Apakah HIV Bisa Menembus Kulit ? (dan Resiko Kecelakaan Kerja)
Terakhir diperbaharui 05-Feb-2025
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
Telah di baca 201 kali
#StigmaDiskriminasi #UndetectableUntransmittable #faith2endaids #edukasiHIV #HIV #ODHIV #equals_id #UequalsU #peoplefirst #MitosHIV #Kesehatan #Medis #Pencegahan #PerncegahanHIVHingga saat ini masih banyak informasi salah tentang HIV, karena pemahaman yang salah dan kurangnya minat untuk mencari tahu informasi HIV yang lebih dalam, seperti bagaimana sebenarnya HIV ditularkan dan bagaimana kehidupan orsng yang hiduo dengan HIV setelah menjalani terapi ARV bisa tetap sehat dengan harapan hidup yang sama dengan orang tanpa HIV dan sama-sama tidak menularkan HIV secara seksual tanpa kondom
Orang dengan HIV seringkali masih mendapat stigma bahwa mereka akan selalu menularkan, dan bahkan tak jarang menimbulkan kekhawatiran ketika melakukan aktivitas yang sebenarnya tidak beresiko tertular HIV bersama orang yang hidup dengan HIV, seperti berjabat tangan, menggunakan peralatan yang sama, makan bersama, tidur ditempat yang sama dengan orsang yang hidup dengan HIV ataupun merawat orang yang hidup dengan HIV, ataupun aktifitas sosial lainnya.
Bahkan ada anggapan bahwa HIV bisa menembus pori-pori kulit lalu menyebabkan infeksi bagi orang yang tanpa HIV, dan ini juga memperburuk stigma penularan HIV terhadap orang-orang yang hidup dengan HIV itu sendiri.
Seperti yang diketahui HIV tidak menular melalui kulit yang utuh (dalam arti tidak ada perlukaan yang cukup dalam), dan kulit adalah pertahanan pertama tubuh untuk mencegah pantogen seperti virus, bakteri, kuman untuk masuk kedalam tubuh. Jadi HIV tidak menular melalui kontak kulit, sekalipun mungkin ada luka gores dipermukaan kulit.
Sekalipun adanya luka memang bisa menjadi jalan masuk bagi HIV kedalam tubuh untuk menginfeksi, namun dibutuhkan luka yang cukup dalam dan tidak cukup hanya luka kecil seperti goresan. Ini juga sebenarnya bisa menjawab pertanyaan mengapa penularan HIV pada kecelakaan kerja dikalangan nakes terkait tertusuk jarum suntik juga sangat minim, resiko utama pada nakes yang kemudian tertular HIV lebih besar pada perilaku beresiko lain yang tidak dilaporkan.
Dari gambar diatas, kulit adalah benteng pertahanan paling tangguh untuk melindungi diri dari penularan HIV, karena dibandingkan dengan selaput lendir di organ seperti : penis, vagina, anus. Lapisan permukaan kulit relatif kering dan miskin akan nutrisi yang juga membatasi mikroorganisme (bakteri, jamur, protoza, virus termasuk HIV) untuk bisa bertahan hidup dan ini juga mendukung bahwa sel imun yang rentan terinfeksi HIV tidak ada dilapisan permukaan kulit terluar.
Epidermis sebagai lapisan kulit terluar juga tidak ada pembuluh darah dan dipenuhi sel-sel mati, dan memiliki sel keratinosit yang menjadi garis pertahanan pertama melawan pantogen asing (termasuk HIV). Sel kerationosit bersifat kedap air dan membuat permukaan kulit tetap kokoh. Dan selain epidermis sebagai lapisan terluar, ada juga lapisan lain seperti dermis dan hipodermis.
Asam lemak dipermukaan kulit juga menciptakan lingkungan kering, asin, dan asam yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sel-sel kulit yang mati akan terus beregenerasi sehingga terbentuk penghalang baru.
Resiko penularan HIV dari kejadian tertusuk jarum suntik kurang dari 1% dan ini juga membuktikan bahwa kulit tetap sebagai pertahan tubuh dari penularan HIV dan penularan HIV melalui pori-pori sangat tidak tepat karena ada lapisan epidermis yang cukup kokoh untuk mencegah HIV masuk selama tidak ada luka yang cukup untuk HIV masuk kealiran darah (itu juga dibutuhkan luka yang adanya pendarahan yang dalam). Yang perlu diketahui juga ketika HIV sudah meninggalkan tubuh dan terpapar oleh lingkungan luar juga seketika mulai kehilangan kemampuan untuk menginfeksi.
Dan resiko terpapar HIV dari kulit seperti luka lecet, sayatan, atau luka terbuka bisa diabaikan dan penggunaan PEP juga tidak direkomendasikan karena penilaian resikonya juga kurang dari 0.1%. Dan belum pernah ada yang dilaporkan tertular HIV melalui cara seperti itu. Dan dengan ini juga HIV tidak menular melalui gigitan.
Sayangnya masih banyak yang menakut-nakuti penularan HIV melalui luka dikulit tanpa penjelasan yang komprehensif dan membuat orang awam semakin parno, bahkan tenaga kesehatan sendiri masih banyak yang memiliki ketakutan dan kekuatiran saat harus melakukan perawatan terhadap orang yang hidup dengan HIV, termasuk saat harus melakukan tindakan operasi atau lainnya yang berkaitan dengan cairan tubuh pasien. Cipratan darah pun (saat tindakan medis) masih dianggap sangat tinggi resiko tertular, sehingga seringkali mereka menolak tindakan yang diperlukan tersebut, atau tetap melakukan dengan menggunakan alat perlindungan diri yang berlebihan.
https://www.cdc.gov/hiv/causes/occupational-transmission.html