U=U atau Undetectable=Untransmittable atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Tidak terDeteksi=Tidak Menularkan (TDTM) sudah dianggap sebagai satu upaya kampanye untuk mengurangi stigma dan ketakutan akan HIV dan penularannya.
TDTM juga disebut sebagai game changer sebagai strategi utama untuk menghentikan penularan HIV melalui penghapusan stigma.

Orang dengan HIV yang memiliki viral load tidak terdeteksi sudah tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual sekalipun melakukan hubungan seks tanpa kondom. Ini berarti orang dengan HIV juga tidak lagi seharusnya distigma sebagai orang yang perlu dijauhi karena ketakutan akan penularan HIV. Mereka juga tidak lagi seharusnya didiskriminasi dengan perlakuan berbeda hanya karena berstatus HIV positif.
Disisi lain kampanye ini juga seharusnya mampu memberikan motivasi tinggi bagi komunitas orang yang hidup dengan HIV untuk tetap menjalani terapi pengobatan ARV agar tetap tidak terdeteksi dan tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual. Mereka juga seharusnya dapat memperjuangkan hak-hak asasinya termasuk hak untuk mendapat layanan kesehatan dan lainnya yang sama serta mendapat perlakuan yang sama dengan orang tanpa HIV.

Kampanye TDTM juga menjadi salah satu upaya untuk menormalisasi status HIV. Bahwa setiap orang memiliki status HIV yang sama : positif, negatif ataupun tidak tahu karena tidak pernah melakukan tes HIV. Orang yang positif HIV dapat menjalani pengobatan dan terapi ARV sehingga tidak terdeteksi dan tidak lagi dapat menularkan HIV kepasangannya, sementara untuk orang yang negatif HIV juga dapat melakukan langkah pencegahan lainnya agar tidak terinfeksi HIV.

Dengan menjaga viral load tidak terdeteksi maka seorang perempuan yang positif HIV dan merencanakan kehamilan bisa mengurangi resiko penularan HIV kebayinya dengan sangat signikan. Perempuan positif HIV yang memiliki viral load tidak terdeteksi juga dapat menyusui bayinya hingga umur 2 tahun atau lebih sesuai kebutuhan.

Mengapa penelitian U=U berfokus pada penelitian mengenai penularan HIV secara seksual?
Seperti diketahui, penularan HIV melalui jalur seksual cukup tinggi dan selama ini hubungan seks diluar pernikahan masih dianggap sebagai hal yang tabu. Hal inilah yang kemudian dipilih sebagai alasan mengapa penelitian TDTM didasarkan pada penularan secara seksual. Saat penularan melalui seksual yang juga dianggap sebagai cara penularan paling intim terbukti tidak lagi dapat menularkan, maka seharusnya tidak ada lagi stigma dan diskriminasi pada orang yang hidup dengan HIV. Karena tidak semua berinteraksi dengan orang yang hidup dengan HIV secara seksual, maka seharusnya ketakutan akan penularan HIV melalui kontak sosial juga dapat berkurang secara drastis...