Perbedaan HIV, AIDS Dan B20
Terakhir diedit : 24 November 2025
Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit
#StigmaDiskriminasi #edukasiHIV #HIV #ODHIV #equals_id #UequalsU #obatHIV #ODHIVSehat #MendobrakStigma #FaktaPengobatanHIV #MitosHIV #Kesehatan #Medis
Seringkali kita melihat judul atau konten informasi terkait HIV masih menggunakan istilah B20 atau bahkan HIV AIDS. Ada banyak konten kreator, edukator, konselor ataupun tenaga kesehatan sendiri yang dengan jelas masih belum dapat membedakan antara HIV, AIDS dan coding B20 sehingga terlihat juga ke-tidak konsisten-an dalam penggunaan ketiga istilah diatas. Ada yang masih menggunakan HIV AIDS secara bersamaan, masih banyak pula yang lebih menyukai penggunaan kode B20 saat bicara mengenai HIV dengan alasan "ini adalah kode medis yang tidak banyak diketahui awam sehingga lebih aman berbicara mengenai konteks HIV".
Faktanya ada perbedaan mendasar yang cukup signifikan antara HIV, AIDS dan B20.
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus atau virus yang menyerang dan menyebabkan kekurangan sistem kekebalan tubuh atau imunitas manusia. HIV secara spesifik hanya menyerang sel-sel imun ini dan bukan sel bagian tubuh lainnya, sehingga seringkali juga tidak memunculkan gejala yang khas atau spesifik saat menginfeksi. Tidak khas atau spesifik bukan berarti tidak memunculkan gejala sama sekali, karena tubuh tentunya memiliki cara tersendiri untuk memberi sinyal dan melakukan perlawanan saat ada infeksi. Infeksi awal HIV pada sebagian besar orang sangat mirip seperti gejala flu atau masuk angin : demam, nyeri tenggorokan, nyeri sendi, ruam, mudah lelah. Sebagian orang lain tidak menyadari gejala ini (dan beranggapan tidak mengalami gejala) karena sangat mirip seperti gejala awal influenza.
Saat infeksi HIV tidak segera ditangani maka sistem kekebalan tubuh akan semakin habis karena dirusak dan dijadikan pabrik untuk memproduksi HIV sehingga orang yang hidup dengan HIV tersebut akan sulit melawan infeksi yang masuk dan menjadi lebih mudah sakit.
Oleh karena HIV tidak memiliki gejala yang khas maka status HIV hanya dapat ditegakkan melalui pemeriksaan HIV setelah 3 bulan dari faktor risiko paparan terakhir (apabila menggunakan pemeriksaan antigen atau antibodi) dan 10-14 hari apabila menggunakan metode PCR.
Faktanya, HIV (yang tidak diobati dan dikendalikan) tidak akan menyebabkan penyakit apapun ataupun kematian. Kesakitan atau kematian yang terjadi pada orang dengan HIV (ODHIV) disebabkan oleh infeksi lain (yang juga dapat menginfeksi orang lain yang hidup tanpa HIV) yang tidak dapat dilawan oleh tubuh karena sistem kekebalan tubuh sudah dirusak oleh HIV.
Dengan penanganan dan pengobatan yang baik dan konsisten, maka kondisi sistem kekebalan tubuh akan dapat ditingkatkan kembali sehingga orang yang hidup dengan HIV dapat memiliki sistem kekebalan tubuh yang sama seperti orang tanpa HIV, tidak mudah sakit bahkan tidak lagi dapat menularkan HIV secara seksual sekalipun melakukan aktifitas seks tanpa kondom, dikenal sebagai TDTM (Tidak terDeteksi = Tidak Menularkan) atau U=U (Undetectable = Untransmittable). Tanpa pengobatan, maka infeksi HIV akan dapat berkembang menjadi AIDS atau HIV stadium lanjut.
Penularan HIV terbanyak adalah melalui perilaku seksual berisiko, bukan karena seks bebas atau berganti-ganti pasangan. Seks berisiko adalah perilaku seksual yang dilakukan dengan orang yang tidak diketahui status kesehatan seksualnya dan dilakukan tanpa pengaman kondom ataupun PrEP. Pasangan bisa saja pasangan tetap atau yang sudah dikenal ataupun pasangan kasual, jadi jelas HIV tidak ditularkan melalui seks bebas. Perilaku berganti-ganti pasangan pada praktiknya juga bukan perilaku yang selalu berisiko menularkan HIV karena apabila dilakukan dengan pasangan-pasangan yang negatif HIV atau dengan menggunakan pengaman (kondom atau PrEP) tentunya tidak ada risiko tertular HIV. Bahkan apabila pasangan seksnya adalah ODHIV, selama status VL undetectable tentunya juga risiko tertular HIV adalah NOL, bahkan saat dilakukan tanpa pengaman (kondom atau PrEP) sekalipun. Risiko lainnya yang memungkinkan terjadinya penularan HIV adalah penggunaan jarum suntik bergantian, penularan vertical dari ibu ke anak (saat VL belum undetectable) dan juga melalui transfusi darah yang tercemar.
AIDS adalah kependekan dari Acquiered Immunodeficiecy Syndrome atau kondisi lanjut dari infeksi HIV dimana HIV sudah menyerang dan merusak sistem pertahanan tubuh (CD4). Orang tidak akan tertular AIDS karena AIDS adalah suatu kondisi saat infeksi HIV tidak diobati. Yang dapat ditularkan adalah HIV, dan bukan AIDS. Orang dapat saja tertular HIV dan tidak menyadarinya sehingga mungkin hidup dengan HIV selama bertaun-taun dan berkembang menjadi AIDS. Pada umumnya kondisi AIDS ini akan memunculkan gejala yang cukup khas : ruam dan gatal, diare berkepanjangan dan berulang, munculnya jamur di area mulut (kandidiasis oral), penurunan berat badan secara signifikan, kelelahan berkepanjangan, pembengkakan kelenjar getah bening. Apabila tidak segera diobati maka kondisi ini dapat menyebabkan infeksi yang lebih parah dengan munculnya tuberculosis, infeksi bakteri dan jamur yang parah, atau lainnya.
Kondisi AIDS (sekarang disebut AHD atau HIV stadium lanjut) dapat didefinisikan saat orang dengan HIV memiliki CD4 kurang dari 200 atau pada anak dengan HIV disematkan pada semua anak dibawah 5 taun dan belum menjalani pengobatan ARV. Orang dengan kondisi HIV stadium lanjut memiliki kemungkinan berkembangnya infeksi oportunistik. Infeksi-infeksi yang muncul pada saat CD4<200 akan disebut sebagai Infeksi Oportunistik. Infeksi yang sama tidak akan disebut sebagai Infeksi Oportunistik saat CD4>200.
Dari penjelasan mengenai HIV dan AIDS diatas dapat disimpulkan bahwa HIV dan AIDS adalah 2 hal dan kondisi yang berbeda sekalipun saling berkaitan satu sama lain tetap seharusnya penggunaan kata diatas harus sesuai konteksnya untuk menghindari kebingungan. Gejala yang seringkali dianggap sebagai gejala HIV dalam banyak konten edukasi sebenarnya adalah gejala AIDS (HIV stadium lanjut). Begitu juga saat ada edukasi yang menjelaskan mengenai cara penularan HIV AIDS, yang sebenarnya dimaksud adalah penularan HIV. AIDS sebagai suatu kondisi tidak dapat ditularkan.
Lalu bagaimana dengan B20?
B20 adalah koding rujukan untuk infeksi HIV yang sudah menunjukkan fase gejala, seringkali menunjukkan gejala stadium lanjut (AIDS) atau berkaitan dengan infeksi oportunistik. Ini artinya pasien yang diberikan koding B20 sudah mengalami pelemahan imun tubuh dan memunculkan gejala IO sehingga membutuhkan penanganan khusus.
Pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala diberikan koding Z21, sementara B20 digunakan apabila sudah menunjukkan gejala dan menyebabkan infeksi oportunistik. Selain itu koding B20 juga seringkali dipergunakan untuk keperluan administrasi dan klaim asuransi.
Update informasi terbaru : untuk pasien dengan HIV yang sudah menjalani pengobatan ARV dapat dicoding Z79.899(pengobatan jangka panjang untuk mengontrol HIV) atau Z21, Z79.899 secara bersamaan.
