Kesehatan Mental Dan HIV
Terakhir diperbaharui 14-Feb-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 98 kali
#faith2endaidsKesehatan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh kesejahteraannya dalam mengelola mood, emosi, perasaan dan perilakunya.
Orang yang baru mengetahui status HIV-nya seringkali mengalami perasaan marah, takut, putus asa, sedih dan kecemasan menghadapi kesehatannya dimasa mendatang. Bahkan beberapa orang akan selalu berpikir negatif sepanjang hidupnya. Ini adalah perasaan wajar dan pada sebagian orang akan menghilang seiring berjalannya waktu.
Setiap perasaan serupa adalah valid dan setiap orang juga memiliki pilihan bagaimana mengatasinya. Setiap orang yang dalam posisi serupa tentunya akan mengalami siklus kemarahan, kesedihan atau depresi, ketakutan dan kecemasan hingga akhirnya dapat menerima diri. Saat kemudian sudah pada fase penerimaan diripun saat ada hal-hal yang mentrigger sangat bisa jadi proses diatas akan berulang kembali.
Hal-hal diatas apabila tidak segera diatasi tentunya akan mengganggu kehidupan sosial selanjutnya termasuk juga akan mengganggu proses pengobatan selanjutnya. Pemikiran dan anggapan bahwa HIV tidak bisa disembuhkan atau ada obatnya juga pada jangka panjangnya akan menimbulkan kelelahan dalam menjalani pengobatan yang memang akan butuh komitmen kepatuhan.
Efek samping, kekuatiran minum obat didepan orang lain, kekuatiran statusnya diketahui perusahaan karena harus selalu ijin ambil ARV dan juga kesulitan konsentrasi hingga mood swing yang seringkali tidak disadari mengganggu emosi dalam kehidupan keseharian akan mempengaruhi kepatuhan pengobatan.
Kekuatiran akan efek samping yang berkepanjangan juga seringkali membuat banyak ODHIV enggan pengobatan/putus obat.
Teman-teman saat ini memiliki pilihan untuk menjalani pengobatan HIV yang lebih nyaman dengan adanya rejimen TLD (tenofovir, lamivudine, dolutegravir) yang juga dapat dipergunakan sebagai pengobatan HIV lini dua selain juga menjadi rekomendasi pengobatan utama lini satu.
Memang diawal advokasi akan banyak tantangan apalagi saat layanan masih belum benar-benar paham rejimen TLD karena mungkin tidak tersosialisasikan dengan baik, tapi tujuan semua orang menuju penghentian penularan baru HIV harus dipahami dari banyak sisi terutama sisi teman-teman komunitas yang setiap hari harus minum ARV.
Teman-teman aktifis juga banyak yang belum memahami pentingnya kesehatan mental dan ketenangan dalam menjalani pengobatan jangka panjang sehingga seringkali enggan mendengarkan keluhan teman-teman yang kesulitan melawan efek samping.
Kesehatan mental yang baik tentunya akan menunjang kepatuhan ARV dan menghentikan penularan baru HIV.