Gangguan Psikosomatis Dan Hipokondria
Terakhir diedit 15-Oct-2024
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
#StigmaDiskriminasi #HIV #ODHIV #equals_id #UequalsU #peoplefirst #letcommunitieslead #gejalahiv #GangguanKesehatanMental #Kesehatan #KualitasHidup #KesehatanMental #DukunganMental
Psikosomatis adalah bentuk bermacam-macam penyakit fisik yang ditimbulkan oleh konflik psikis dan kecemasan-kecemasan kronis karena gangguan psikologis. Emosi yang menumpuk dan memuncak dapat menimbulkan goncangan dalam diri seseorang yang bila berkepanjangan dapat menyebabkan munculnya perasaan tertekan, cemas, kesepian dan bosan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya. Selain itu beberapa penyakit fisik juga dapat diperburuk oleh faktor mental seperti stress dan kecemasan. Ciri-ciri psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan fisik yang beragam, antara lain : pegal-pegal, nyeri dibagian tubuh tertentu, muntah, kembung dan perut tidak enak, kulit gatal, kesemutan, sakit kepala, nyeri bagian dada, punggung dan tulang belakang.
Beberapa yang termasuk dalam gangguan psikosomatis :
Gangguan Somatisasi
Gangguan somatisasi dicirikan dengan gejala-gejala somatik yang banyak yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Keluhan yang di utarakan pasien sangat melimpah dan meliputi berbagai sistem organ seperti gastrointestinal, seksual, saraf dan bercampur dengan keluhan nyeri. Gangguan ini bersifat kronis, berkaitan dengan stresor psikologis yang bermakna, menimbulkan hendaya di bidang sosial dan okupasi, serta adanya perilaku mencari pertolongan medis yang berlebihan. Dikenal juga sebagai Briquet's syndrome (Gitayanti dan Elvira, 2018).
Hipokondria
Hipokondriasis adalah gangguan kecemasan di mana orang yang mengalaminya percaya bahwa ia menderita penyakit yang parah meski sebenarnya penyakit itu tidak ada dan hasil pemeriksaan medisnya normal. Rasa lelah atau sensasi otot yang berkedut merupakan hal yang normal terjadi setelah beraktivitas. Namun, pada penderita hipokondriasis atau illness anxiety disorder, tanda-tanda tersebut dipercaya sebagai gejala dari suatu penyakit dan harus segera diperiksakan ke dokter.
Meski hasil pemeriksaan medis menunjukkan tidak ada penyakit yang serius, orang dengan hipokondriasis atau hipokondria tetap merasakan cemas yang berlebihan. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini dapat mengganggu hubungan antara penderita dengan keluarga, lingkungan sosial, atau pekerjaannya.
Penyebab Hipokondriasis
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan hipokondriasis. Namun, risiko seseorang menderita hipokondriasis diduga terkait dengan faktor berikut:
- Memiliki riwayat penyakit berkepanjangan (kronis) pada masa kanak-kanak
- Pernah kehilangan orang yang dicintai akibat penyakit yang parah
- Pernah mengalami pelecehan seksual, kekerasan fisik maupun emosional, atau penelantaran saat kanak-kanak
- Menderita gangguan mental lain, seperti gangguan kecemasan atau obsessive compulsive disorder (OCD)
- Memiliki atau pernah merawat orang tua maupun saudara yang menderita penyakit parah
- Kurang memiliki pengetahuan tentang kesehatan
- Tinggal bersama keluarga atau di lingkungan yang banyak terjadi kasus hipokondriasis
Hipokondriasis dapat menimbulkan gejala mental dan perubahan perilaku, antara lain:
- Memiliki kecemasan yang berlebihan bahwa dirinya menderita penyakit yang parah
- Membuat janji dengan dokter berkali-kali untuk memastikan adanya penyakit walaupun hasilnya selalu negatif
- Memeriksa kondisi tubuh berulang kali, misalnya mengukur tekanan darah atau suhu tubuh
- Memberi tahu keluarga atau teman mengenai kondisi kesehatannya secara berlebihan
- Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari informasi di internet terkait gejala yang dialami
- Menghindari orang, tempat, atau kegiatan tertentu, karena khawatir akan tertular penyakit
- Mengalami gangguan tidur
Pada orang-orang yang memiliki ketakutan berlebihan akan HIV, seringkali perasaan berdosa atau bersalah karena melakukan hal yang bertentangan dengan nilai-nilai pribadi atau moralitas, dapat menyebabkan gangguan-gangguan diatas yang pada kondisi parah dapat mengganggu kehidupan sosialnya, hingga kehilangan pekerjaan.