Penyebab Kegagalan Kondom Sebagai Alat Pencegahan HIV
Terakhir diperbaharui 23-Feb-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 127 kali
#faith2endaidsBeberapa kali penulis sempat menemukan flyer mengenai alat KB Pria yaitu kondom. Mungkin bagi sebagian orang penyebutan kondom sebagai alat KB Pria dengan alasan agar tidak terdengar vulgar dianggap sebagai upaya marketing yang wajar.
Sama seperti banyak istilah lain yang tidak sesuai dengan kebutuhan komunitas dan dianggap wajar ternyata malah "mengacaukan" literasi bahkan tidak sering juga mengubah tujuan awal.
Penyebutan kondom sebagai alat KB pria. Apakah setiap pria yang melakukan transaksi seks akan berpikir mengenai KB? Apakah kemudian mereka akan menggunakan kondom saat tidak membutuhkannya sebagai alat KB?
Sementara yang dengan pasangan sendiri dan mengetahui riwayat kesehatannya justru malah akan menggunakan "KB pria" karena berpikir untuk merencanakan kehamilan. Jadi apa yang kemudian terjadi hanya karena penyebutan yang tidak tepat (tapi dianggap wajar) ? :
Saat laki laki melakukan transaksi seks dia tidak akan menggunakan kondom karena tidak memikirkan keluarga berencana (tentunya kesepakatan saat itu hanyalah sebatas hubungan seks sesuai transaksi yang disepakati, dan tidak merencanakan suatu keluarga "berencana" kan?)
Saat laki laki melakukan seks dengan pasangan malah berpikir menggunakan KB saat ingin tidak memiliki anak, dan tidak akan menggunakan KB saat ingin memiliki anak. Pola pikir yang sama saat mereka melakukan transaksi seks dan kembali kepasangannya dirumah.
Dan kekacauan informasi ini tidak berhenti sampai disini, kondom sebagai salah satu alat termurah mencegah HIV saat dikampanyekan dan pasarkan sebagai KB pria, maka saat dibagikan dipuskesmas atau lokalisasi juga akan dianggap sebagai upaya pembiaran seks bebas.
Jadi apakah kira kira kita dapat mencegah penularan HIV dengan kondom saat kondom hanya dianggap sebagai alat KB?
Apakah PrEP yang juga lebih efektif dalam pencegahan penularan HIV juga akan dapat dikampanyekan sebagai upaya penanggulangan penularan HIV? Bagaimana dengan TDTM yang terbukti 100% tidak lagi dapat menularkan HIV masih selalu dianggap mendorong perilaku "seks bebas".
Kondom ternyata hanya dianggap sebatas alat KB pria dan tidak dipromosikan sebagai pencegah infeksi menular seksual (termasuk HIV). Gak heran banyak perilaku seksual berisiko (penularan HIV dan IMS lain) dikomunitas LSL, transgender dan pembeli jasa pekerja seks. Karena mereka tidak berpikir untuk merencanakan kehamilan!
Disisi lain penggunaan kondom sebagai pelindung utama saat melakukan aktifitas seksual dengan orang yang tidak diketahui kesehatan seksualnya juga seringkali tidak efektif baik karena ketidak konsistensian penggunaan ataupun kesalahan saat penggunaan.
Banyak penggunaan kondom yang tanpa disadari justru mebuat kondom sebagai alat pencegah IMS dan kehamilan yang tidak diinginkan justru menjadi tidak efektif atau bahkan gagal :
1. Ukuran yang tidak sesuai, banyak anggapan bahwa kondom satu ukuran akan pas digunakan pada semua jenis ukuran penis. hal ini menyebabkan kondom lepas saat digunakan karena ukuran terlalu besar atau robek karena ukuran yang terlalu kecil
2. Melewati tanggal kadaluarsa, sama seperti produk yang dapat dikonsumsi atau mengandung komposisi kimia, maka setiap kondom memiliki masa kadaluarsa masing-masing sesuai tanggal pembuatannya. Kondom kadaluarsa tentunya tidak akan sebagus kondom yang belum kadaluarsa
3. Kerusakan dalam penyimpanan atau penggunaa, tanpa disadari seringkali kondom disimpan secara tidak aman. Terlipat, tertekuk atau terpapar suhu yang tidak sesuai penyimpanan sehingga merusak kemasan dan tentunya juga akan berpengaruh pada isi dan kualitas kondom
4. Penggunaan yang kurang tepat, tidak dibuka gulungan sesuai aturan pemakaian atau dipergunakan sejak awal, dibuka sebelum selesai berhubungan atau cara pelepasan dan pembuangan yang tidak aman sehingga masih ada cairan sperma yang tertumpah
5. Tidak menggunakan pelicin yang disarankan yang berdasarkan air atau silicon. Banyak yang berpikir untuk tidak menambahakan pelicin tambahan saat menggunakan kondom, menggunakan pelicin berbahan dasar minyak, margarin, body lotion bahkan ludah yang pada akhirnya juga akan merusak bahan lateks kondom.