SAVE Dalam Pencegahan HIV
Terakhir diperbaharui 04-Nov-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 362 kali
#StigmaDiskriminasi #faith2endaids #edukasiHIV #HIV #ODHIV #equals_id #peoplefirst #letcommunitieslead #pencegahanHIV #edukasiHIV #SAVEBelakangan ini dikomunitas mulai terdengar istilah baru terkait SAVE sebagai pendekatan baru untuk upaya pencegahan HIV menggantikan ABCDE yang sudah lebih dulu dikenal.
Penjabaran SAVE adalah:
S - Sehat dan aman berperilaku (safe practices) : mempromosikan perilaku yang mengurangi resiko penularan HIV seperti penggunaan kondom, transfusi darah yang aman,dan program penggunaan jarum suntik steril yang aman. Pelarangan aktifikas seksual dengan "abstinence" ternyata tidak bisa dilakukan sepenuhnya mengingat tidak ada orang yang dapat melarang orang lain melakukan kegiatan seksual. Demikian pula dengan "be faitfhfull" dimana perilaku tidak berganti pasangan juga tidak akan selalu dapat dipaksakan untuk diterapkan. Hal ini tidak menyangkut pelarangan aktifitas seksual, tetapi apabila tetap dilakukan setidaknya orang mengerti apa yang harus dilakukan agar tidak tertular atau menularkan sautu infeksi menular seksual termasuk HIV.
A - Akses Pengobatan (access to treatment) : memastikan bahwa setiap orang yang hidup dengan HIV memiliki akses pengobatan ARV, dukungan nutrisi dan layanan kesehatan lainnya. Seperti diketahui terkait TDTM (Tidak terDeteksi = Tidak Menularkan) maka saat setiap pasien yang hidup dengan HIV didukung pengobatan dan akses kesehatannya dan mencapai viral load HIV tidak terdeteksi berarti orang tersebut sudah tidak lagi dapat menularkan HIV ke orang lain sekalipun melakukan seks tanpa kondom. Hal ini berarti sudah memutus satu mata rantai penularan HIV baru ke orang yang negatif.
V - Voluntary Konseling dan Testing (VCT) : mendorong tes HIV secara rutin saat aktif secara sekual dan menjaga kerahasiaan sebagai landasan pencegahan sehingga memungkinkan individu untuk membuat keputusan yang tepat.
E - Edukasi dan pemberdayaan (education and empowerment) : termasuk melakukan advokasi pendidikan dan pelibatan masyarakat untuk lebih memahami issue HIV dan untuk mengurangi stigma dan diskrimasi terkait HIV dan juga pada orang yang hidup dengan HIV. Kampanye-kampanye positif dan perubahan narasi terkait HIV yang tidak lagi memojokkan dan bersifat menakut-nakuti sehingga mendorong orang untuk tau statusnya, apabila positif dapat segera memulai pengobatan juga sangat penting dilakukan.
Dengan adanya pendekatan baru ini diharapkan orang tidak lagi berpikir bahwa HIV ditularkan melulu melalui seks bebas. Siapapun dapat terinfeksi HIV apabila tidak mengetahui langkah pencegahnya.