ARTIKEL DOKUMEN GALERI POSTER ENDORSEMENT HOTLINE TENTANG EQUALS_ID KONTRIBUTOR EQUALS_ID MITRA EQUALS_ID

Sate Dan ODHIV

11-Sep-2023 | Aan Rianto

Terakhir diperbaharui 13-Mar-2024

Estimasi waktu baca artikel sampai selesai menit

Telah di baca 156 kali

#faith2endaids

...

Sate, food safety dan ODHIV. 

Berapa sering kita mendengar saran (yang hampir menjadi doktrin bahwa ODHIV dilarang makan sate atau makanan bakaran lain)? Dengan salah satu alasan , sate tidak matang menyeluruh, bahkan ada yang menyarankan untuk menggoreng sate terlebih dahulu. Lalu anggapan bahwa makanan bakaran lain termasuk steak juga dilarang karena kurang matang. Doktrin dengan alasan yang kurang tepat ini menunjukkan bahwa sumber informasi orang tersebut bukanlah dari sumber literasi bidang pengolahan dan penyajian pangan dimana ada aturan terkait keamanan pangan yang harus diikuti. 

Pernahkah kita memperhatikan proses food safety (keamanan pangan) yang dilakukan oleh penjual sate? Mengapa terkadang kita sakit perut setelah makan sate disatu tempat tertentu, tetapi tidak terjadi apapun bila membeli direstorantatau hotel yang harganya memang tidak murah?

Orang-orang yang memahami food safety (keamanan pangan) yang meliputi penerimaan, penyiangan, pencucian, pengolahan hingga penyajian (dan penyimpanan setelahnya) akan sangat mudah menunjukkan satu hal yang membuat orang yang menyantap sate akan sakit perut setelah makan sate.

Kurang matang?

Sambalnya?

Tempatnya kurang bersih? 

Beberapa faktor diatas tentunya dapat memperburuk kondisi orang dengan imunitas yang terganggu. Tetapi hal yang sangat jelas (dan dapat dilihat langsung) adalah keamanan pangan saat penyiapan dan pengolahan sate itu sendiri, yang dapat dilihat secara langsung pada saat kita membeli sate di pinggir jalan.


Perhatikan bahwa penjual sate (yang tidak memahami prosedur keamanan pangan) akan meletakkan sate yang selesai dibakar dipiring yang sama untuk menyiapkan sate mentah sebelum dibakar, dengan bumbu olesan yang sama sebelum dipindahkan kepiring pelanggan! Tentu penjual sate hanya berpikir bumbu marinasi sate mentah akan masih cukup gurih apabila dioleskan pada sate matang, sayang kalau harus dibuang begitu saja. Atau daripada harus menyiapkan piring baru, masih bisa menggunakan piring semula sambil menunggu bumbu kacang atau kecap disiapkan.

Bakteri dari daging disate mentah akan dengan mudahnya mencemari daging sate yang sudah matang (lebih fatal bila sebelumnya adalah daging ayam mentah). 

Jadi bukan karena kurang matang?

Steak yang jauh lebih tebal sekalipun dan dimasak medium rare ataupun rare (bukan raw/mentah) masih aman dikonsumsi selama food safety diperhatikan. Bakteri dan mikroorganisme akan mati pada suhu diatas 60 derajat celcius. Ini adalah suhu krusial yang harus diperhatikan dimana bakteri dan mikroorganisme lain akan mudah berkembang biak pada suhu antara 4-60 derajat celcius.

Bahkan sashimi mentah sekalipun masih aman dikonsumsi apabila keamanan pangan diperhatikan, baik sejak pemilihan dan penerimaan bahan makanan, pencucian dan penyiapan hingga penyajian. Apabila faktor kontaminasi bakteri silang selalu diperhatikan tentunya bahan makanan apapun akan aman untuk dikonsumsi.

Lalu bagaimana agar Kita bisa tetap menikmati sate tanpa perlu kuatir menjadi sakit?

1. Pastikan kebersihan restaurant atau tempat menjual sate terjamin, selalu perhatikan bagaimana mereka mencuci piring dan peralatan makan lain apabila ingin makan sate ditempat
2. Apabila membeli sate dipinggir jalan, mintalah penjualnya untuk langsung meletakkan sate yang baru dibakar kepiring bersih, dan disiram saus yang dikehendaki. Memang sate akan lebih kering dan penjualnya akan melihat dengan tatapan aneh, tapi yakinlah bahwa sate akan tetap nikmat setelah diberi saus kacang atau kecap yang sesuai sebelum disantap....dan jelas lebih aman

Kalau hal ini cukup penting lalu mengapa tidak banyak yang mengedukasi terkait hal ini? Ada banyak informasi yang didapat hanya dari  orang-orang  tanpa ada sumber literasinya. Salah satunya adalah pelarangan orang dengan HIV untuk makan sate (atau makanan bakaran lain), padahal orang yang tanpa HIV sekalipun apabila tidak memperhatikan prosedur keamanan pangan ini juga tentu akan mengalami sakit perut apabila mengkonsumsi makanan seperti ini.

Artikel dari
Food Safety

Kebersihan Pangan


15-Jan-2024 | Aan Rianto

ODHIV Dan Makanan


10-Sep-2023 | Aan Rianto