BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Bubur Ayam Dan HIV

12-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 22-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 81 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Apa hubungannya?
Bubur ayam penyebab HIV? Bubur ayam makanan khusus bagi orang dengan HIV (ODHIV)?

Semua pertanyaan diatas sama sekali saling tidak berkaitan, lalu mengapa setiap (kebanyakan) kasus infeksi baru selalu dikatakan "nasi sudah menjadi bubur, tinggal bagaimana menambahkan segala sesuatunya agar bubur menjadi enak".
Ini diluar cerita hukuman, ujian, azab, teguran atau hal lainnya yang seringkali juga tidak ada sangkut pautnya tetatpi sangat menarik untuk dibahas  Sama seperti kasus ARV dan vitamin juga.

Banyak orang yang gak suka bubur ayam, saya masih suka bubur ayam dengan suwiran ayam berlimpah dan beberapa tusuk sate jeroan diatasnya. Tapi saat melihat orang disebelah saya mulai mengaduk-aduk bubur ayamnya tiba-tiba muncul perasaan mual membayangkan hal-hal lain yang malah membuat hilang selera. Apakah masih enak buburnya? Enggak......

Orang yang sudah tidak suka bubur, sekalipun disajikan dengan suwiran menggunung diatasnya tetap saja akan mual, lalu apakah dia akan kita paksa makan bubur sampai muntah, sementara masih banyak makanan lain yang dapat dipilih sebagai pengganjal lapar.

Ahhhhh itukan hanya kiasan, bukan arti harfiahnya.
Memang benar itu adalah kiasan, tapi pernahkah kita mencoba mendalami kalimat tersebut apakah memberi motivasi atau secara tidak langsung "memaksa" menikmati keadaan : menjadi positif HIV.

Mimpi setiap orang yang hidup dengan HIV adalah "sembuh" yang kadang definisi sembuh juga masih blunder.

Sembu saatl kembali seperti orang lainn yang hidup tanpa HIV jelas sangat bisa tanpa harus dipaksa makan bubur. Cukup patuh ARV, jaga VL agar tidak terdeteksi sehingga tidak lagi dapat menularkan keorang lain, sama dengan orang tanpa HIV kan? Sama-sama tidak  dapat menularkan HIV alias aman penularan kepasangannya.....

Beberapa orang mengartikan sembuh dalam artian tidak lagi minum obat. Kalau kemudian disadari bahwa obatnya yang diminum untuk membuatnya tetap sehat dan Undetectable sehingga sama dengan orang tanpa HIV apakah masih beranggapan dan menawar bahwa dirinya tetap sakit?? Tidak sadarkah saat kita ingin "sembuh" otak kita merekam suatu pikiran bahwa kita sakit? Lalu saat kita punya rekaman dan anggapan bahwa kita sakit, maka itulah yang benar-benar akan kita rasakan, kita menjadi sakit, sekalipun orang lain melihat kita sehat.

Tapi bukankah kita hidup dengan HIV.....?

Semua orang hidup dengan berbagai bakteri ataupun virus dalam tubuhnya, termasuk orang yang sangat sehat sekalipun. Saat kekebalan tubuhnya bagus, maka semua mikroorganisme tersebut dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan sakit. Demikian juga fungsi ARV dalam mengendalikan HIV hingga tidak lagi terdeteksi yang berarti membuat pengidapnya tetap sehat,  dan tidak lagi dapat menularkan kepasangannya. Jadi orang dengan HIV minum obat (ARV) bukan karena sakit, tapi memang agar tidak sakit.

Tapi saya tetap pengen sembuh.....ah sudahlah.....(kata orang dimeja sebelah yang mulai mengaduk bubur ayamnya)
Saya lelah dengan semua keluhannya yang selalu merasakan "sakit" spesial, harus mendapat segala perhatian karena hidup dengan HIV, saat banyak orang memperhatikan akhirnya merasa setiap orang tau statusnya....... 
Kak, saya baik-baik saja dan nyaman menikmati bubur ayam saya tanpa diaduk, jadi masih bisa menikmati perbedaan rasa dan tekstur kecap asin, kuah soto, ayam suwir, taburan kacang dan cakwe, daun bawang dan bawang goreng dan kecap manis...... 

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Mitos, Diskriminasi, Stigma

HIV Tidak Sama Dengan B20


02-Sep-2023 | Aan Rianto