ARTIKEL DOKUMEN GALERI POSTER ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG EQUALS_ID KONTRIBUTOR EQUALS_ID MITRA EQUALS_ID

AHD (Advance HIV Disease)

21-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 24-Mar-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 381 kali

#faith2endaids

...

AHD atau Advanced HIV Disease yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah infeksi HIV tingkat lanjut, dulu disebut sebagai AIDS (stadium 3 atau stadium akhir). 

Edukasi lama menyatakan bahwa AIDS adalah kondisi dengan banyak IO atau infeksi oprtunistik..... Titik! Itu saja!  

Serem? Iya..... Bahkan banyak tenaga kesehatanpun akan sangat waspada saat menerima rujukan pasien dengan kode B20 yang artinya infeksi HIV dengan infeksi menular lainnya, mereka harus menyiapkan alat pelindung diri khusus dan menggunakan SOP ekstra atau ditolak apabila tidak memiliki APD khusus untuk menangani pasien dengan kondisi ini.
Sementara literasi dari WHO menyatakan bahwa AHD ini adalah kondisi dimana CD4 orang dewasa dengan infeksi HIV kurang dari 200 sel/mm3.

Ada syarat: orang harus hidup dengan HIV dan CD4<200 sel/mm3. Sementara untuk semua anak dengan HIV yang berumur kurang dari 5 tahun dimasukkan kategori AHD. Dua kondisi untuk orang dewasa dan anak dengan HIV diatas sama sekali tidak menyebutkan keharusan adanya penyakit penyerta atau  Infeksi Oportunistik. 
Lalu mengapa kita masih selalu mengatakan AIDS adalah kondisi dengan banyak penyakit penyerta? Infeksi apapun yang menginfeksi orang dengan HIV saat CD4>200 sel/mm3 tidak bisa disebut sebagai infeksi penyerta. Penyakit tersebut dapat kemudian disebut sebagai penyerta saat kekebalan tubuh (atau CD4) orang dengan HIV berada diangka kurang dari 200 sel/mm3.

Infeksi TBC pada orang dengan HIV bisa dianggap sebagai suatu penyakit penyerta saat CD4 <200 sel/mm3. Infeksi TB yang sama tidak akan disebut penyakit penyerta saat menginfeksi orang dengan HIV (ODHIV) dengan CD4 >200 sel/mm3. Begitupun saat menginfeksi orang tanpa HIV. Jadi bisa dilihat dengan jelas definisi penyakit penyerta saat menginfeksi orang dengan HIV yang memiliki CD4 kurang dari 200 sel/mm3

Kenyataannya TB juga dapat menginfeksi orang tanpa HIV.
Lalu mengapa kita sangat sering "memotong kompas" mengatakan TB=IO? Terkadang semua orang yang hidup dengan HIV saat sakit selalu disebut masuk AIDS, saat ada sutu infeksi lalu disebut sebagai suatu penyakit penyerta.

Dengan mempelajari hal diatas seharusnya kita juga paham bahwa penyebutan ODHIV juga lebih sesuai dibandingkan dengan penyebutan ODHA. Karena tidak semua orang yang hidup dengan HIV juga atau akan berakhir dengan AIDS.

Kalau kita enggan update atau membaca literasi tentunya kita juga tidak akan pernah tahu bahwa ada perubahan perubahan dalam penggunaan istilah atau diksi dalam literasi HIV. Hal ini disesuaikan dengan pemahaman literasi yang lebih baru dan kaitannya dengan stigma dan diskriminasi. Pemilihan dan pemilahan diksi berperan cukup besar pada adanya stigma dan diskriminasi. Orang yang hidup dengan HIV tidak dipandang seseram orang yang hidup dalam kondisi AIDS. Jadi memang pemilahan bahasa yang positif yang tidak menimbulkan ketakutan juga memiliki peluang cukup besar dalam mengubah edukasi HIV menjadi lebih baik dan ramah (serta tidak menyeramkan) bagi banyak orang.

Apakah kita masih menggunakan istilah ODHA, AIDS dan lain lain? Atau menganggap itu semua hal yang sama? 

Jangan lupa bahwa stigma juga seringkali banyak dipengaruhi oleh pemilihan bahasa bahasa negatif.... 

Lalu bagaimana AHD saat ini mempengaruhi hidup orang yang hidup dengan HIV?
Seiring dengan mulai banyaknya pemahaman bahwa keberhasilan terapi ARV ditentukan oleh viral load tersupresi, maka banyak pelaku dan penggiat HIV (termasuk nakes dan peer educator lain) yang mulai tidak mempedulikan kondisi CD4 orang dengan HIV. CD4 tidak lagi dijadikan standar keberhasilan terapi ARV. Padahal seperti kita ketahui CD4 menunjukkan seberapa baik sistem pertahanan tubuh menjaga kesehatan dari serangan infeksi lain. Secara pengobatan, seiring dengan berkurangnya angka viral load, maka angka CD4 juga akan naik. Kenyataannya banyak orang dengan HIV yang memiliki viral load tidak terdeteksi, ternyata memiliki CD4 kurang dari 200 sel/mm3 yang berarti orang dengan HIV tersebut ada dalam stadium akhir HIV atau AHD sekalipun memiliki viral load tidak terdeteksi. 


Hal ini bisa saja terjadi bukan karena kegagalan terapi ARV, melainkan ada infeksi-infeksi lain yang tidak diketahui dan menyebabkan CD4 terganggu dan terus turun. Seperti diketahui fungsi CD4 atau sistem kekebalan tubuh adalah melindungi tubuh dari serangan infeksi, CD4 akan melakukan perlawanan untuk melindungi tubuh dari infeksi tersebut. Saat infeksi tersebut tidak diketahui dan tidak ditangani maka lama kelamaan CD4 akan berkurang dan sangat bisa mencapai dibawah 200
sel/mm3 yang berarti juga menempatkan kondisi orang dengan HIV tersebut dalam resiko lebih besar untuk terinfeksi penyakit penyerta lain, dan bukan tidak mungkin infeksi ini dapat menyebabkan kematian.

Jadi pemeriksaan CD4 secara berkala juga perlu dilakukan untuk melihat bagaimana sistem pertahanan atau imunitas tubuh bekerja secara maksimal melindungi tubuh dari suatu infeksi. Keberhasilan pengobatan HIV memang ditentukan oleh keberhasilan menekan viral load hingga tidak terdeteksi, tetapi mengetahui bahwa sistem imunitas tubuh bekerja maksimal juga suatu hal yang penting untuk dilakukan secara berkala.

Artikel dari
Informasi dasar

Perempuan Hamil Yang Hidup Dengan HIV


18-Jan-2024 | Aan Rianto

Putus Pengobatan ARV Dan Penyebabnya.


12-Sep-2023 | Aan Rianto

Doxy-PEP Dan Literasinya


06-Jun-2024 | Aan Rianto

Terapi Pencegahan TBC 3HP


25-Dec-2024 | Aan Rianto

Bosan ARV?


01-Sep-2023 | Aan Rianto

Gejala HIV Yang Di Sering Ditanyakan


01-Sep-2023 | Aan Rianto

HIV Bukan Penyakit.


12-Sep-2023 | Aan Rianto

Pentingnya Pendidikan Seksual Untuk Anak


10-Oct-2024 | Rizza Rezaly