Mengenal Lebih Jauh TLD
Terakhir diperbaharui 10-Feb-2025
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 250 kali
#faith2endaids
Hingga saat ini dolutegravir (DTG) masih dijadikan rekomendasi utama untuk pengobatan HIV baik lini satu, dua maupun tiga. Sejak diedarkan, kombinasi ARV dengan rejimen DTG masih dianggap memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan rejimen lain, termasuk kemampuannya melakukan viral load suppresion, efek samping yang lebih minim maupun ketahanannya dalam resistensi dan interaksi dengan pengobatan lain. Dolutegravir yang ditemukan dan mendapatkan ijin edar sejak tahun 2013 saat ini sudah tersedia di layanan yang menangani HIV di Indonesia.
Walaupun sayangnya DTG masih belum diterima sepenuhnya baik oleh pasien dengan HIV maupun disarankan oleh penyedia layanan.
Berikut adalah penelitian yang dilakukan oleh Professor Jean-Jacques Parienti dari University of Caen in France dan diterbitkan dalam jurnal Open Forum Infectious Diseases yang melibatkan 70 orang menggunakan nevirapine, 12 efavirenz, 18 rilpivirine, 54 lopinavir, 48 atazanavir, 90 raltegravir dan 102 dolutegravir dan hasil hanya 8 orang pengguna dolutegravir yang memiliki VL >50 kopi/mL tetapi masih dibawah 200 kopi/mL.
Penelitian melibatkan penggunaan kombinasi DTG pada beberapa pasien dengan latar belakang yang berbeda : sudah menggunakan DTG sejak awal terapi, yang mengalami kegagalan virologi dengan rejimen lain dan sebagian lagi yang sudah tersupresi Viral Load-nya dengan rejimen lain tetapi kemudian beralih ke DTG.
Dalam waktu 6 bulan diakhir penelitian, hanya 8 dari 102 peserta penelitian yang menggunakan kombinasi rejmen dolutegravir memiliki viral load diatas 50 kopi/mL tetapi masih dibawah 200 kopi/mL (yang mana masih dalam batas aman penekanan viral load). Ini juga termasuk 5 orang yang pindah ke DTG karena resisten dengan kombinasi rejimen sebelumnya, dan 1 orang yang pindah ke DTG sekalipun viral loadnya sudah tersupresi dengan rejimen sebelumnya.
Sementara dari pengguna rejimen raltegravir ditemukan 18 orang yang memiliki viral load diatas 50 kopi/mL dengan rata-rata 362 kopi/mL dan 4 orang dari kelompok ini ternyara mengalami resistensi terhadap raltegravir. 12 orang dari kelompok yang menggunakan NNRTI memiliki viral load yang tidak tersupresi dengan rata-rata 854 kopi/mL. Begitu juga dengan kelompok yang menggunakan PI terdapat 26 orang dengan rata-rata viral load 11.000. Tidak ada data terjadinya resistensi sekalipun ada indikasi kegagalan penekanan viral load.
Sementara dari pengguna rejimen raltegravir ditemukan ada 18 orang yang memiliki viral load diatas 50 kopi/mL dengan rata-rata 362 kopi/mL dan 4 orang dari kelompok ini ternyata resistten terhadap raltegravir.
12 orang dari kelompok yang menggunakan NNRTI memiliki viral load yang tidak tersupresi dengan rata-rata 854 kopi/mL, begitu juga dengan kelompok yang menggunakan PI terdapat 26 orang dengan rata-rata viral-load 11.000. Tidak ada data terjadinya reisstensi sekalipun gagal dalam mencapai viral load tersupresi.
Kelebihan lain dari dolutegravir juga masalah kepatuhan dimana diawal pengobatan ARV kepatuhan ARV haruslah mendekati sempurna, sekarang dengan penggunaan rejimen dolutegravir kepatuhan dikisaran 60-80% sekalipun tidak memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap angka viral load.
Jadi jelas bahwa kombinasi rejimen TLD memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan kombinasi rejimen lainnya, yaitu:
1. Lebih cepat mencapai viral load tersupresi
2. Lebih minim efek samping
3. Lebih tahan resistensi
4. Lebih tahan interaksi dengan obat lain