Gejala Infeksi HIV
Terakhir diperbaharui 22-Feb-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 223 kali
#faith2endaidsMengulang kembali pembahasan yang sangat sering ditanyakan : Apa saja gejala HIV?
Seperti kita ketahui bersama, HIV tidak memiliki gejala khusus (yang artinya sangat umum dan mirip infeksi lain) bukan tidak memiliki gejala sama sekali (seperti informasi yang diberikan oleh banyak peer educator selama ini). Setiap tubuh tentunya akan menimbulkan reaksi saat ada infektan yang masuk atau menginfeksi. Bahkan digigit semut atau nyamuk pun tubuh akan bereaksi menimbulkan rasa gatal. Ini adalah hal alami yang dilakukan untuk melindungi tubuh dari infeksi benda asing. Demikian pula saat terinfeksi HIV, tentunya sistem imun tubuh akan melakukan perlawanan untuk melindungi tubuh. Yang paling sering terjadi adalah demam tinggi, dan kelelahan yang seringkali hanya berlangsung beberapa hari dan akan sembuh sendiri baik diobati dengan obat bebas ataupun tidak diobati. Gejala yang sangat umum ini seringkali dianggap sebagai gejala masuk angin ataupun gejala awal influenza.
Gejala ini menjadi sangat umum karena HIV hanya menjadikan CD4 atau sistem kekebalan tubuh sebagai sasaran utama, yang setelah menginfeksi sel kekebalan maka HIV (didalam sel kekebalan) tersebut akan menumpang CD4 dalam memperbanyak diri. Semakin banyak CD4 (sel kekebalan tubuh) dibentuk dan diperbanyak maka jumlah HIV juga akan semakin banyak dan semakin parah melakukan perusakan pada sel kekebalan tubuh. Sel kekebalan tubuh (CD4) aktif tidak akan menyerang sel kekebalan tubuh lainnya, dan karena HIV menumpang dalam sel CD4 maka keberadaan HIV juga sulit diketahui oleh sel kekabalan tubuh, hingga akhirnya semua sel kekebalan tubuh rusak dan tidak mampu lagi melakukan perlawanan saat ada infeksi yang masuk.
Saat sel kekebalan tubuh rusak (HIV stadium lanjut/AIDS) maka infeksi yang kemudian menyerang tentunya akan disertai gejala masing-masing yang khas. Jadi saat orang dengan HIV distadium lanjut mengalami diare, itu karena adanya bakteri diarea pencernaan yang tidak lagi dapat dilawan oleh imunitas tubuh.
Demikian pula dengan gejala lain, menjadi lebih jelas dan spesifik. Infeksi TB, Meningitis, CMV, Tokso atau lainnya akan menjadi sangat jelas telihat dan mudah didiagnosa sesuai penyebab infeksinya.
Ada beberapa gejala umum yang sering terlihat diawal infeksi (tidak hanya HIV) : demam, kelelahan, nyeri tenggorokan, diare, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri sendi, keringat malam, ruam dan lainnya. Gejala ini akan menghilang dengan sendirinya. Fase tanpa gejala ini akan berlangsung bertahun tahun hingga CD4 semakin rusak dan habis.
Diagnosis HIV hanya dapat dipastikan dan tegakkan melalui pemeriksaan darah setelah melewati masa jendela yang pada sebagian besar orang pembentukan antibodi tubuh terbentuk dalam waktu 90 hari.
Banyak yang kemudian mengatakan :"....Saya dulu positif hiv tanpa gejala apapun..... " lalu tahunya positif HIV saat drop? Atau 'iseng' VCT setelah faktor resiko bertahun tahun sebelumnya? Tentunya gejala umum tadi tidak akan diperhatikan apalagi dicurigai sebagai infeksi HIV karena sangat banyak orang yang tidak sadar atau mau mengakui pernah melakukan perilaku berisiko.
Masalahnya seberapa rutin dan sering seseorang melakukan VCT untuk mengetahui status HIV?
Kalau orang tersebut tahu status positif saat drop kemungkinan besar sudah terinfeksi bertahun-tahun sebelumnya.
Kalau tahu status HIV saat kondisi sehat, silahkan pastikan dengan pemeriksaan CD4. Pemeriksaan CD4 setidaknya memberi gambaran berapa lama seseorang (dengan perkiraan) sudah terinfeksi HIV. Orang yang baru tahu status HIV distadium lanjut tentunya tidak akan ingat gejala yang mirip masuk angin atau influenza bertahun-tahun lalu sehingga akan selalu mengatakan HIV tanpa gejala.
Mengetahui status HIV dengan melakukan VCT secara rutin saat aktif secara seksual sebenarnya memiliki banyak kelebihan :
- Saat positif HIV dapat segera memulai pengobatan sehingga tidak lagi dapat menularkan HIV kepasangannya dan juga dapat tetap hidup sehat, sama seperti orang tanpa HIV
- Saat negatif, maka dapat melakukan banyak langkah pencegahan agar terhindar dari infeksi HIV dengan akses PrEP dan menggunakan kondom, atau memilih pasangan seksual yang positif HIV dan memiliki viral load tidak terdeteksi.