ARTIKEL DOKUMEN GALERI POSTER ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG EQUALS_ID KONTRIBUTOR EQUALS_ID MITRA EQUALS_ID KALKULATOR

ARV Dan PrEP

07-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir dibaca 02-Apr-2025

Terakhir diedit 20-Mar-2025

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 190 kali

#faith2endaids

...

PrEP atau Pre Exposure Prophylaxis adalah obat yang dipergunakan untuk mencegah seseorang terinfeksi HIV saat melakukan hubungan berisiko (: melakukan hubungan seks dengan orang yang tidak diketahui status kesehatan seksualnya dan dilakukan tanpa kondom)
PrEP terdiri dari 2 regimen ARV yang biasanya meliputi tenofovir dan emtricitabine sementara terapi ARV yang dipergunakan  untuk pengobatan HIV terdiri dari 3 regimen. PrEP dapat memberikan perlindungan dari infeksi HIV hingga 99%. Seperti yang kita ketahui kondom hanya mencegah penularan HIV sebesar 80% (karena banyaknya kesalahan penggunaan kondom) .

Seandainya PrEP yang hanya 2 regimen bisa sangat efektif mencegah HIV (apabila diminum sesuai anjuran) lalu mengapa terapi ARV yang terdiri dari 3 regimen bagi banyak konselor masih dianggap tidak sebagus pengobatan PrEP dalam mencegah adanya "infeksi silang" dari HIV lain? Banyak informasi yang beredar bahwa sekalipun patuh terapi ARV dan memiliki viral load tidak terdeteksi, saat melakukan hubungan seks berisiko maka dapat kembali terinfeksi HIV varian lain yang bisa saja akan mengakibatkan terjadi mutasi virus dan menyebabkan pengobatan tidak lagi efektif.

Yang perlu diluruskan dari informasi ini adalah:
1. yang mungkin terjadi adalah "super infection", bukan infeksi silang.
2. Super infection biasanya terjadi pada orang dengan HIV yang belum atau baru memulai terapi ARV atau ada indikasi bahwa pengobatannya tidak bekerja maksimal dan melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan orang yang hidup dengan HIV lainnya yang viral loadnya belum tersupresi.
3. Apabila kedua pasangan yang hidup dengan HIV memiliki viral load tersupresi tentunya prinsip TDTM (Tidak terDeteksi=Tidak Menularkan) akan berlaku sehingga tidak akan terjadi super infection.
4. Super infection
akan menyebabkan orang yang hidup dengan HIV mudah mengalami penurunan daya tahan tubuh mengingat obat yang dikonsumsinya tidak lagi dapat bekerja mengendalikan virus.
5. Kasus super infection yang membuat pengobatan sulit dilakukan sangatlah jarang terjadi, biasanya masih dapat diobati dengan rejimen obat kombinasi yang tersedia.
6. Super infection bisa saja terjadi saat pasangan memiliki strain HIV yang resisten dengan pengobatan yang kita minum, dan atau pasangan tersebut masih belum mencapai viral load tersupresi sehingga sangat mungkin menularkan kembali HIV.
7. S
uper infection dapat terjadi pada pasangan yang salah satu atau keduanya memiliki viral load yang masih belum tersupresi.

PrEP diberikan dan dikonsumsi oleh orang-orang yang melakukan seks berisiko (termasuk seks tanpa kondom) dan memiliki efektifitas hingga 99%. Apabila PrEP bisa sangat efektif mencegah orang negatif terinfeksi HIV, dengan terapi ARV yang terdiri 3 rejimen setiap hari tentunya orang yang hidup dengan HIV juga dapat terlindungi dari varian virus lain.

Informasi lain terkait HIV sebagai lentivirus juga menyatakan sekalipun patuh terapi ARV sekali waktu tetap akan muncul virus HIV yang akan resisten terhadap salah satu regimen ARV yang dikonsumsi. Kenyataanya virus mutant ini jauh lebih lemah daripada virus "induk" dan akan lebih mudah dihancurkan oleh ketiga regimen ARV yang digunakan (itu sebabnya terapi ARV terdiri dari 3 regimen), apalagi dengan rejimen ARV yang lebih baru yang tentunya juga lebih kuat dan bagus efektifitasnya.

Saat kita sering lupa atau putus terapi ARV maka virus mutant tadi akan memiliki kesempatan memperbanyak diri. Saat tetap patuh terapi ARV maka virus mutant tadi tidak akan mendapat kesempatan berkembang biak sehingga pengobatan HIV akan tetap efektif.

Jadi masihkah akan beranggapan bahwa viral load tidak akan selalu undetectable? Viral load blips tidak seharusnya menjadikan indikasi adanya resistensi pengobatan, kecuali saat pemeriksaan viral load betrikutnya angkanya semakin tinggi dan tidsk kembali undetectable.

Kepatuhan terapi ARV tetaplah kunci utama agar viral load tetap tidak terdeteksi yang berarti juga tidak lagi dapat menularkan kepasangan.

Artikel dari
Literasi ARV & Pengobatan

ARV Dan Obat Dewa


11-Sep-2023 | Aan Rianto

Dolutegravir Dan Kenaikan Berat Badan


01-Aug-2024 | Aan Rianto

Mengenal TPT (Terapi Pencegahan TBC)


09-Dec-2024 | Aan Rianto

Mengenal Lebih Jauh TLD


01-Sep-2023 | Aan Rianto

Dolutegravir Pada Perempuan Hamil


01-Sep-2023 | Aan Rianto

Insomnia Pada Pengguna TLD


30-Aug-2023 | Aan Rianto