BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Pencegahan HIV Yang Bukan ABCDE

16-Sep-2024 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 16-Sep-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 59 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids #edukasiHIV #HIV #ODHIV #equals_id #UequalsU

...
Seperti kita ketahui hingga saat ini upaya pencegahan penularan baru HIV tidak menunjukkan hasil signifikan. Masih banyak yang selalu menggunakan materi ABCDE untuk pencegahan penularan HIV yang dianggap paling ampuh, sekalipun data menunjukkan bahwa angka penularan HIV baru masih terus melaju.
 
ABCDE dengan abstinence, be faithful, condom, don't do drugs, dan education ternyata tidak cukup meredam angka penularan baru HIV.
Anjuran tidak melakukan seks (abstinence) sebelum waktunya, bukan dengan pasangan sendiri akan menjadi tantangan tersendiri disaat setiap orang mulia sadar akan hak-hak seksualitas mereka sebagai makhluk hidup, baik untuk kebutuhan reproduksi maupun rekreasi. Tidak ada yang bisa melarang orang untuk tidak melakukan seks (dengan siapapun yang diinginkan).
 
Be faithfull atau setia dengan satu pasangan. Sekalipun selalu dikaitkan dengan HIV untuk menakut-nakuti dan moralitas serta azab akibat melakukan seks dengan yang bukan pasangannya, tidak membuat orang surut melakukan perilaku berisiko.
 
Condom yang saat ini penggunaannya justru dibatasi pada pasangan yang sudah menikah, (sekalipun dibawah umur) penggunaannya masih sebatas pada alat pencegahan kehamilan. Orang belum berbicara mengenai kondom sebagai alat pencegah penularan infeksi menular seksual. Iklan-iklan kondom juga menyebutkan kondom sebagai alat KB pria. 
Bagaimana dengan orang-orang yang melakukan seks rekreasi dan tidak memikirkan resiko kehamilan pada pihak perempuan? Apakah mereka juga akan menggunakan kondom kalau hanya dipromosikan sebatas alat kb atau pencegah kehamilan. Bagaimana dengan komunitas LSL ataupun transgender?
 
Don't do drugs atau tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
Faktanya kita juga tidak bisa melarang sepenuhnya orang yang menggunakan obat-obatan terlarang selama tidak merugikan orang lain. Mereka punya hak atas tubuhnya sendiri.
 
Education, atau edukasi. Harapannya akan ada edukasi kesehatan seksual dan reproduksi yang aman dan mencakup untuk semua. Sayangnya edukasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi selalu dicampuri oleh issue-issue moralitas dan agama sehingga pada akhirnya semua menjadi kembali tertutup oleh nilai-nilai ke-tabu-an.
 
Mungkin sudah waktunya menghargai pilihan dan preferensi seksual orang lain sesuai dengan hak asasi manusia yang berlaku. Negara-negara yang berhasil 95:95:95 sudah memahami dan menerapkan kampanye TDTM (Tidak terDeteksi = Tidak Menularkan) dan menerapkan SAVE sebagai upaya edukasi pencegahan penularan HIV yang lebih ramah HAM dan tidak menghakimi. Mereka sangat memahami tidak bisa menerapkan lagi ABCDE sebagai upaya pencegahan penularan baru HIV. Terutama abstinence dan be faithful dimana mereka juga menghargai hak-hak reproduksi dan privasi warga  negaranya. 
 
SAVE sebagai langkah baru edukasi pencegahan HIV:
 
Safe practices, atau perilaku aman dengan menggunakan kondom, PrEP atau pemilihan pasangan orang yang hidup dengan HIV yang undetectable. Melakukan hubungan seks dengan orang yang hidup dengan HIV dan undetectable sekalipun tanpa kondom ataupun PrEP bukanlah faktor resiko penularan HIV. Ini bisa dijadikan langkah pencegahan sebagai perilaku aman. Disisi lain penggunaan kombinasi PrEP dan kondom untuk digunakan saat melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak diketahui status kesehatan seksualnya juga dapat menjadi langkah yang aman dan berisiko sangat kecil terinfeksi HIV.
 
Access to treatment, akses pengobatan yang lebih ramah dan sesuai kebutuhan pasien termasuk transisi ke TLD yg lebih ramah efek samping, pemberian MMD sehingga diharapkan semua orang dengan HIV mencapai viral load undetectable, yang artinya mereka sudah memutuskan mata rantai penularan HIV baru. Saat semua orang yang hidup dengan HIV memiliki viral load tersupresi atau undetectable maka penularan baru HIV dapat dihentikan.
 
Volunterary testing, dengan tidak adanya stigma buruk diharapkan orang akan bersedia melakukan pemeriksaan HIV dan atau IMS lain saat melakukan perilaku berisiko sehingga segera akses pengobatan apabila positif dan melakukan langkah pencegahan lain apabila negatif. Masih banyak orang enggan melakukan tes HIV dan atau IMS lain karena ketakutan mendapatkan stigma atau banyak edukasi buruk yang membuat mereka berpikir akan hal-hak negatif apabila positif HIV. Mereka merasa lebih baik tidak mengetahui status HIV mereka, yang justru apabila ternyata positif maka mereka akan terus menularkan HIV keorang lain.
 
Empowerment & education. Dengan penguatan literasi positif maka orang akan memahami dan dapat mengambil keputusan untuk melakukan praktek seksual yang aman dan bertanggung jawab. Tidak ada yang bisa memaksakan dan memastikan orang untuk tidak melakukan aktifitas seksual atau menggunakan kondom, juga setia kepada satu pasangan. Yang bisa dilakukan hanyalah memberikan edukasi positif sehingga mereka dapat mengambil tindakan dan keputusan untuk tetap melakukan langkah-langkah pencegahan yang bertanggung jawab saat memutuskan melakukan hubungan seksual. Setiap orang punya hak untuk tidak tertular IMS (termasuk HIV) dan juga punya tanggungjawab untuk tidak menularkan IMS (termasuk HIV) kepasangannya.
Dengan pendekatan SAVE  kita hanya akan fokus pada pencegahan HIV dan tidak masuk kedalam ranah pribadi klien. 
Kalaupun kemudian diharapkan ada perubahan perilaku maka  yang diharapkan adalah perilaku yang lebih minim resiko dalam penularan HIV. Klien dapat lebih memahami segala resiko dan konsekuensinya sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Tidak perlu lagi menakut-nakuti klien dengan HIV yang menyeramkan (yang pada akhirnya justru membuat klien menutup diri dan enggan melakukan tes HIV dan IMS lain)
Kata kunci : #faith2endaids, #edukasiHIV, #HIV, #ODHIV, #equals_id, #UequalsU
Artikel dari
Pencegahan HIV

PrEP Tersedia Di Indonesia


30-Aug-2023 | Aan Rianto

Mengenal PEP


16-Jan-2024 | Aan Rianto

Apakah Kondom Berpori-pori ?


22-Sep-2024 | Sandy Jay

Kunci Utama Pencegahan Penularan HIV


30-Aug-2023 | Aan Rianto

Kapan PrEP Tidak Di Perlukan?


30-Aug-2023 | Aan Rianto

Pencegahan HIV


30-Aug-2023 | Aan Rianto