BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Dapatkah Kita Menghentikan Epidemi HIV?

11-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 16-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 104 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Apakah Kita dapat berperan serta menghentikan Epidemi HIV? Apakah HIV dapat benar-benar dihentikan penularannya?

isu HIV sebagian besar terkait dengan isu stigma bahwa HIV tidak dapat disembuhkan, bahwa HIV tidak ada obatnya dan sangat menular (dipastikan akan menular kepasangan), bahkan ada yang menyarankan agar ODHIV (Orang Dengan HIV) tidak memilih pasangan orang tanpa HIV ataupun memiliki keturunan karena alasan penularan tersebut. 
Hal ini juga menghalangi dan menjadi hambatan bagi awam yang ingin mengetahui status HIV-nya, demikian juga yang tau status HIV positif lalu "menghilang" karena pemahaman bahwa HIV tidak ada obatnya sehingga status positif HIV juga dianggap hukuman mati.

Banyak penggiat yang bergerak di isu HIV dinegara lain mencari akar permasalahan dari perkembangan HIV yang sepertinya tidak akan pernah terputus mata rantainya. Pemahaman  U=U (Undetectable = Untransmitable) sebenarnya dapat langsung meruntuhkan stigma terhadap berbagai isu HIV diatas karena langsung menunjukkan bahwa penularan HIV dapat dihentikan!. Orang dengan HIV yang menjaga viral loadnya tersupresi tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual! Bukankah ini (harusnya) menjadi angin segar untuk mengakhiri penularan HIV baru?

Sayangnya banyak kalangan yang menolak mendukung gerakan U=U hanya karena pertimbangan isu IMS yang juga dikawatirkan akan meningkat. Kalangan ini berpendapat saat orang tidak lagi takut akan isu HIV maka orang akan dengan bebasnya melakukan hubungan seks bebas lagi. Padahal kita sudah memahami bahwa HIV tidak ditularkan melalui hubungan seks bebas, melainkan hubungan seks berisiko. Dimana seks dilakukan dengan orang yang tidak mengetahui status kesehatan seksualnya dan dilakukan tanpa kondom. Hubungan seks dengan orang yang positif HIV, tidak memiliki IMS dan menjaga viral loadnya tersupresi bukanlah suatu hubungan berisiko, karena hubungan seksual demikian 100% tidak lagi dapat menularkan HIV!

HIV hingga sekarang masih dianggap momok yang sangat menakutkan (terlepas seberapa banyak edukasi dan.kampanye yang diberikan, mengingat selama ini semuanya hanya mengexpose keseraman dan bersifat menakut nakuti). Apabila U=U dapat meruntuhkan semua stigma diatas karena memang berlandaskan pengguguran salah satu syarat penularan ESSE  (sufficient atau jumlah virus cukup untuk menginfeksi) maka apakah layak tetap menyembunyikan pemahaman U=U dari setiap orang? U=U adalah kunci untuk mengakhiri penularan baru HIV melalui penghapusan stigma, sehingga diharapkan semakin banyak orang yang bersedia melakukan tes HIV sehingga saat positif dapat segera menjalani pengobatan, demikian pula apabila negatif dapat melakukan langkah pencegahan lain baik dengan penggunaan kondom atau kombinasi dengan PrEP.

Cukup dengan patuh ARV sehingga mencapai viral load tidak terdeteksi, orang ynag hidup dengan HIV sudah berperan serta menghentikan penularan HIV lebih lanjut, sekalipun melakukan hubungan seks tanpa kondom (yang berarti tidak menularkan HIV seperti halnya orang tanpa HIV).

Kalau memang kekhawatiran ke isu IMS sebaiknya juga dijelaskan bahwa kondom selain mencegah IMS juga mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Bukankah sekalipun HIV adalah salah satu IMS tetapi bayangan yang selalu menyelimutinya adalah sangat menular dan mengerikan, jarang orang lebih kuatir IMS lain dibanding HIV. Padahal HIV bila ditangani secara tepat dapat membuat pengidapnya memiliki kualitas hidup dan kesehatan sama dengan orang tanpa HIV. Sementara HIV juga tidak lebih mudah ditularkan dibandingkan dengan infeksi menular seksual lainnya.

Kesimpulan :
U
ntuk dapat menghentikan penyebaran epidemi HIV lebih lanjut dapat dilakukan langkah-langkah berikut : 
1. Gencarkan kampanye U=U sehingga orang tidak lagi takut akan status HIV orang lain dan bersedia mengetahui status HIV-nya sendiri
2. Apabila HIV mulai dianggap sebagai infeksi kronis berhentilah memberikan edukasi mengenai keseraman HIV, edukasikan HIV secara lebih positif, tidak perlu menggunakan ketakutan dan keseraman akan AIDS apalagi mengkaitkan dengan moralitas
3. Berikan edukasi yang bersifat positif yang lebih fokus pada kehidupan ODHIV yang sehat, dan bukan sebaliknya
4. U=U berkaitan erat dengan (bahkan menggunakan dasar) ESSE sehingga harusnya disertakan dalam setiap edukasi yang diperbarui
5. Dengan memahami U=U seorang yang hidup dengan HIV juga akan memiliki motivasi untuk tetap patuh ARV , karena paham bahwa dengan viral load tidak terdeteksi mereka tidak lagi dapat menularkan HIV kepasangannya.
6. Pencegahan penularan HIV dengan penggunaan kondom efektif hingga 90%, dengan PrEP hingga 99%, sementara TasP (Treatment as Prevention dengan Viral Load Undetectable) mencapai keberhasilan 100%.

Jadi mana yang lebih efektif dalam menghentikan penularan baru HIV?
Seberapa siap kita mengejar target global 95:95:95 jika sampai sekarang masih terus berkutat dengan isu takut tes HIV, stigma dan diskriminasi,  bosan obat, efek samping ARV yang semuanya berawal dari pemahaman bahwa HIV tidak ada obatnya?

Sudahkah kita benar benar memahami U=U sebagai usaha penghentian penularan HIV?

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Informasi dasar

HIV Dan IMS


02-Feb-2024 | Aan Rianto

IMS - Hepatitis


13-Feb-2024 | Aan Rianto

HIV, Apakah Virus Atau Penyakit?


30-Aug-2023 | Aan Rianto

Gejala HIV Yang Di Sering Ditanyakan


01-Sep-2023 | Aan Rianto