Mengikis Stigma Dan Memutus Mata Rantai Penularan HIV
Terakhir diperbaharui 22-Feb-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 108 kali
#faith2endaidsBanyak orang dengan HIV ataupun tanpa HIV tersiksa dengan pemikiran bahwa HIV sangatlah menularkan. Demikian juga anggapan bahwa HIV sangat mudah ditularkan dan tidak ada obatnya sehingga orang takut dan tidak mau melakukan pemeriksaan HIV untuk tahu status yang berarti juga apabila orang tersebut positif HIV akan terus melakukan penularan ke orang lain tanpa disadarinya. Ternyata dari sebuah penelitian hanya 19% yang memahami U=U dan tidak lagi parno dengan status HIV-nya ataupun pasangannya.
Sudah memasuki 2024 maukah kita ambil peran dalam pemutusan mata rantai melalui TasP (Treatment as Prevention) dengan mulai memberikan edukasi yang lebih tepat, tidak lagi dengan menakut-nakuti, bicara fakta dan hal-hal positif lainnya? Menghilangkan semua ketakutan yang bersumber dari slogan dan edukasi yang kurang tepat selama bertahun-tahun? Membuat HIV terlihat lebih ramah dan tidak lagi menimbulkan kecemasan apalagi anxiety bagi orang-orang yang melakukan perilaku berisiko?
HIV dapat menginfeksi siapapun yang tidak paham akan penularan HIV. Sama seperti infeksi lainnya tidak seharusnya HIV mengakibatkan stigma buruk hingga membuat sebagian orang terganggu kesehatan jiwanya karena status HIV ataupun ketakutan akan terinfeksi HIV. HIV tidak mudah ditularkan, HIV dapat diobati dan bahkan dicegah penularannya.
Menurut penelitian terakhir penggunaan kondom efektif mencegah penularan HIV hingga 90% sementara viral load tidak terdeteksi (pada orang dengan HIV yang menjalani pengobatan ARV) dapat mencegah penularan HIV hingga 100% . Dimana berarti dengan viral load tidak terdeteksi seorang yang hidup dengan HIV tidak lagi dapat menularkan kepasangannya secara seksual bahkan saat hubungan seksual tersebut dilakukan tanpa kondom!
Dari salah satu penelitian yang dilakukan tahun 2018-2019 memunculkan catatan menarik dimana 70% responden yang pernah mendengar kampanye U=U 38% menyatakan percaya akan keakuratan informasi ini, sementara hanya 5% yang menyatakan informasi ini tidak akurat. Orang dengan HIV positif lebih mempercayai informasi ini dibandingkan orang yang negatif HIV.
https://www.aidsmap.com/news/dec-2019/awareness-uu-increasing-hiv-negative-msm-still-less-likely-believe-its-accuracy
Sebenarnya ada banyak orang sangat paham syarat penularan ESSWHO sendiri ditahun 2023 mengeluarkan kertas kebijakan yang menyebutkan bahwa orang dengan HIV dengan viral load kurang dari 1000 kopi/mL memiliki risiko menularkan HIV yang dapat dikesampingkan atau tidak perlu dikuatirkan.
Khawatir terkait IMS? Jelaskan bahwa perilaku seks tanpa kondom selain berisiko kehamilan yang tidak diinginkan juga mencegah penularan IMS lain (selain HIV). Stop meneruskan ketakutan bahwa HIV akan lebih mudah ditularkan dibandingkan IMS lain. Faktanya IMS lain jauh lebih mudah ditularkan dibandingkan dengan HIV, bahkan kontak permukaan sudah bisa menjadi alasan terjadinya penularan IMS.
Bukankah HIV selalu dianggap lebih menakutkan dibandingkan IMS lain termasuk dalam penularan? Lalu mengapa para penggiat bukan membantu menghilangkan ketakutan tersebut sehingga orang tidak lagi menganggap HIV sebagai infeksi mematikan, sehingga mereka juga menganggap lebih baik tidak tau status HIV daripada hidup dengan HIV yang pada akhirnya akan dikucilkan karena dianggap menularkan dan tidak ada obatnya.
HIV dapat dan ada obatnya, orang dengan HIV dapat memiliki kehidupan dan kesehatan sama seperti orang tanpa HIV. Bahkan dengan menjalani pengobatan orang dengan HIV tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual, sekalipun melakukan hubungan seks tanpa kondom. Sama seperti orang tanpa HIV lainnya.
Mulailah melakukan edukasi dengan menggunakan bahasa yang lebih "ramah" apabila memang mau menghapus stigma dan memberikan motivasi yang tepat agar orang dengan HIV tidak putus obat, disaat bersamaan memberikan edukasi bahwa HIV tidak sama dengan AIDS, orang dengan HIV tidak harus selalu berakhir dengan AIDS. Kalau memang memahami isu ini seharusnya juga mulai menggunakan istilah ODHIV (Orang dengan HIV) dan tidak lagi menggunakan istilah ODHA (Orang Dengan HIV AIDS), serta tau kapan menggunakan istilah HIV dan kapan menggunakan istilah AIDS, karena keduanya bukanlah hal yang sama. Apabila hal ini masih terus dilakukan maka akan banyak orang menganggap bahwa HIV=AIDS. Dan akhirnya informasi negatif akan kembali berputar dan stigma juga akan semakin buruk, apalagi saat kemudian disangkut pautkan dengan HIV karena perilaku seks bebas yang sangat jelas berkaitan dengan moralitas seseorang.