BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Putus Pengobatan ARV Dan Penyebabnya.

12-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 22-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 84 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Hingga saat ini angka orang dengan HIV yang belum menjalani pengobatan memiliki angka yang lebih tinggi dibanding orang yang hidup dengan HIV dan menjalani pengobatan. 55% orang yang hidup dengan HIV tidak, belum atau berhenti menjalani pengobatan ARV dan kurang dari 30% diantara yang menjalani pengobatan ARV sudah mencapai viral load terupresi.
Hal ini juga menunjukkan masih banyak orang dengan HIV yang masih memiliki potensi menularkan HIV keorang lain sekalipun saat ini sudah ada informasi bahwa orang dengan HIV yang menjaga viral loadnya tersupresi atau tidak terdeteksi tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual.

Ada banyak faktor mengapa orang dengan HIV tidak menjalani pengobatan ARV atau memutuskan berhenti menjalani pengobatan ARV:
1. Efek samping, beberapa ARV dapat menyebabkan efek samping yang cukup mengganggu dan beberapa bertahan cukup lama, sekalipun pada sebagian besar efek smaping ini hanya bersifat sementara dan akan menghilang seiring berjalannya waktu.
2. Merasa sehat, banyak orang dengan HIV memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan ARV karena merasa cukup dan sudah sehat kembali seperti semula. Anggapan bahwa HIV adalah penyakit (sehingga dianggap memiliki penyakit dan menderita sakit tertentu), bahwa ARV adalah vitamin (yang diminum saat diperlukan dan boleh berhenti saat sehat) cukup mempengaruhi banyak orang yang hidup dengan HIV dan menjalani pengobatan ARV jangka panjang.
3. Bosan menjalani pengobatan (yang dianggap gak kunjung sembuh), termasuk kebosanan dan kejengahan karena kekuatiran setiap hari akan penularan HIV kepasangan.
4. Masalah ekonomi dan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengambilan ARV. Sekalipun hingga saat ini ARV masih disediakan gratis oleh pemerintah, tetapi pasien dengan HIV juga perlu membayar biaya pendaftaran dan jasa pemeriksaan dokter, pasien tetap perlu menyiapkan biaya untuk transportasi, parkir, makan siang dan lainnya saat harus mengambil ARV.
5. Kekuatiran statusnya terbuka ditempat kerja karena harus mengajukan ijin untuk mengambil ARV setiap bulan yang tentunyta akan menjadi pertanyaan dari perusahaan mengapa setiap bulan harus mengajukan ijin ke rumah sakit.

Hal-hal diatas apabila tidak ditangani tentunya akan membuat program penanganan dan pencegahan HIV tidak akan berhasil karena akan tetap banyak orang dengan HIV yang akan memutuskan berhenti pengobatan karena alasan-alasan diatas.

Lalu apa yang harus dilakukan untuk mendorong orang dengan HIV tetap menjalani pengobatan?
1. Pastikan setiap orang dengan HIV sejak awal memahami manfaat ARV, salah satunya untuk mencegah penularan HIV kepasangannya
2. Edukasi dan pemahaman terkait TDTM (Tidak terDetksi=Tidak Menularkan) harus selalu disampaikan sehingga pasien tidak akan berhenti menjalani pengobatan ARV
3. Perubahan edukasi dengan mulai menggantikan diksi-diksi atau istilah yang kurang tepat dan memiliki pemahaman blunder
4. Melakukan edukasi dan kampanye yang berfokus pada kebutuhan komunitas, bahwa orang dengan HIV yang menjalani pengobatan dan menjaga viral loadnya tersupresi tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual sehingga tidak perlu atau ada alasan untuk tetap mendapatkan stigma dan diskriminasi
5. Memberikan kemudahan MMD (Multi Month Dispensing) pengambilan obat untuk beberapa bulan dalam sekali pengambilan
6. Mendengarkan keluhan pasien terkait efek samping, terutama saat TLD sudah tersedia secara meluas dan mudah diakses
7. Menormalisasikan setiap upaya penanggulangan dan pencegahan HIV dengan membuat lebih banyak diskusi mengenai HIV sehingga HIV tidak lagi dianggap sebagai suatu aib.
8. Menjaminkan bahwa setiap pemeriksaan dan perawatan kesehatan orang dengan HIV dapat dijamin oleh JKN dengan memastikan bahwa setiap orang dengan HIV memiliki akses layanan dan jaminan BPJS, termasuk pemberian JKN yang disubsidi oelh negara (JKN PBI) kepada orang dengan HIV yang kurang mampu secara finansial.

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

HIV Ada Obatnya


30-Aug-2023 | Aan Rianto

IMS Mempertinggi Resiko Infeksi HIV?


30-Aug-2023 | Aan Rianto

IMS - Klamidia


05-Feb-2024 | Aan Rianto

Dapatkah Kita Menghentikan Epidemi HIV?


11-Sep-2023 | Aan Rianto

IMS - Herpes


05-Feb-2024 | Aan Rianto