BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Mengenal Pencegahan TBC Pada ODHIV

09-Mar-2024 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 24-Aug-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 181 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Mengenal Infeksi TBC Laten.
Infeksi TBC laten adalah suatu kondisi dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. TB laten ini juga tidak menular sehingga sehingga seringkali selain tidak disadari infeksinya, pengidapnya juga enggan melakukan pencegahan agar tidak menjadi TB aktif karena merasa sehat. Pada orang yang terinfeksi TBC laten ini selain tidak memunculkan gejala infeksi TBC juga pada pemeriksaan dahak, rontgen dada akan menunjukkan hasil negatif. Sementara pada tes uji tuberkulin atau igra akan menunjukkan hasil positif.

Pada orang yang terpapar bakteri TBC maka 30% akan terinfeksi TBC, 3-10% diantaranya berkembang menjadi TBC aktif dan selebihnya menjadi TBC laten .5-10% TBC laten akan menjadi aktif dalam 5 tahun pertama sejak terinfeksi. Pada orang yang mengidap infeksi TBC laten ini suatu saat ketika imunitas tubuh menurun maka akan terjadi reaktivasi bakteri sehingga kemudian dapat menjadi TBC aktif dan menimbulkan kesakitan. Pada dasarnya sebagian orang di Indonesia hidup dengan bakteri TBC baik karena terpapar langsung atau memiliki kontak erat dengan pengidap TBC. Pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya baik dan mampu mengeliminasi TB maka dia akan tetap sehat, dimana semua hasil pemeriksaan TBC menunjukkan hasil negatif dan juga tidak memiliki gejala.

Tabel berikut menunjukkan perbedaan antara infeksi TBC laten dan TBC aktif:

Siapa saja yang kemudian menjadi kelompokj berisiko tinggi sakit TBC setelah terinfeksi?
1. orang dengan HIV atau AIDS
2. Kontak serumah dengan pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis, baik anak, remaja maupun dewasa
3. Kelompok risiko lain dengan status HIV negatif : pasien imunokompromis lain (keganasan, hemodialisis, mendapatkan kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ dll), serta warga binaan pemasyaraktan, petugas kesehatan, penghuni sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.
Kelompok risiko diatas disarankan untuk menjalani terapi pencegahan TBC.

Apa saja syarat pemberian TPT?
1. Kelompok risiko tinggi
2. Tidak sakit TBC
3. Infeksi TBC laten
4. Tidak ada kontra indikasi pemberian TPT
5. Pasien dengan HIV dan anak kontak usia kurang dari 5 tahun

Bagaimana penetuan seseorang tidak sedang sakit TBC dan layak mendapat pemberian TPT?
1. Gejala : tidak ada gejala TBC : batuk, demam sore, keringat malam, berat badan turun atau tidak naik, lesu
2. Tes infeksi TBC
3. Foto rontgen dada
4. Tes cepat molekular
Pada orang dengan HIV dan anak kontak dibawah umur 5 tahun dapat dilakukan pemberian TPT dengan skrining gejala tanpa harus melakukan pemeriksaan TST, IGRA maupun rontgen thorax.
Pada bayi kurang dari 1 tahun tanpa gejala hanya diberikan TPT apabila ada risiko kontak serumah dengan pasien TBC.

Mengapa pemberian TPT penting dilakukan?
1. Mengurangi risiko reaktivasi
2. Memberikan perlindungan pada oDHIV hingga 5 tahun
3. Menurunkan insiden TBC
4. Menghentikan progresivitas penyakit menjadi aktif

Apa yang bisa menjadi kontraindikasi pemberian TPT?
1. hepatitis akut atau kronis
2. Neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid)
3. konsumsi alkohol
Kehamilan atau riwayat TBC sebelumnya bukan merupakan kontraindikasi pemberian TPT.

 

Berikut adalah panduan pilihan jenis TPT

Berikut panduan pemberian jenis TPT dan juga dosis yang disarankan

Pemberian TPT (Terapi Pencegahan TBC) pada orang dengan HIV menurunkan risiko terkena TBC sebanyak hampir 75%.
Seperti diketahui penyebab kematian tertinggi pada orang dengan HIV adalah infeksi TBC. Infeksi TBC tetap dapat terjadi pada orang dengan HIV yang menjalani pengobatan ARV. Insiden TBC 3 tahun pada orang yang hidup dengan HIV dan tidak mendapatkan TPT hampir 4x lipat dibandingkan yang mendapatkan TPT.

Ada 2 jenis terapi pencegahan TBC yang diberikan pada ODHIV:
1. TPT Primer yaitu TPT yang diberikan pada ODHIV yang tidak memiliki TBC aktif, dan belum pernah mendapatkan pengobatan OAT.
2. TPT Sekunder  adalah TPT yang diberikan pada ODHIV sebagai suatu kelanjutan setelah menyelesaikan terapi OAT dan dinyatakan sembuh atau menyelesaikan pengobatan secara lengkap.

Berikut alur pemberian TPT pada orang dengan HIV.
Alur pemberian TPT pada ODHIV

3HP dapat diberikan kepada pasien HIV yang menjalani pengobatan ARV yang umum digunakan kevuali nevirapine dan golongan protease inhibitor.ARV seperti evafirenz , raltegravir dan dolutegravir  aman digunakan tanpa adanya perubahan dosis.

Tindak lanjut pengobatan.
Selesai pengobatan :
pengobatan dianggap lengkap apabila telah menyelesaikan minimal 80% rangkaian pengobatan pencegahan, kecuali untuk 3HP yang minimal harus menyelesaiakn 90%.
Putus pengobatan : 
pengobatan TPT dianggap putus apabila penerima TPT tidka minum obat minimal 1 bulan berturut-turut.
Gagal pengobatan : pengoabatan dianggap gagal apabila penerima TPT menjadi sakit TBC.
Tidak dievaluasi : penerima TPT yang tidak diketahui hasil akhir terapinya, baik karena pasien tidak lagi datang atau pindah ke layankes lain dimana hasilnya tidak diinformasikan kepada layankes pengirim.

Berikut adalah tabel munculnya gejala TBC yang dapat dievaluasi selama pengobatan TPT.


Lalu bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat ada dosis yang terlupa selama pengobatan TPT?



 

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

TBC Laten Dan Pencegahan TBC (TPT) 3HP


19-May-2024 | Aan Rianto

Mitos Dan Fakta Terkait HIV


11-Sep-2023 | Aan Rianto

CD4 Absolute Dan CD4 %


09-Apr-2024 | Aan Rianto

ARV Bukanlah Vitamin


03-Sep-2023 | Aan Rianto

Takut HIV?


11-Sep-2023 | Aan Rianto