BERANDA ARTIKEL DAFTAR ARTIKEL FAVORIT SAYA DOKUMEN KONTEN EDUKASI ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG KAMI

Apakah Antibodi HIV Reaktif (Positif) Selalu Berarti Buruk?

11-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 13-Mar-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 170 kali

Jadikan artikel favorit

#faith2endaids

...

Benarkah anti-bodi akan selamanya menetap? Lalu bagaimana dengan hasil negatif palsu saat pemeriksaan antibodi pada orang-orang yang sudah undetectable? Tulisan berikut mungkin dapat meluruskan pemahaman kita mengenai antibodi.

Bahwa anti-bodyidapat secara perlahan menghilang saat tidak ditemukan infektan yang sama. Sel memory B akan memerintahkan tubuh untuk segera memproduksi anti-bodi saat menemukan kembali infektan yang sama.

Hal ini bisa menjelaskan mengapa saat viral load tidak terdeteksi sudah stabil terkadang hasil pemeriksaan antibodi HIV ikut menunjukkan hasil non-reaktif (negatif palsu) tapi dihari lain kembali reaktif (positif). Beberapa orang yang sudah menjalani pengobatan ARV dan memiliki viral load tidak terdeteksi yang stabil seringkali saat melakukan tes cepat antibodi akan terbaca negatif.

Sekalipun sudah tidak terdeteksi, masih ada jumlah kecil HIV dalam tubuh yang saat ditemukan oleh sel memori B maka akan segera kembali memerintahkan tubuh untuk kembali membentuk antibodi.
https://my.clevelandclinic.org/health/body/24669-b-cells
Saat terjadi blip juga sel memori B ini akan memerintahkan tubuh untuk kembalin membentuk antibodi HIV.

Ini juga menjelaskan bagaimana proses antibodi terbentuk diawal infeksi HIV. Sebelum tubuh membentuk antibodi (yangg ditandai dengan hasil hasil tes HIV negatif) maka tubuh akan berusaha mengenali dan melawan HIV sehingga tubuh memunculkan reaksi demam, kelelahan, atau gejala lainnya....disebut sebagai masa jendela dimana tubuh berusaha mengenali infektan yang masuk dan melakukan perlawanan. Saat tubuh sudah mampu mengenali dan membentuk anti-bodi (ditandai hasil tes Reaktif) maka semua gejala tadi sudah hilang dan tidak akan menimbulkan gejala lagi. Sel memori B akan mengingat infektan ini dan juga bagaimana mengatasinya. 

Jadi bisa disimpulkan bahwa terbentuknya antibodi sebenarnya secara mendasar bukanlah hal yang buruk, vaksinasi juga bertujuan agar tubuh mampu membentuk antibodi sehingga tidak perlu sampai sakit ataupun menimbulkan gejala saat terinfeksi suatu infektan. Sayangnya HIV menyerang sel kekebalan tubuh dan melakukan perbanyakan disana. Sel kekebalan tubuh (CD4) yang sudah terinfeksi HIV ini tidak akan dikenali sebagai infektan, mungkin itu sebabnya tubuh tidak lagi melakukan perlawanan dengan membentuk gejala-gejala sakit.

Sayangnya kita selalu beranggapan bahwa status antibodi HIV Reaktif (positif) adalah hal yang buruk dan dianggap tidak sembuh (padahal HIV juga bukan penyakit dan tidak menimbulkan sakit).

Kata kunci : #faith2endaids