Histori pertanyaan Lare dari Jogja
Kami seringkali mendapatkan pertanyaan apakah oral seks beresiko atau tidak, dan seringkali banyak orang yang merasa ketakutan tertular HIV dari oral seks tanpa kondom karena ditakutkan ada luka seperti sariawan atau gusi berdarah akan menjadi pintu peluang tertular HIV bagi pasangan penerima rangsangan oral seks.
Secara teori hal ini bisa saja terjadi, dengan tingkat resiko yang cukup rendah. Namun sampai saat ini belum diketahui kasus yang terdokumentasi valid seseorang hanya tertular HIV dari oral seks saja.
Air liur yang tercampur darah karena gusi yang berdarah atau sariawan secara efektif membuat HIV tidak bisa menginfeksi, dan juga WHO menganggap cara penularan HIV utama melalui seks penetrasi (penis-vagina, penis-anus) tidak aman tanpa kondom dengan ODHIV yang belum melakukan pengobatan. Dan pemberian PEP (obat ARV sebagai profilaksis/pencegahan HIV pasca pajanan) sendiri tidak direkomendasikan, sekalipun terkonfirmasi melakukan oral seks tanpa kondom dengan ODHIV yang belum memulai pengobatan.
Jadi oral seks ini bukan kegiatan yang perlu dikhawatirkan terjadi penularan HIV. Namun kami sadar informasi ini tentu belum cukup untuk meredakan kekhawatiran seseorang.
Saran kami tes HIV 12 minggu dari oral seks terakhir, untuk benar-benar memastikan oral seks bukan cara penularan HIV.
Silahkan di baca artikel kami yang berkaitan dengan oral seks.
Semoga jawaban ini membantu.
Tes generasi ke-4 tetap perlu konfirmasi di minggu ke-12.
Bisa kamu pertimbangkan PCR yang sudah bisa menunjukkan hasil valid sejak hari ke-10 dari seks terakhir.
Untuk tes PCR baik DNA atau RNA yang bersifat kualitatif atau kuantitatif semua bisa mendeteksi infeksi secara dini sejak 10 hari.
Jika hasil tidak terdeteksi pada hari ke-22, maka hasil tes sudah akurat, dan tidak perlu tes ulang 3 bulan.