BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Perlukah Membuka Status HIV Sebelum Seks?

11-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 16-Feb-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 78 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Beberapa kasus "seleb HIV" (yang tidak banyak diketahui awam) membuka status berawal karena adanya "ancaman" bahwa statusnya akan dibocorkan (oleh mantannya). Alih-alih dibocorkan, lebih baik menjelaskan sendiri.
Sayangnya banyak yang membuka status hanya untuk mendapat simpati dan dukungan, dan bukan untuk mengedukasi, walaupun ini juga bukanlah hal yang tabu atau terlarang.

Sekali kita membuka status, kita tidak akan pernah dapat "menarik" kembali pernyataan tersebut. Berhati-hatilah apabila memutuskan untuk membuka status, karena masih banyak yang mengkaitkan status HIV dengan moral. Mungkin masih banyak "ketidak pedulian" terkait informasi dan edukasi HIV. Banyak yang mengaku perduli tetapi tidak pernah membagikan edukasi apapun. Banyak yang karena alasan "privasi" tidak mau (nyaman) membicarakan HIV. Padahal semakin banyak orang yang bersedia menjawab pertanyaan terkait HIV secara lebih terbuka dan gamblang, menjawab setiap tantangan mitos dan meluruskannya (dan bukan meneruskannya) akan semakin mudah melakukan edukasi yang benar, yang pada akhirnya juga akan mengurang stigma dan ketakutan akan HIV itu sendiri.

HIV hanyalah virus, bukan status moral!
Dengan menyediakan informasi, kita dapat mengontrol sejauh mana informasi yang akan dibagikan.....termasuk kita dapat menolak bahwa HIV bukanlah status moral ataupun sosial. Tetapi beranikah kita menyampaikan hal tersebut? Atau akan membiarkan hal tersebut menjadi anggapan awam hanya karena kita tidak mau (nyaman) membicarakannya? Seringkali kita beranggapan kalau membicarakan HIV maka orang akan bersanggapan bahwa kita adalah orang yang hidup dengan HIV. Padahal para psikolog yang mencoba memberikan banyak seminar mengenai kesehatan dan gangguan mental juga bukan berarti mereka mengalami gangguan mental bukan? Kader-kader TBC yang mengedukasi mengenai TBC dan pencegahannya juga tidak akan dianggap sebagai orang yang mengidap TBC. Lalu mengapa dengan HIV banyak yang enggan membicarakannya?

Terinfeksi HIV bukanlah suatu kejahatan, perlukah membuka status sebelum seks?
Setiap orang dapat terinfeksi HIV dan dengan terapi ARV dan viral load tidak terdeteksi orang dengan HIV tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual kepasangannya. Orang yang pernah menjalani pengobatan sipilis 5 tahun lalu dan dinyatakan sembuh apakah juga perlu membuka riwayat pengobatannya? Lalu kira-kira apa saja yang perlu disiapkan untuk pasangan seksual agar mereka tau dengan pasti riwayat kesehatan kita sebelum melakukan suatu hubungan seksual? Apakah semua riwayat pengobatan dan perawatan semua penyakit yang tercatat dalam rekam medis juga perlu diberikan? Tentunya tidak perlu.

Jadi saat orang dengan HIV tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual kepasangannya apakah mereka juga wajib membuka status? Bagaimana kalau pasangannya ternyata tidak memiliki pemahaman yang baik akan HIV tidak lagi dapat ditularkan? Tentunya akan langsung ditolak, bukan? Orang dengan HIV tidak lagi menjadi ancaman penularan HIV saat menjaga viral loadnya tidak terdeteksi.
Akan berbeda kondisinya apabila hubungan direncanakan untuk waktu yang lama dan bukan sekedar hubungan kasual. Pasangan akan perlu mengetahui status HIV kita sekalipun sudah tidak terdeteksi dan kita punya keyakinan penuh tidak akan dapat ditularkan. Sekali waktu pasangan tentu akan bertanya mengapa kita selalu minum obat dijam yang sama setiap hari, tentu akan muncul pertanyaan mengapa setiap bulan harus kelayanan kesehatan walaupun tidak sakit apapun, dan tentunya pasangan juga harus diberikan edukasi cukup untuk memahami bahwa memiliki pasangan positif HIV saat tidak terdeteksi tentu juga bukan suatu ancaman bagi kesehatannya. Mungkin akan perlu memastikan dengan tes HIV setiap tahun agar pasangan negatif juga memiliki kepercayaan bahwa dirinya tidak terinfeksi HIV dari pasangan positif yang sudah tidak terdeteksi. Hal ini tentunya juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan dan ketenangan dalam kehidupan berumah tangga.


Apabila pasangan masih belum yakin akan informasi TDTM (Tidak terDeteksi=Tidak Menularkan) tentunya kita juga harus menghargai keputusan untuk menggunakan kondom dan atau PrEP sampai benar-benar yakin bahwa pasangannya memang benar tidak lagi dapat menularkan HIV.

Pertimbangkan sebelum membuka status untuk memastikan bahwa  pasangan sudah siap dengan informasi yang akan diberikan, jadi tidak akan ada "kejutan" yang tidak diharapkan karena bagaimanapun HIV masih memiliki tingkat stigma sosial yang tinggi.

Kata kunci : #faith2endaids
Artikel dari
Mitos, Diskriminasi, Stigma

Edukasi HIV Di Komunitas


02-Sep-2023 | Aan Rianto

HIV Tidak Sama Dengan AIDS


02-Sep-2023 | Aan Rianto