Fakta Dan Mitos Penularan HIV
Terakhir diedit 06-Oct-2025
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
#StigmaDiskriminasi #UndetectableUntransmittable #edukasiHIV #HIV #ODHIV #equals_id #UequalsU #peoplefirst #letcommunitieslead #pencegahanHIV #edukasiHIV #LivingWithHIV #HidupDenganHIV #ODHIVBerhakBahagia #ObatHIV #ObatARV #ODHIVSehat #MendobrakStigma #BreakingStigma #HIVPositive #Pencegahan.png)
Hingga saat ini kita masih banyak mendapatkan persepsi bahwa penularan HIV mungkin terjadi melalui kecelakaan tertusuk jarum suntik (bukan penggunaan jarum suntik bekas bergantian), penggunaan jarum tato ataupun juga pada saat tindakan perawatan gigi.
Seperti kita ketahui bahwa diluar tubuh manusia, HIV masih dapat bertahan hidup selama beberapa jam, bahkan beberapa hari saat kondisi memungkinkan. Tapi bukan berarti kita dapat terinfeksi HIV saat bersentuhan dengan cairan semen, darah atau cairan tubuh lain dipermukaan dudukan toilet, gagang pintu, sikat gigi, permukaan meja atau bahkan jarum suntik bekas yang dibuang.
Sebelum mempelajari lebih lanjut, kita perlu memahami kondisi-kondisi dan fakta dimana HIV dapat hidup diluar tubuh manusia dalam jangka waktu yang cukup lama:
- Suhu rendah, HIV bisa bertahan lebih lama saat disimpan dalam suhu yang rendah
- pH netral, HIV hanya dapat hidup dalam pH netral 7.0. HIV tidak akan dapat bertahan hidup lama pada kondisi pH lebih rendah atau lebih tinggi dari 7.0.
- Paparan UV, paparan radiasi UV akan segera merusak lapisan terluar HIV, sehingga sekalipun masih hidup HIV sudah kehilangan kemampuan menginfeksi karena kerusakan tersebut.
- Darah kering, HIV dapat bertahan hidup dalam sample darah kering dengan suhu ruangan hingga 6 hari. Sekalipun tetap hidup, namun HIV tidak akan mampu melakukan infeksi atau penularan infeksi.
- HIV harus bisa masuk kealiran darah tubuh secara langsung melalui jaringan yang lebih dalam. HIV tidak dapat menembus permukaan kulit yang utuh. Lecet dan ruam tidak cukup dalam untuk dapat ditembus HIV untuk terjadinya penularan baru.
Persepsi dan Resiko Sebenarnya.
Setelah lebih dari 35 taun penelitian terkait HIV, kita dapat melihat data yang terkumpul untuk dapat menyimpulkan apa yang menjadi resiko sebenarnya dibandingkan dengan persepsi yang seringkali juga dibatasi oleh akses pengetahuan dan literasi orang yang bersangkutan. Termasuk pertanyaan-pertanyaan terkait cara penulkaran HIV berikut yang juga masih menimbulkan banyak kecemasan karena kurangnya pemahaman akan HIV itu sendiri.
- Tertusuk jarum suntik, secara teori tertusuk jarum suntik dalam situasi kecelakaan kerja sangatlah memungkinkan. Pada taun 2018 data yang pernah dikumpulkan dari kasus serupa menunjukkan tidak adanya kasus positif HIV karena tertusuk jarum suntik bekas dilayanan kesehatan. Jarum jenis lancet (termasuk yang dipergunakan untuk bekam) tidak menyimpan jejak darah karena tidak berongga seperti jarum suntik, sehingga HIV yang tersisa dipermukaan lancet tersebut akan kehilangan kemampuan menginfeksi saat keluar tubuh. Demikian juga ada waktu cukup lama antara satu pasien bekam dan pasien lainnya yang tidak memungkinkan HIV melakukan penularan.
- Body art , tattoo, piercing. secara teory bisa saja seseorang terinfeksi HIV melalui penggunaan jarum bekas tattoo atau tindik yang digunakan bergantian dan terkena cairan darah secara langsung. CDC juga tidak pernah memiliki satupun data yang terdokumentasikan mengenai cara penularan HIV melalui media ini. Pelaku tattoo maupun piercing sudah memahami pentingnya menggunakan jarum baru untuk setiap klien mereka. Dan ini dijadikan standar pelayanan mereka dengan selalu menunjukkan jarum baru untuk setiap klien.
- Oral seks, secara teori seseorang dapat saja tertular HIV melalui oral seks karena oral seks adalah salah satu aktifitas seksual yang seringkali dilakukan tanpa kondom dan HIV juga terdapat dalam cairan semen. Dalam suatu penelitian di University of California taun 2016 data yang diperoleh dari resiko penularan HIV melalui oral seks adalah negligible (dapat dikesampingkan).
- Lalu bagaimana dengan penularan HIV melalui tindakan perawatan gigi dan operasi? Setidaknya ada 1 kasus dokter gigi yang hidup dengan HIV (sejak 1987 dan saat kasus diketahui dokter gigi tersebut sudah berada dalam fase HIV lanjut) menularkan ke pasiennya melalui tindakan bedah mulut. Seperti kita ketahui ditaun tersebut belum dikenal U=U dan pengobatan HIV masih sangat terbatas. Dari kasus tersebut juga diketahui bahwa tindakan universal precautions tidaklah dilakukan.
Dari beberapa literasi yang disertakan juga ada tertulis mengapa membuka status HIV dilayanan kesehatan bukanlah suatu keharusan. Setiap tindakan perawatan kesehatan harus selalu memperhatikan universal precautions atau pencegahan universal untuk menghindari terjadinya penularan infeksi baik dari pasien ke tenaga medis, dari tenaga medis ke pasien atau dari satu pasien ke pasien berikutnya.
Apabila semua perawalatan medis dilakukan sterilisasi alat setiap kali tindakan tentunya tidak akan terjadi adanya penularan infeksi apapun, termasuk penggunaan alat kesehatan sekali pakai apabila memungkinkan dan juga pemilihan permukaan meja tindakan stainless steel yang lebih memperkecil resiko penularan infeksi.