Beberapa orang yang hidup dengan HIV dan menjalani terapi ARV bisa saja mendapatkan hasil pemeriksaan antibodi kembali non-reaktif atau negatif saat berhasil mensupresi viral loadnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan antibodi dapat saja memberi indikasi negatif (palsu) walaupun ini tidak berarti bahwa tubuh benar-benar terbebas dari HIV sama sekali. 
Beberapa orang melaporkan bahwa mereka yang "kehilangan" antibodi seringkali memberikan klaim bahwa mereka sudah "disembuhkan" dari infeksi HIV.

Dalam beberapa penelitian ditemukan adanya korelasi antara HIV DNA dan juga waktu pengobatan  ARV. Antara 1-4 tahun, rata-rata antibodi akan turun dengan tingkat rata-rata 19% per tahun. Dr. Ram Yogev, Profesor di Northwestern University Feiberg School of Medicine di Chicago Illionis bahkan menggunakan 5 jenis alat tes rapid HIV yang disetujui penggunaannya oleh FDA dari 25 pasien positif HIV yang sudah tidak terdeteksi viral loadnya selama 67-157 bulan (hingga 13 tahun).

Selama 2009-2011 dari 309 tes yang dilakukan 38 tes menghasilkan data negatif dari semua alat tes rapid yang dipergunakan.

Beberapa penelitian lain juga menunjukkan adanya data hasil negatif palsu untuk tes antibodi saat pengobatan ARV berhasil melakukan supresi viral load selama beberapa waktu, walaupun infeksi tetap ada dan pengobatan juga tetap harus dilakukan agar tidak terjadi rebound.

Berikut data penelitian lain yang dibuat dalam bentuk tabel, menunjukkan kaitan yang sama antara supresi viral load dan hasil tes antibodi (dan antigen)

Tabel performa tes generasi 4 berbasis laboratorium vs tes cepat