BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

ARV Dan Diabetes

06-Jan-2024 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 05-Sep-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 71 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Seringkali kita mendapatkan informasi bahwa salah satu rejimen ARV yang (saat ini) merupakan rejimen terbaru di Indonesia tidak selalu sesuai untuk semua orang yang sedsng menjalani pengobatan ARV.
Alasan yang diberikan dari mulai belum adanya penelitian di Indonesia yang mencukupi terkait rejimen ini, anggapan bahwa TLD hanya untuk lini dua, TLD dipergunakan sebagai cadangan apabila lini dua juga sudah tidak mampu menurunkan viral load, hingga ketersediaan TLD yang "katanya" masih sangat terbatas sebagai obat baru. Ada pula alasan untuk tidak memberikan TLD kepasiennya sekalipun pasien mengeluhkan efek samping berkepanjangan, bahwa TLD memiliki resiko terjadi diabetes, jadi selain tidak bisa diberikan pada semua orang juga mempertinggi resiko terjadinya diabetes.

Melihat dari literasi dan referensi yang saat ini tersedia ternyata pemberian rejimen DTG selama 48 minggu tidak menunjukkan adanya perubahan tingkat insulin. Penelitian yang dilakukan ini mungkin perlu menjadi pertimbangan pemberian DTG pada pasien yang memang sudah memiliki resiko tinggi diabetes.
https://aidsrestherapy.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12981-023-00564-6

Disisi lain ada penelitian serupa yang juga melakukan penelitian kaitan antara penggunaan rejimen berbasis EFV (Efavirenz), stavudine dan zidovudine yang mempertinggi reisko diabetes sehingga penggunaan ARV dengan rejimen lain dapat disarankan. Penelitian yang dilakukan melibatkan pasien yang menggunakan NNRTI selama 9 tahun dan tidka memiliki riawayat pengobatan gula darah sebelum memulai terapi ARV. Data menunjukkan bahwa ada 41.01% pasien yang menggunakan efavirenz menunjukkan adanya peningkatan gula darah dan resiko diabetes dibandingkan dengan 37.82% yang menggunakan nevirapirepine.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4782850/

Bagaimana HIV mempertinggi resiko diabetes?
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa populasi orang dengan HIV memiliki resiko empat kali lebih tinggi untuk terkena diabetes dibandingkan populasi umum lainnya. Sementara salah satu penelitian di Canada menunjukkan bahwa resiko diabetes pada orang dengan HIV diatas 50 tahun lebih besar 2.08 kali dibanding populasi diusia yang sama tanpa HIV. Selain itu penggunaan rejimen ARV dari jenis INSTI termasuk dolutegravir, elvitegravir dan raltegravir memiliki resiko terkena diabetes 2.08 kali lebih tinggi.

Dengan semakin berkembangnya pengobatan HIV yang sangat efektif dan mempengaruhi kualitas hidup orang dengan HIV, serta mengurangi resiko kematian secara signifikan tetapi  juga mempertinggi resiko diabetes dan prediabetes (kondisi dimana kadar gula darah lebih tinggi daripada kondisi normal tetapi belum cukup dikategorikan sebagai diabetes) Dari penelitian tahun 2019 ditemukan bahwa 5%-15% orang dengan kondisi prediabetes menjadi diabetes setiap tahunnya.

Beberapa orang memiliki resiko menjadi diabetes saat mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mencetuskan kondisi ini:
1. memiliki riwayat diabetes di keluarganya
2. memiliki berat badan berlebih
3. memiliki usia yang lebih matang
4. memiliki kondisi hepatitis C
5. mengalami lipodystrophy atau perubahan pembagian lemak tubuh.

Gejala-gejala yang dapat muncul :
1. kehausan yang berlebihan
2. frekuensi buang air kecil yang sering
3. lapar berlebihan
4. kehilangan berat badan (bukan karena diet)
5. kelelahan
6. penglihatan kabur
7. kesemutan ditangan atau kaki
8. luka atau ruam yang sulit sembuh

Walaupun tidak semua gejala diatas menunjukkan gejala diabetes, akan lebih baik segera konsultasi kedokter untuk mendapatkan diagnosa dan pengobatan yang tepat.

Bagaimana pengobatan dan perawatan HIV dan diabetes?
Perawatan dan pengobatan diabetes pada orang yang hidup dengan HIV juga sama seperti orang tanpa HIV. Beberapa obat untuk menurunkan kadar gula darah mungkin akan berinteraksi dengan ARV sehingga perlu mengkomunikasikan dengan dokter.
Beberapa obat ARV dapat meningkatkan gula darah atau kenaikan berat badan yang juga menjadi faktor utama mengarah ke diabetes.

Orang dengan HIV pada umumnya akan mengembangkan diabetes type 2 yang memang seringkali menyerang pada orang dengan usia lanjut, pola hidup kurang baik termasuk  memiliki berat badan berlebih.
https://www.healthline.com/health/hiv-aids/hiv-aids-and-diabetes#prevention

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Literasi ARV & Pengobatan

Apakah TLD Sama Dengan TLE?


02-Sep-2023 | Aan Rianto

TLD Dan Kualitas Hidup ODHIV


06-Aug-2023 | Aan Rianto

ARV Dan PrEP


07-Sep-2023 | Aan Rianto

Rekomendasi WHO Pengobatan Lini 1 Dan 2


02-Sep-2023 | Aan Rianto

Mengenal Dolutegravir


01-Sep-2023 | Aan Rianto

Dolutegravir Pada Perempuan Hamil


01-Sep-2023 | Aan Rianto