Pencegahan HIV Dengan PrEP
Terakhir diperbaharui 05-May-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 236 kali
#faith2endaidsPrEP (Pre Exposure Prophylaxis) adalah terapi pencegahan HIV pra-pajanan atau pencegahan HIV sebelum paparan resiko dengan menggunakan pengobatan ARV (obat yang juga dipergunakan untuk pengobatan HIV untuk menekan jumlah HIV dalam darah). PrEP adalah ARV 2 regimen (biasanya menggunakan emtricitabine dan tenofovir) yang dipergunakan oleh orang tanpa HIV sebagai pencegahan tambahan agar tidak tertular HIV saat melakukan faktor resiko. Efektifitas PrEP sendiri untuk pencegahan HIV memiliki efektifitas hingga 99% secara seksual apabila dikonsumsi sesuai aturan yang dianjurkan. Untuk resiko penularan melalui jarum suntik masih ada disekitar angka 74%.
PrEP dapat dipergunakan oleh orang yang memiliki pasangan positif HIV (viral load belum tersupresi atau sering bermasalah dengan kepatuhan) dan yang sering melakukan seks berisiko (serta pernah terinfeksi IMS) ataupun yang sering berbagi jarum suntik dengan orang yang tidak diketahui status HIV-nya.
PrEP pada umumnya diminum satu kali setiap hari dalam bentuk kombinasi dosis tunggal (KDT/FDC).
Untuk LSL (lelaki seks dengan lelaki) dapat memilih PrEP on Demand (event based PrEP) dimana PrEP hanya diminum saat diketahui akan melakukan seks berisiko. PrEP on Demand dapat diminum dengan aturan 2-24 jam sebelum melakukan seks (2 butir), kemudian 24 jam dan 48 jam (masing-masing 1 butir) setelah dosis pertama.
contoh berikut aktifitas seks direncanakan hari Kamis, maka hari Rabu sudah bisa minum PrEP 2 dosis, kemudian hari Kamis dan Jumat minum 1 dosis dijam yang sama dengan jam minum PrEP pertama (Rabu). Rumus penggunaan dosisnya adalah 2:1:1.
Lalu bagaimana kalau seks dilakukan selama beberapa hari berturut-turut? PrEP dapat diminum setiap hari selama masih melakukan aktifitas seks berisiko hingga 2 hari setelahnya.
PrEP on Demand hanya efektif untuk LSL yang melakukan anal seks tanpa kondom, tidak untuk seks vaginal (tetap disarankan PrEP harian). Apabila kemudian masih melakukan seks tanpa kondom dihari berikutnya maka dilanjutkan minum PrEP dosis tunggal (1x1) hingga 2 hari setelah seks terakhir.
Sementara untuk perempuan yang melakukan vaginal seks, PrEP dapat dikonsumsi hingga 7 hari setelahnya untuk yang event based dose atau menggunakan rumus 2:7
Mengapa PrEP on demand berbeda aturannya dengan regular PrEP (harian 1x1)?
PrEP on Demand seperti disebut diatas khusus untuk kegiatan anal seks, sehingga dosis ARV akan lebih terkonsentrasi di area anus yang juga mengandung jaringan mukosa. Sekalipun PrEP sangat efektif mencegah HIV tetapi PrEP tidak memberi perlindungan sama sekali terhadap IMS lain. Untuk itu bagi individu yang melakukan seks tanpa kondom (sekalipun sudah PrEP) tetap harus melakukan pemeriksaan rutin HIV dan IMS lain setiap 3 bulan.
Kondom tetap disarankan untuk mencegah infeksi menular seksual lain ataupun kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk pencegahan yang optimal maka penggunaan kondom dan PrEP tetap dibutuhkan saat melakukan seks berisiko dengan orang yang tidak diketahui status kesehatan seksualnya.
Jadi apakah PrEP akan menimbulkan stigma baru bagi penggunanya yang otomatis siapapun menemukan PrEP dilemari obatnya akan berpikir dia LSL ataupun pasangannya positif HIV, atau malah lebih buruk langsung dapat label "tukang jajan seks"??
Kembali lagi semua akan menjadi biasa dan netral saat kita tidak mengkaitkan HIV (dan berbagai upaya pencegahannya) dengan isu moralitas apalagi agama. Termasuk kampanye TDTM (Tidak terDeteksi=Tidak Menularkan) yang juga menempatkan PrEP sebagai salah satu pencegahan yang cukup efektif selain TasP (treatment as prevention) yaitu pencegahan penularan HIV dengan pengobatan atau terapi ARV yang mencapai hingga 100%.
Untuk akses PrEP di Indonesia dapat klik link berikut:
https://app.prepid.org/kuesioner