BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

HIV Karena Takdir?

07-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 23-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 88 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Masih banyak yang tidak bisa memisahkan antara kesehatan, edukasi dan takdir. Paling mudah adalah menyangkut pautkan semua dengan agama dan takdir agar tidak perlu dipikirkan bagaimana menjawab pertanyaan yang mungkin akan muncul.

Bagaimana orang bisa terinfeksi HIV?
Banyak yang enggan mempelajari HIV karena sudah bosan dengan materi edukasi yang selalu sama dan berulang ulang: hiv>aids>kondom>aib. Dan akan selalu berulang dan berputar disitu terus. Padahal orang terinfeksi HIV karena ketidakpahaman informasi atau bisa juga karena informasi yang tersedia tidak cukup menjelaskan situasi yang dihadapi. Saat orang memahami informasi dengan baik tentu akan tau apa yang harus dilakukan. Adakah peran takdir?.....saya lebih suka menghindari pembicaraan takdir selama masih dijangkau logika.

Sama seperti saat orang terinfeksi COVID-19, saat mereka menerapkan protokol kesehatan dan tetap terinfeksi mungkin kita akan bicara mengenai takdir...tapi saat kita menerapkan protokol kesehatan dengan ketat seberapa besar resiko tertular COVID-19?
Saat contoh COVID-19 ini kita bicarakan sebagai perumpamaan infeksi HIV lalu akan mulai banyak yang mengatakan "jangan samakan HIV dengan COVID-19....."

Bagaimana dengan bayi yang terinfeksi HIV, apakah juga karena misinformasi?

Kurangnya informasi bukan saja berisiko kita tertular (sehingga dapat mencari pembenaran kasus bayi yang tertular dari ibunya atau istri yang tertular dari suaminya sehingga lebih nyaman disebut karena takdir), apakah ada alasan lain selain takdir untuk penularan HIV pada ibu atau bayi? Lalu mengapa orang lain selain ibu dan bayi yang "kebetulan" terinfeksi HIV tidak boleh menggunakan alasan takdir, tetapi akan langsung dihakimi dari sisi moralitasnya yang dianggap buruk?

Kurangnya informasi membuat kita (tanpa disadari) menularkan HIV keorang lain....termasuk ke bayi, dan juga pasangan sendiri. Tidak ada yang dengan sengaja menularkan HIV kepasangan atau bayinya.
Kita tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai penularan, kita tidak tau status HIV kita....lalu saat ada orang lain yang tertular (karena orang tersebut juga minim pengetahuan) akhirnya yang terjadi adalah apes atau sial.....tapi entahlah kalau lebih suka bicara mengenai takdir karena enggan (atau malu) mengakui bahwa dirinya memang (pernah) tidak peduli. Padahal kalau keduanya paham akan informasi dan bagaimana HIV ditularkan tentunya tidak akan terjadi penularan....

Terkait informasi yang lebih baru, sudahkah kita memperbarui pengetahuan kita bahwa orang dengan HIV yang menjaga viral loadnya tidak terdeteksi sudah tidak lagi dapat menularkan HIV kepasangannya secara seksual, baik oral, vaginal maupun anal sekalipun melakukan seks tanpa kondom?

Pemahaman baru ini harusnya bisa mengubah cara pandang kita tentang penularan HIV jadi tidak perlu lagi membawa-bawa takdir karena saat mereka (orsang yang hidup dengan HIV) tidak lagi dapat menularkan HIV lalu darimana mereka, orang-orang negatif akan tertular HIV? Takdir tidak bisa lagi dihadirkan dalam konteks ini....Moralitas juga akan sulit dipaksakan hadir dalam situasi ini saat orang tidak lagi dapat terinfeksi HIV saat melakukan hubungan seks diluar pasangan sahnya.
Sayangnya HIV yang sebenarnya adalah masalah medis selalu dikait-kaitkan dengan isu moralitas, anggapan bahwa infeksi HIV terjadi karena seks bebas, padahal HIV ditularkan melalui seks berisiko dan bukan karena seks bebas.

Masih banyak orang-orang diluaran yang masih menularkan HIV karena ketidakpahaman informasi TDTM (Tidak terDeteksi=Tidak Menularkan) dan membuat orang yang tertular menyalahkan takdir, setidaknya menggunakan alasan takdir saat terinfeksi HIV, entah karena malu mengakui melakukan "seks bebas" atau hanya karena tidak mengetahui cara penularan HIV.

Jadi bagaimana kita bisa menjaga (takdir) orang orang yang negatif HIV agar (takdirnya) tidak menjadi positif?

Dukung orang dengan HIV untuk tidak perlu takut dalam menjalani pengobatan, tanpa perlu memberikan stigma berlebihan apalagi dibumbui moralitas, aib ataupun "kelainan" orientasi seksual....tidak perlu juga menyudutkan latar belakang orientasi seksual sebagai alasan terinfeksi HIV karena siapapun (yang tidak mengetahui cara penularan HIV) tentunya juga akan berisiko sama terinfeksi HIV (terlepas apapun orientasi seksualnya).

Dan sedikit pesan dari salah satu dokter yang cukup provokatif "seks dengan orang yang hidup dengan HIV yang viral loadnya tidak terdeteksi dan bebas IMS adalah safe sex.... sekalipun dilakukan tanpa kondom..."
Dan tentunya kondom tetap diperlukan untuk mencegah IMS lain dan kehamilan yang tidak diinginkan.....

Jadi saat memiliki pasangan positif dirinya tetap negatif, maka itu adalah upaya dan bukan karena takdir, karena pasangan positif yang viral loadnya tersupresi (Tidak terdeteksi) tidak akan dapat menularkan HIV sekalipun melakukan aktifitas seks berisiko apapun, baik secara oral, vaginal maupun anal..... jadi bukan karena takdir.

Kata kunci : #faith2endaids