ARTIKEL DOKUMEN GALERI POSTER ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG EQUALS_ID KONTRIBUTOR EQUALS_ID MITRA EQUALS_ID

Gejala HIV Yang Di Sering Ditanyakan

01-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 20-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 305 kali

#faith2endaids

...

Pertanyaan yang paling sering ditanyakan selain masa jendela  adalah "Gejala HIV"

Banyak sekali informasi mengenai gejala HIV yang kurang tepat sehingga malah menyebabkan ketakutan dan kekuatiran, yang tidak jarang menyebabkan gejala psikosomatik yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Ketakutan berlebihan akan terinfeksi HIV, edukasi dan informasi negatif mengenai HIV, gambaran buruk akan kondisi orang dengan HIV seperti yang sering diperlihatkan dibanyak materi edukasi, doktrin moralitas dan kaitannya dengan HIV sebagai kutukan atau "balasan" akibat melakukan dosa diluar nikah. Semua membuat seseorang yang pernah melakukan faktor resiko menjadi panik, tidak jarang sampai membutuhkan bantuan psikiater profesional.

Seperti diketahui infeksi HIV tidak menimbulkan gejala yang jelas atau khusus seperti infeksi lain. HIV menginfeksi dan menyerang sel kekebalan tubuh sehingga seringkali tubuh tidak bisa mengenalinya karena sel kekebalan tubuh juga tidak mungkin akan menyerang sel kekebalan tubuh lainnya. Hal ini membuat tubuh tidak memunculkan gejala khusus saat terinfeksi HIV. 

Tubuh hanya akan memunculkan gejala yang sangat umum seperti infeksi lain : demam, keringat malam, radang tenggorokan, kelelahan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening yang semuanya seringkali disalah artikan sebagai gejala masuk angin ataupun influenza. Semua gejala ini akan berangsur hilang sendiri baik diobati ataupun tidak. Tubuh kemudian akan masuk dalam masa tanpa gejala selama beberapa tahun kedepan, hingga semakin banyak sel kekebalan tubuh yang dirusak HIV dan akhirnya tubuh terinfeksi banyak infeksi tanpa dapat lagi dilawan oleh imun tubuh.

Gejala terparah sebenarnya karena psikosomatis, gejala gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pikiran bahwa tubuh mengalami suatu infeksi, sekalipun setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan kelainan apapun. Bahkan saat hasil tes HIV negatif mereka tetap merasakan adanya gejala yang mereka percaya sebagai gejala HIV. Mulai dari ruam kulit, lidah putih berjamur, kelelahan hingga penurunan berat badan yang semua juga berpengaruh pada depresi.

Mungkin bisa dijelaskan dengan cara sederhana berikut: orang yang sangat takut mengalami infeksi HIV karena berbagai informasi negatif yang diterimanya melakukan suatu aktifitas seks berisiko yang kebetulan juga bukan hal yang disetujui oleh komunitasnya. Seks dengan pekerja seks atau orang yang bukan pasangan formalnya. Sekalipun dilakukan dengan menggunakan kondom pemikiran yang bertentangan dengan moralitas umum ini tentunya juga akan mempengaruhi pikirannya.


Selanjutnya gangguan pikiran ini tentunya akan mulai mempengaruhi kehidupan sosial orang tersebut dan pada akhirnya juga mempengaruhi kesehatannya secara keseluruhan. Pola tidur mulai terganggu, nafsu makan akan berkurang, mudah lelah, mulai mengalami gangguan pencernaan hingga asam lambung yang juga dapat menyebabkan lidah putih. Gangguan psikis ini akan terus berlanjut hingga kebersihan diri juga akan terganggu yang kemudian mulai mengalami gatal dan ruam.

Hingga kini, bagaimana tepatnya pikiran dapat mempengaruhi kesehatan fisik masih belum diketahui dengan pasti.
Hal-hal diatas secara pasti dipengaruhi secara langsung oleh informasi yang bersifat negatif.
Hanya informasi negatif yang akan membuat pembacanya merasa cemas, resah, gelisah. Sementara informasi positif akan memberikan semangat, motivasi, dorongan mempelajari lebih lanjut untuk mencari dasar literasi yang lebih banyak dan valid.

Jadi apakah informasi yang selama ini kita peroleh mengganggu kesehatan mental kita atau justru memperkuat pikiran dan meningkatkan rasa percaya diri kita? Siapapun sumbernya selalu pilihlah informasi positif, cari informasi lebih lanjut mengenai kebenarannya dengan melakukan referensi silang dari sumber lain yang jugfa sama-sama terpercaya.

Informasi negatif > membuat cemas, tidak dilandasi dasar literasi atau bukti, cenderung menyalahkan, membuat panik
Informasi positif > memotivasi, memberikan ketenangan karena ada landasan penelitian dan literasi, tidak membuat cemas, membuat orang memberikan empati

Sekali lagi mulai biasakan memilah informasi siapapun yang memberikan informasi tersebut. literasi ataupun referensi silang selalu dapat dicari di internet untuk mendukung informasi tersebut.

Artikel dari
Informasi dasar

Pentingnya Pendidikan Seksual Untuk Anak


10-Oct-2024 | Rizza Rezaly

Terapi Pencegahan TBC 3HP


25-Dec-2024 | Aan Rianto

HIV Dan IMS


02-Feb-2024 | Aan Rianto

Mitos Dan Fakta Terkait HIV


11-Sep-2023 | Aan Rianto

See, Hear, Speak No HIV


18-Dec-2023 | Aan Rianto

Masih Relevankah Istilah AIDS ?


18-Oct-2024 | Rizza Rezaly