orang yang hidup dengan HIV dan memiliki viral load tidak terdeteksi sekalipun dilakukan tanpa kondom ataupun PrEP bukanlah faktor resiko penularan HIV.
2. adanya infeksi menular seksual lain yang dapat menjadi jalan masuk karena perlukaannya
3. penggunaan obat-obatan terlarang atau konsumsi alkohol yang juga berkaitan dengan perilaku seks yang tidak aman
4. berbagi penggunaan jarum suntik yang tidak steril
5. menerima donor darah atau cangkok organ
6. penggunaan peralatan medis yang tidak melalui proses sterilisasi
Diagnosa
Infeksi HIV saat ini dapat dideteksi setelah melewati masa jendela, dimana tubuh sudah membentuk antibodi/antigen setelah terinfeksi HIV. Masa jendela ini bervariatif, sebagian orang sudah membentuk antibodi atau antigen diminggu ke 6, sementara ada sebagian lainnya baru membentuk antibodi setelah 3 bulan. Dengan pemeriksaan PCR, masa jendela bisa lebih cepat dan dapat mendeteksi infeksi HIV setelah 10 hari. Untuk semua hasil tes (skrining) dengan hasil positif, maka akan dikonfirmasi tes ulang dengan menggunakan 2 reagan lain yang berbeda kepekaannya sebelum hasil positif diberikan ke pasien.
Sementara untuk semua hasil negatif akan disarankan untuk melakukan tes konfirmasi setelah 3 bulan.
https://equalsid.or.id/beranda/memahami-masa-jendela-dan-tes-hiv/9348cba9-1e5f-42ad-a42a-e9938081e3b4
Pencegahan dan Pengobatan
Untuk saat ini HIV adalah infeksi yang dapat dicegah:
1. penggunaan kondom selama aktifitas seksual
2. penggunaan PrEP sesuai aturan
3. melakukan tes untuk HIV dan IMS lain saat memiliki faktor resiko
4. melakukan sunat atau sirkumsisi
5. tidak menggunakan jarum suntik yang dipergunakan bergantian
6. pengunaan ARV pada orang yang hidup dengan HIV
Orang yang hidup dengan HIV dan menjaga kepatuhan ARV dengan baik sehingga viral loadnya tidak terdeteksi tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual sekalipun melakukan seks penetrasi tanpa kondom